ULIH-ULIHAN
(OMAH-OMAH di ULEHI)
PINDAH
RUMAH
Di daerah saya yaitu
tepatnya di Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, pada saat ada orang
yang membuat rumah baru, setelah jadi pada saat akan ditempati maka terlebih
dahulu yaitu dengan cara di ulih-ulihi. Yang pertama adalah yang mempunyai
rumah, orang laki-lakinya atau kepala keluarganya membawa caping dan cangkul.
Makna dari membawa caping dan cangkul. Makna dari membawa caping dan cangkul
adalah bahwa seorang suami atau kepala keluarga mempunyai kewajiban untuk
menghidupi seluruh anggota kuluarganya dan memberi nafkah kepada istrinya.
Karena pada zaman dahulu orang pedesaan mata pencahariannya sebagai petani disawah
untuk mendapatkan
rizki, dan seoarang petani tersebut pada saat kesawah membawa caping dan cangkul. Dan akhirnya caping dan cangkul dijadikan symbol atau alat-alat yang dibawa pada saat uluh-ulihan.
rizki, dan seoarang petani tersebut pada saat kesawah membawa caping dan cangkul. Dan akhirnya caping dan cangkul dijadikan symbol atau alat-alat yang dibawa pada saat uluh-ulihan.
Yang kedua yaitu seoarang perempuan atau
ibu rumah tangga (istri) membawa ting yang didalamnya diisi dengan beras dan
selain itu juga membawa sapu. Makna dari
membawa beras atau sapu adalah bahwa seorang istri atau ibu rumah tangga
mempunyai tugas untuk mengurusi semua yang ada didalam rumah yaitu seperti
memasak dan membersihkan rumah. Kemudian yang saudara-saudaranya baik kakak
maupun adiknya juga membawa alat-alat rumah tangga yang lainnya seperti tampah,
ekrak, kalo, dan alat rumah tangga yang lainnya. Alat-alat tersebut dibawa
karena memang sudah syaratnya (yang harus dipenuhi) bagi orang yang berpindah
rumah.
Setelah itu yang mempunyai rumah dan
saudara-saudaranya berdiri didepan rumah yang dulu ditempati untuk pulang atau
pindah kerumah barunya dengan cara berjalan kaki, yang dibelakangnya orang yang
mempunyai rumah itu yaitu saudara-saudaranya, dan pada saat iring-iringan
diterangi dengan lampu entir atau lampu
uplik. Sesampai di depan rumah barunya maka langsung disambut atau diterima atau
dipetuk oleh orang tuanya yang sudah menunggu dirumah baru tersebut untuk bisa
menetap dirumah itu, dan orang tuanya member minum kepada anaknya (yang
mempunyai rumah baru itu). Kemudian orang tua berkata kepada anaknya, ucapannya
yaitu “iki omahmu nang nduk, ngon gae ngaup soko panas lan udan, ngaleh rene,
mugo-mugo diparingi selamet oleh gusti ALLAH.”
Selanjutnya rumah tersebut diselameti atau
syukuran supaya yang menempatinya selamat baik dunia maupun akhirat, caranya
yaitu dengan Rasullan. Saat Rasullan terdapat makanan yaitu berupa nasi, ayam
yang masih utuh dan sayur kluweh, makna dari sayur kluweh yaitu supaya segala
sesuatunya berlebih-lebih baik rizki maupun yang lainnya. Kemudian mengundang atau mendatangkan sanak saudara
beserta tetangga-tetangga terdekat dan juga tokoh agama setempat diserahi untuk
memimpin do’a. Setelah Rasullan selesai maka makanan tersebut dibagikan kepada
orang yang berantusias ikut hadir dalam acara tersebut untuk dibawa pulang. Itu
semua adalah wujud rasa terima kasihkarena telah ikut mendo’akannya.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN
ISLAM
Dari kegiatan tersebut yaitu ulih-ulihan
(pindah rumah) yang merupakan sudah menjadi tradisi turun temurun, dapat kita ambil
pendidikan islamnya yaitu apabila kita mendapat rizki untuk membangun atau
membuat rumah maka kita harus bersyukur kepada ALLAH, yaitu dengan cara di
adakannya syukuran atau Rasullan. Selain itu, kita hidup dalam masyarakat tidak
dapat hidup sendirian sehingga kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan
sehari-hari. Dan juga kita harus melestarikan tradisi dari leluhur kita yang
terdahulu, supaya tradisi tersebut tidak akan musnah bahkan menghilang.
by.Wahyu Febriana/febri_06_qds@yahoo.co.id
No comments:
Post a Comment