Monday, November 16, 2015

ULIH-ULIHAN (OMAH-OMAH di ULEHI) PINDAH RUMAH

ULIH-ULIHAN (OMAH-OMAH di ULEHI)
PINDAH RUMAH

Di daerah saya yaitu tepatnya di Desa Jepang Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus, pada saat ada orang yang membuat rumah baru, setelah jadi pada saat akan ditempati maka terlebih dahulu yaitu dengan cara di ulih-ulihi. Yang pertama adalah yang mempunyai rumah, orang laki-lakinya atau kepala keluarganya membawa caping dan cangkul. Makna dari membawa caping dan cangkul. Makna dari membawa caping dan cangkul adalah bahwa seorang suami atau kepala keluarga mempunyai kewajiban untuk menghidupi seluruh anggota kuluarganya dan memberi nafkah kepada istrinya. Karena pada zaman dahulu orang pedesaan mata pencahariannya sebagai petani disawah untuk mendapatkan
rizki, dan seoarang petani tersebut pada saat kesawah membawa caping dan cangkul. Dan akhirnya caping dan cangkul dijadikan symbol atau alat-alat yang dibawa pada saat uluh-ulihan.
Yang kedua yaitu seoarang perempuan atau ibu rumah tangga (istri) membawa ting yang didalamnya diisi dengan beras dan selain itu juga membawa sapu. Makna  dari membawa beras atau sapu adalah bahwa seorang istri atau ibu rumah tangga mempunyai tugas untuk mengurusi semua yang ada didalam rumah yaitu seperti memasak dan membersihkan rumah. Kemudian yang saudara-saudaranya baik kakak maupun adiknya juga membawa alat-alat rumah tangga yang lainnya seperti tampah, ekrak, kalo, dan alat rumah tangga yang lainnya. Alat-alat tersebut dibawa karena memang sudah syaratnya (yang harus dipenuhi) bagi orang yang berpindah rumah.
Setelah itu yang mempunyai rumah dan saudara-saudaranya berdiri didepan rumah yang dulu ditempati untuk pulang atau pindah kerumah barunya dengan cara berjalan kaki, yang dibelakangnya orang yang mempunyai rumah itu yaitu saudara-saudaranya, dan pada saat iring-iringan diterangi  dengan lampu entir atau lampu uplik. Sesampai di depan rumah barunya maka langsung disambut atau diterima atau dipetuk oleh orang tuanya yang sudah menunggu dirumah baru tersebut untuk bisa menetap dirumah itu, dan orang tuanya member minum kepada anaknya (yang mempunyai rumah baru itu). Kemudian orang tua berkata kepada anaknya, ucapannya yaitu “iki omahmu nang nduk, ngon gae ngaup soko panas lan udan, ngaleh rene, mugo-mugo diparingi selamet oleh gusti ALLAH.”
Selanjutnya rumah tersebut diselameti atau syukuran supaya yang menempatinya selamat baik dunia maupun akhirat, caranya yaitu dengan Rasullan. Saat Rasullan terdapat makanan yaitu berupa nasi, ayam yang masih utuh dan sayur kluweh, makna dari sayur kluweh yaitu supaya segala sesuatunya berlebih-lebih baik rizki maupun yang lainnya. Kemudian  mengundang atau mendatangkan sanak saudara beserta tetangga-tetangga terdekat dan juga tokoh agama setempat diserahi untuk memimpin do’a. Setelah Rasullan selesai maka makanan tersebut dibagikan kepada orang yang berantusias ikut hadir dalam acara tersebut untuk dibawa pulang. Itu semua adalah wujud rasa terima kasihkarena telah ikut mendo’akannya.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM

Dari kegiatan tersebut yaitu ulih-ulihan (pindah rumah) yang merupakan sudah menjadi tradisi turun temurun, dapat kita ambil pendidikan islamnya yaitu apabila kita mendapat rizki untuk membangun atau membuat rumah maka kita harus bersyukur kepada ALLAH, yaitu dengan cara di adakannya syukuran atau Rasullan. Selain itu, kita hidup dalam masyarakat tidak dapat hidup sendirian sehingga kita membutuhkan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga kita harus melestarikan tradisi dari leluhur kita yang terdahulu, supaya tradisi tersebut tidak akan musnah bahkan menghilang.
by.Wahyu Febriana/febri_06_qds@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment