MAKNA
FILOSOFI “NASI TUMPENG” DALAM ADAT JAWA
Mendengar
nasi tumpeng mungkin kita pasti tidak asing lagi, bahkan seluruh masyarakat
Indonesia pasti sudah mengenalnya, apalagi orang jawa. Terus apa sih itu nasi
tumpeng, apakah ada yang tau makna filosofinya, pasti banyak yang tidak tahu,
kita hanya mengenalnya sebagai sajian yang bentuknya kerucut, penuh dengan lauk
pauk dan sayur-sayuran dengan porsi yang cukup besar. Nasi tumpeng akan muncul
apabila ada acara-acara tertentu seperti pada adat jawa adalah syukuran,
sedekah bumi, dan tradisi jawa lainnya. Bahkan sekarang nasi tumpeng juga
disajikan dalam acara-acara modern lainnya, seperti ulang tahun, peresmian gedung, dan acara peresmian-peresmian lainnya. Tapi dengan di sajikannya nasi tumpeng dalam setiap acara tradi ataupun modern, apakah kita sudah mengetahui makna filosofi dari nasi tumpeng tersebut, seperti bentunya, lauknya, sayurannya.
disajikan dalam acara-acara modern lainnya, seperti ulang tahun, peresmian gedung, dan acara peresmian-peresmian lainnya. Tapi dengan di sajikannya nasi tumpeng dalam setiap acara tradi ataupun modern, apakah kita sudah mengetahui makna filosofi dari nasi tumpeng tersebut, seperti bentunya, lauknya, sayurannya.
Mungkin
banyak/sebagian diantara kita yg tidak/belum mengetahui tentang Makna filosofi
dari sebuah Nasi Tumpeng yg sering kita jumpai dalam keseharian kita sebagai
umat Islam.
Atas dasar hal tersebut diataslah, saya ingin sekedar berbagi tentang Makna Filosofi dari sebuah Nasi Tumpeng ini.
Atas dasar hal tersebut diataslah, saya ingin sekedar berbagi tentang Makna Filosofi dari sebuah Nasi Tumpeng ini.
Banyak umat Islam khususnya di
Jawa saat ini semakin tidak memahami tata-cara, guna dan makna Nasi Tumpeng
yang seharusnya dibuat secara khusus beradasarkan aturan ketat. Nasi Tumpeng
sesungguhnya adalah sebagai salah satu adat atau tradisi dan ajaran umat Hindu
yang diungkapkan melalui bentuk makanan. Artinya, segala hal yang terdapat pada
Nasi Tumpeng tidak lagi berupa bahasa lisan ataupun bahasa tulisan tetapi lebih
merupakan “bahasa rupa bentuk” yang padat makna, dari cara pembuatan hingga
penyajian harus dilakukan sesuai aturan.
Tanda-tanda yang dilambangkan melalui peralatan memasak merupakan “peringatan” bahwa alam (lingkung kehidupan) harus tetap terjaga, hal ini mengingatkan kepada seluruh keturunan agar tetap waspada karena bangsa ini hidup di wilayah gunung berapi, dalam istilah lain diumpamakan dengan bangsa yang menunggangi naga api.
Tanda-tanda yang dilambangkan melalui peralatan memasak merupakan “peringatan” bahwa alam (lingkung kehidupan) harus tetap terjaga, hal ini mengingatkan kepada seluruh keturunan agar tetap waspada karena bangsa ini hidup di wilayah gunung berapi, dalam istilah lain diumpamakan dengan bangsa yang menunggangi naga api.
Tumpeng merupakan sajian nasi
kerucut dengan aneka lauk pauk yang ditempatkan dalam tampah, tumpeng merupakan
tradisi sajian yang digunakan dalam tradisi upacara.[1]
Makna
dan filosofi dari nasi tumpeng adalah:
Nasi
yang berbentuk kerucut dilambangkan sebagai tangan merapat menyembah tuhan dan
bentuk kerucut dilambangkan sebagai harapan agar kesejahteraan hidup kita
semakin naik dan tinggi.
Ayam
yang dimasak utuh dengan bumbu kuning ini disimbolkan sebagai penyembah tuhan
dengan khusuk dengan hati yang tenang. Dan menyembelih ayam jago mempunyai
makna menghindari sifat-sifat buruk.
Telur
yang disajikan utuh dengan kulitnya dilambangkankan semua tindakan kita harus
direncanakan (dikupas) dikerjakan sesuai rencana agar hasilnya sempurna.
Ikan
lele dilambangkan sebagai ketabahan, keuletan dalam hidup dan sanggup hidup
dalam situasi apapun. Karena ikan lele merupakan ikan yang dapat hidup di air
yang tidak mengalir dan dalam kondisi air keruh.
Ikan
teri dilambangkan sebagai kebersamaan dan kerukunan kerena ikan teri hidup
dilaut dengan bergerombol.
Sayur
dan Uraban sayuran yang digunakan antara lain kangkung, bayam, kacang panjang,
taoge, dan kluwih: kangkung dilambangkan sebagai pelindung, tercapai, Bayam
berarti ayem tentrem, Kacang panjang berarti pemikiran yang jauh kedepan, Taoge
berarti tumbuh, Kluwih atau linuwih berarti mempunyai kelebihan. Sedangkan
bumbu urap dilambangkan sebagai mampu menghidupi dan menafkahi keluarga.[2]
Hanya
itu saja yang bisa saya tahu dari makna nasi tumpeng, pada dasarnya nasi
tumpeng adalah sebuah tradisi yang berasal dari masyarakat hindu jaman dulu,
namun umat islam dalam memaknainya berbeda dengan masyarakat hindu. Umuat islam
memaknai nasi tumpeng sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas semua
karunia dan limpahan rizki yang diberikan dan dituangkan dalam bentuk nasi
tumpeng yang banyak terdapat olahan macam-macam lauk dan sayuran.
by.Nor Ahsan
Habibi/
No comments:
Post a Comment