Monday, November 23, 2015

TRADISI PAK PONJEN

“ PAK PONJEN”
Kalian mungkin pernah melihat atau mendengar tradisi “pak ponjen” yang dirayakan masyarakat jawa tengah, terutama Jepara. Kata Pak ponjen artinya beruntung atau bejo, kata lain ulo-ulo mandeng dari bahasa arabnya “aula-aula manda” (awal mana, yang dulu mana). Pak ponjen merupakan tradisi pemgukuhan sekaligus sarana pengakraban antar saudara. Selain itu pak ponjen juga merupakan bentuk rasa syukur keluarga karena telah berhasil mengantarkan anak-anaknya ke jenjang pernikahan anak bungsu (terakhir) sebagai tanda berakhirnya sebuah keluarga menyelenggarakan perayaan akad nikah atau mantu.
Tradisi menarik ini nasih tetap di ulir-ulir sebagai wahana ta’aruf dan hiburan melepas kepenatan setelah berhari-hari berbagai kesibukan mempersiapkan segala sesuatu jelang pernikahan, acara dibuka dengan doa bersama yang dipimpin oleh
pemuka agama, dilanjutkan berputar mengitari gentong atau paso berisi air dan ditutup tampah. Dengan dipandu pemuka adat, pasangan suami istri dari kakak tua memimpin adik-adiknya ( secara berurutan dumulai kakak kedua sampai terakhir) dan saling memegang ujung belakang baju saudaranya. Dibelakang pengantin (si bungsu), seorang ditunjuk sebagai pemuka adat membawa pecut laksana seorang kusir yang mengendalikan kereta kudanya, pada putaran kelima si pengantin menyepak gentong sampai pecah dan tumpah seluruh air yang berada didalamnya, lalu beras kuning disebarkan oleh pemuka adat beserta uang recehan ditaburkan untuk diperebutkan oleh penonton atau tetamu yang hadir.
Adegan lucu mewarnai perebutan receh ini, kadang orang tua saling sodok, saling injak, dan saling cakar, (secara tak sengaja) dengan anak kecil. Gelak canda, tawa sesama yang hadir serasa menyiratkan kebahagiaan tak terhingga, tak ada perbedaan miskin maupun kaya meski yang diperebutkan hanya berupa uang receh.

Arti isi dari Pak Ponjen diantaranya :
Ø  Kenapa harus saling bergandengan?
Filsafatnya hubungan selalu erat, rukun, dan walau jauh tetap terasa dihati
Ø  Kenapa harus berputar-putar?
Filsafatnya antara saudara wajib melindungi dan saling mendidik atau memberi nasehat
Ø  Kenapa harus di pecuti atau cambuk?
·  Cambuk pertama : orang tua akan mencambuki anak-anaknya jika tidak taat kepada Allah
·  Cambuk kedua : orang tua akan mencambuki anak-anaknya jika tidak rukun dengan saudara-saudaranya
·  Cambuk ketiga : orang tua akan mencambuki anak-anaknya jika anaknya tidak bekerja keras
·  Cambuk keempat : orang tua akan mencambuki anak-anaknya jika anak-anaknya tidak mendidik anak-anaknya (cucu)
·  Cambuk kelima :orang tua akan mencambuki anak-anaknya jika anak-anaknya tidak rukun dengan saudara-saudara istri atau suami
Ø  Paso atau gentong  harus diisi dengan air penuh dan di tutup dengan tampah, filsafatnya :agar rizkinya selalu penuh, ditutup denga tampah agar bisa mengamankan dan digunakan dengan berguna dan hemat.
Ø  Dipecah filsafatnya : rizki harus di sedekahkan atau hatus berjiwa sosial
Ø  Disana ada baca sholawat agar seluruh keluarga mendapat barokah, syafaat dari kanjeng Nabi Muhammad SAW dengan harapan selamat di dunia dan di akhirat.
Perpaduan nilai Jawa-Islam Pak Ponjen adalah salah satu budaya jawa yang telah beradaptasi dengan islam sebagai agama maoritas di Jawa. Karena sifat budaya jawa yang terbuka untuk menerima unsure budaya lain dan lapangan budaya berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, maka tidak ada budaya yang dapat tumbuh terlepas dari budaya lain. Namun sewaktu budaya jawa yang Animistis magis bertemu dengan unsure budaya islam yang Sinkretis dan Islam yang puritan menghasilkan jawa Islam yang Sinkretis dan islam yang puritan.
Dikalangan jawa islam inilah tumbuh dan berkembangnya perpaduan budaya islam jawa yang memiliki ciri luar budaya itu menggunakan simbol islam, tetapi ruh budayanya adalah jawa sinkretis. Islam digambarkan sebagai wadah sedangkan isinya adalah jawa. Dengan metode manut ilining banyu, konon para walisongo yang sangat toleran dalam menyampaikan ajaran islam ditengah masyarakat jawa yang sebelumnya telah memiliki keyakinan membiarkan adat istiadat jawa tetap hidup, tetapi diberi warna keislaman seperti : bacaan mantra pada awal upacara pak ponjen diganti dengan bacaan surat alfatihah, tahlil, tahmid, tasbih atau kalimah thoyyibah, sesaji digantidengan selametan dan lain-lain.
·  Nilai-Nilai Pendidikan Islam :
Ø  Keimanan
Ø  Mempererat kesaudaraan silaturrahim sesama saudara
Ø  Sedekah
Ø  Pendidikan


by.Fitrotun Nisak/vietznizax@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment