Thursday, November 12, 2015

KEPERCAYAAN DAN PRAKTEK-PRAKTEK KEAGAMAAN (ARWAH LELUHUR)

KEPERCAYAAN DAN PRAKTEK-PRAKTEK KEAGAMAAN
(ARWAH LELUHUR)

Sebagaimana umumnya orang Islam, orang awam pun juga menurut asal-usul nenek moyang mereka dari Adam dan Hawa. Mereka percaya Adam dan Hawa asal mula semua manusia, oleh sebab itu mereka mengakui kedua orang itu sebagai nenek moyang paling tua. Lebih dari orang itu, orang Desa Bungo Kecamatan Wedung Kabupaten Demak pun mengakui arwah nenek moyang yang sudah meninggal seratus tahun silam sebagai leluhur mereka. Orang desa bungo membedakan kuburan biasa, dimana kakek-nenek, orang tua, dan kerabat lainnya yang belum terlalu lama meninggal dikebumikan, dengan makam keramat dimana cikal-bakal masing-masing desa (dusun) dimakamkan. Jika kelompok pertama dikubur secara tersebar di dusun dan dusun yang berbeda-beda, maka
kelompok kedua makamnya dinaungi rumah bambu beratap dan terletak di sekeliling masjid kuno. Masjid kuno dan kompleks makam leluhur kini menjadi satu-satunya tempat keramat yang dimana rumah-rumah makam tersebut menjadi peristirahatan terakhir sejumlah leluhur terpandang. Yang menjadi pusatnya adalah makam Mbah Panji Kusumo. Masing-masing kompleks makam leluhur menunjuk pada garis patrilineal tertentu. Makam mbah panji kusumo adalah garis tertua, sehingga makam beliau diyakini sebagai makam sesungguhnya (makam tertua) dan keluarganya. Makam-makam lainnya, disebut berdasarkan asal tokoh yang dikebumikan (dan nama-nama diri mereka dalam tanda kurung), adalah anak turun beliau dan saudaranya merupakan cikal-bakal orang-orang dari desanya.
Beberapa makam umum lainnya terletak di sebelah makam mbah panji kusumo. Almarhum (mbah panji kusumo) merupakan yang pertama dahulu menguasai desa, kali (sungai) dll. Menurut orang yang saya wawancarai mengatakan bahwa kematian hanya menyangkut badan kasar (raga). Badan kasar yang dikubur menjadi debu, tetapi badan halus tetap hidup dan berpindah ke dunia yang lain yang dinamakan alam halus. Ia menegaskan ketika seseorang meninggal hanya tubuhnya yang hancur, tidak temasuk jiwanya, sedangkan jiwanya tetap hidup dan berpindah dari alam kasar menuju tahapan yang lebih tinggi.
Seseorang hidup jika jiwanya berada dalam raganya. Ini adalah tahap pertama. Tahap kedua adalah saat tepisahnya jiwa seseorang. Untuk mencapai tahap ketiga orang yang sudah meninggal harus mengalami ritual-ritual pasca kematian beberapa kali yang dilaksanakan pada hari ketiga, ketujuh, kesembilan, keempat puluh, keseratus, dan keseribu setelah pemakamannya. Rangkaian lengkap ritual pasca kematian biasanya diselenggarakan oleh keturunan yang masih hidup agar si mati mendapat “tempat” di alam halus.
Keyakinan terhadap kefanaan raga dan kekekalan roh mengikat mereka yang masih hidup dengan para leluhurnya. Karena roh halus hidup di alam halus, orang menggangap leluhur mereka mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan. Karena keyakinan pada perantaraan para leluhur, masyarakat menganggap pantangan besar melupakan atau mengabaikan para leluhur. Karena ini di perkuat dengan sanksi supranatural. Sanksi ini terwujud dalam berbagai hukuman fisik dan batin yang harus diderita oleh mereka yang melanggar misalnya ditimpa sakit, sakit mendadak, kecelakaan, gagal panen, bencana alam, dan berbagai kemalangan lainnya. Siapa saja yang tiba-tiba tertimpa nasib malang sering kali mengupayakan pemecahan persoalan dengan memperbaiki hubungannya dengan roh leluhur atau roh penunggu lainnya.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Ilmu Pendidikan Islam, meliputi :
Ø  Bahwa kalau ingat leluhur, pasti akan ingat mati (pati)
Ø  Jangan menganggap leluhur sebagai tempat meminta pertolongan
Ø  Memintalah hanya kepada Allah SWT

Ø  Menciptakan kelestarian desa, agar ingat akan leluhur mereka

by, mzakkimunabbih05s@gmail.com

No comments:

Post a Comment