Tuesday, November 3, 2015

MAKNA FILOSOFI “NASI TUMPENG” DALAM ADAT JAWA


MAKNA FILOSOFI “NASI TUMPENG” DALAM ADAT JAWA

Mendengar nasi tumpeng mungkin kita pasti tidak asing lagi, bahkan seluruh masyarakat Indonesia pasti sudah mengenalnya, apalagi orang jawa. Terus apa sih itu nasi tumpeng, apakah ada yang tau makna filosofinya, pasti banyak yang tidak tahu, kita hanya mengenalnya sebagai sajian yang bentuknya kerucut, penuh dengan lauk pauk dan sayur-sayuran dengan porsi yang cukup besar. Nasi tumpeng akan muncul apabila ada acara-acara tertentu seperti pada adat jawa adalah syukuran, sedekah bumi, dan tradisi jawa lainnya. Bahkan sekarang nasi tumpeng juga
disajikan dalam acara-acara modern lainnya, seperti ulang tahun, peresmian gedung, dan acara peresmian-peresmian lainnya. Tapi dengan di sajikannya nasi tumpeng dalam setiap acara tradi ataupun modern, apakah kita sudah mengetahui makna filosofi dari nasi tumpeng tersebut, seperti bentunya, lauknya, sayurannya.

Mungkin banyak/sebagian diantara kita yg tidak/belum mengetahui tentang Makna filosofi dari sebuah Nasi Tumpeng yg sering kita jumpai dalam keseharian kita sebagai umat Islam.
Atas dasar hal tersebut diataslah, saya ingin sekedar berbagi tentang Makna Filosofi dari sebuah Nasi Tumpeng ini.

Banyak umat Islam khususnya di Jawa saat ini semakin tidak memahami tata-cara, guna dan makna Nasi Tumpeng yang seharusnya dibuat secara khusus beradasarkan aturan ketat. Nasi Tumpeng sesungguhnya adalah sebagai salah satu adat atau tradisi dan ajaran umat Hindu yang diungkapkan melalui bentuk makanan. Artinya, segala hal yang terdapat pada Nasi Tumpeng tidak lagi berupa bahasa lisan ataupun bahasa tulisan tetapi lebih merupakan “bahasa rupa bentuk” yang padat makna, dari cara pembuatan hingga penyajian harus dilakukan sesuai aturan.
Tanda-tanda yang dilambangkan melalui peralatan memasak merupakan “peringatan” bahwa alam (lingkung kehidupan) harus tetap terjaga, hal ini mengingatkan kepada seluruh keturunan agar tetap waspada karena bangsa ini hidup di wilayah gunung berapi, dalam istilah lain diumpamakan dengan bangsa yang menunggangi naga api.

Tumpeng merupakan sajian nasi kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah, tumpeng merupakan tradisi sajian yang digunakan dalam tradisi upacara.[1]

Makna dan filosofi dari nasi tumpeng adalah:

Nasi yang berbentuk kerucut dilambangkan sebagai tangan merapat menyembah tuhan dan bentuk kerucut dilambangkan sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita semakin naik dan tinggi.

Ayam yang dimasak utuh dengan bumbu kuning ini disimbolkan sebagai penyembah tuhan dengan khusuk dengan hati yang tenang. Dan menyembelih ayam jago mempunyai makna menghindari sifat-sifat buruk.

Telur yang disajikan utuh dengan kulitnya dilambangkankan semua tindakan kita harus direncanakan (dikupas) dikerjakan sesuai rencana agar hasilnya sempurna.

Ikan lele dilambangkan sebagai ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup dalam situasi apapun. Karena ikan lele merupakan ikan yang dapat hidup di air yang tidak mengalir dan dalam kondisi air keruh.

Ikan teri dilambangkan sebagai kebersamaan dan kerukunan kerena ikan teri hidup dilaut dengan bergerombol.

Sayur dan Uraban sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang, taoge, dan kluwih: kangkung dilambangkan sebagai pelindung, tercapai, Bayam berarti ayem tentrem, Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh kedepan, Taoge berarti tumbuh, Kluwih atau linuwih berarti mempunyai kelebihan. Sedangkan bumbu urap dilambangkan sebagai mampu menghidupi dan menafkahi keluarga.[2]

Hanya itu saja yang bisa saya tahu dari makna nasi tumpeng, pada dasarnya nasi tumpeng adalah sebuah tradisi yang berasal dari masyarakat hindu jaman dulu, namun umat islam dalam memaknainya berbeda dengan masyarakat hindu. Umuat islam memaknai nasi tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua karunia dan limpahan rizki yang diberikan dan dituangkan dalam bentuk nasi tumpeng yang banyak terdapat olahan macam-macam lauk dan sayuran.

by.Nor Ahsan  Habibi/



         [1] wawancara dengan Bpk. H Sulhan tgl 13 mei 2015
           [2] wawancara dengan Bpk K.H SOLKHIN tgl 15 mei 2015

No comments:

Post a Comment