Thursday, November 19, 2015

ADAT (memutari pohon asem) SETELAH PROSESI PERNIKAHAN MASYARAKAT DESA GUNUNG PANTI KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI

ADAT (memutari pohon asem) SETELAH PROSESI  PERNIKAHAN MASYARAKAT DESA GUNUNG PANTI KECAMATAN WINONG KABUPATEN PATI
                   Pada hari kamis tanggal 14 tahun 2014 anak bungsu dari  bapak kliwon dan ibu marni yang bernama yeni nur ana mengakhiri masa mudanya. Menikah dengan anak bungsu pasangan  bapak paidin dan ibu nyami  yang bernama paidi dari desa ndolo kecamatan jaken kabupaten pati. Sekitar pukul 9 pagi dilaksanakan prosesi akad nikah , setelah akad nikah dilangsungkan acara temu nganten , seusai acara tersebut kedua mempelai melaksanakan adat desa gunung panti yaitu memutari punden desa (yang diyakini) berada di sekitar pohon asem yang berada di dalam pasar desa gunung panti selama satu kali. Pengantin di dampingi sesepuh desa dan dari teman-teman pengantin, masing-masing pengiring membawa kembang mayang. Sebelum memasuki lokasi pohon asem sesepuh desa membaca basmalah terlebih dahulu. [1]
                   Adat setelah prosesi pernikahan  yang dilakukan mempelai  sudah menjadi kebiasaan masyarakat desa gunung panti kecamatan winong kabupaten pati. Menurut salah satu tokoh
masyarakat desa  gunung panti yaitu bapak kasdi ‘’ itu adalah adat desa dari zaman dahulu’’ ujarnya. Konon dahulu ada seorang tokoh masyarakat yang di isyarohi oleh leluhur desa agar setiap ada pernikahan harus memutari punden desa (yang diyakini) berada di sekitar pohon asem untuk menghormati leluhur desa dan mendapat restunya. Jika tidak dilaksanakan di percaya salah satu  dari dua keluarga akan mendapat musibah .
                   Adat  tersebut sudah dilakukan dari zaman dahulu sampai sekarang ini. Menurut bapak kasdi dahulu ada seorang warga yang tidak melaksanakan adat tesebut  dan mendapat musibah dia mengalami gangguan kejiwaan.  Ada juga yang mengatakan musibah nya berimbas pada keluarga,  salah satu dari kelurga mempelai akan meninggal. masyarakat desa gunung panti tidak ada yang berani melanggar adat desa . karena sudah adat nya dan menghormati punden desa gunung panti.[2]
               Nilai pendidikan islam nya, kita diajarai menghormati leluhur kita, melestarikan adat istiadat didaerah asal kita, lebih mendekatkan diri kepada allah.

 by.INDAH TIKA AGNESYIA/cliquersaxnes@yahoo.co.id




[1] Wawancara dengan ibu marni,sabtu 16 mei 2015,16.50.
[2] Wawancara dengan bapak kasdi,sabtu 16 mei 2015,jam 16.00.

No comments:

Post a Comment