Filosofi Pendidikan Maulud Nabi
Muhammad SAW Dalam Golok-Golok Mentok
Golok-golok mentok merupakan tradisi para leluhur untuk menghormati
kelahiran nabi Muhammad, golok-golok mentok semacam wadah terbuat dari anyaman
bambu yang diisi dengan makan-makan atau jajan pasar
.[1]
Golok dalam bahasa Jawa diartikan sebagai gaman,
Sedangkan gaman itu tajam/ gaman sendiri sebagi bentuk filosofis dari pedeng karena bentuk senjata
yang mirip dengan pedang pada masyarakat Jawa adalah golok itu sendiri meskipun
ada banyak benda semisal itu celurit atau arit.
Sedangkan
mentok dapat diartikan dada, jadi filosofi golok-golok mentok adalah harapan
besar bagi umat islam agar mengimani atau memahami
ajaran nabi setajam golok dan selalu tertanam kuat di dalam hati setiap orang. [2]
Pada zaman jahiliyah martabat perempuan
masih sangat rendah oleh karena itu anak perempuan seringkali dibunuh dan dianggap sebagai aib oleh keluarga apabila seorang istri melahirkan anak perempuan. Maka pada zaman itu kaum perempuan seperti halnya barang yang tidak ada gunanya, karena pada zaman jahiliyah tidak ada ikatan pernikahan dan perempuan seringkali menjadi salah satu barang rampasan perang.
masih sangat rendah oleh karena itu anak perempuan seringkali dibunuh dan dianggap sebagai aib oleh keluarga apabila seorang istri melahirkan anak perempuan. Maka pada zaman itu kaum perempuan seperti halnya barang yang tidak ada gunanya, karena pada zaman jahiliyah tidak ada ikatan pernikahan dan perempuan seringkali menjadi salah satu barang rampasan perang.
Akan tetapi
setelah nabi Muhammad dilahirkan dan diutus menjadi Rasul kaum perempuan sudah
tidak lagi seperti
pada zaman jahiliyah dulu. Oleh karena historis seperti itulah oleh orang-orang
Jawa membuat tradisi golok-golok mentok yang isinya sebagai rasa syukur atas
kelahiran nabi Muhammad yang telah membebaskan kaum permpuan dari belenggu jahiliyah
Umumnya golok-golok mentok adalah tradisi yang
dilakukan oleh para prempuan dengan membawa keranjang yang terbuat dari anyaman
bambu dan diisi dengan makanan atau jajan pasar. Pada saaat malam 12 Rabiul
awal golok-golok mentok dibawa ke musolla, masjid atau langgar.
“Golok-golok mentok dolanane wong wedok metitik metotok amin” seperti itulah
doa atau nyayian yang mengiringi para perempuan yang membawa golok-golok mentok
sebelum sampai di mushola, masjid atau langgar. Kemudian didoai oleh para
sesepuh atau kyai desa setempat. [3]
“Golok-golok mentok merupakan tradisi di bulan
maulud dan diperuntukkan bagi kaum perempuan, karena golok-golok mentok sebagai
perlambangan bentuk rasa syukur atas lahirnya nabi Muhammad yang telah membawa
kecerahan dari zaman jahiliyah menuju zaman Islamiyah. Kaum prempuan pada zaman itu sering kali
dibunuh, dan bulan maulud adalah kebebasan bagi kaum prempuan, karena nabi
Muhammad lahir di bulan maulud. Karena itu bentuk rasa syukur oleh tradisi Jawa
melalui golok-golok mentok”. [4]
Kebudayaan ini biasanya diikuti oleh anak-anak kecil yang rentan usianya
Antara 5 sampai 12 tahun. Mereka biasanya mengikuti
atau hanya ajakan lingkungan sekitar atau atas dasar perintah orang tua. Dari kebudayaan ini mereka diajarkan untuk lebih
mencintai dan mensyukuri atas kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Selain itu ternyata kebudayaan ini
memiliki beberapa peran terhadap pendidikan islami anak-anak sejak usia dini diantaranya adalah sebagai berikut :
1.
Pendidikan Ketrampilan
Dari
sini anak-anak dilatih ketrampilan dalam menata beberapa jajan dalam keranjang
yang kecil dan menjaganya agar tetap utuh berceceran walaupun dibawa
berkeliling . Dari situ dapat diambil makna filosofi bahwa dikemudian hari
seorang manusia haruslah bisa menata hidupnya sesuai keadaan lingkungannya
sekalipun hanya lingkungan kecil. Dan tetap kokoh mempertahankan nilai-nilai
islami walaupun harus pergi jauh dari lingkungan tersebut.
2.
Pendidikan Sosial
Semua anak membawa jajan dan bentuk
keranjang yang sama. Tak ada pembedaan Antara anak yang cukup berada maupun
kurang berada. Disitulah anak diajarkan untuk hidup berdampingan rukun dengan
lingkungan sekitar walaupun mereka memiliki kehidupan social material yang
berbeda-beda.
3.
Pendidikan Apreasiasi
Golok-golok mentok merupakan
ungkapan rasa syukur umat islam di Jawa khususnya di Kudus kepada Allah yang
telah mengutus Nabi Muhammad SAW untuk menyalamatkan kesalamatan anak perempuan
dari kebodohan umat jahiliyah. Dari sini selain anak diajak untuk lebih
mencintai Allah dan Nabi Muhammad SAW, anak juga diajari untuk belajar
menghargai atas apa yang telah diberikan orang lain kepada kita.
4.
Pedidikan Afektif (Tingkah laku)
Serangkain kegiatan dari golok-golok
mentok anak diajarkan untuk menyenangi dan menyadari dengan ikhlas kebenaran
ajaran agama Islam yang ia rasakan lalu menjadikannya sebagai “sistem nilai
diri”. Kemudian, pada gilirannya ia menjadikan system nilai ini sebagai
penuntun hidup baik di kala suka maupun duka. [5]
[1] Sunahrowi dkk. 2010. Pengantar Ilmu
Budaya. Yogyakarta: Pelangi Publishing.
[2] Hasil wawancara dengan HM.Noor Kholis
SAg.MPdI Ketua Tanfidizah MWC NU Kaliwungu, pada tanggal 20 Maret 2015.
[3]
Hasil wawancara dengan KH.Ahmad Rajab, Syuriah NU Kaliwungu, pada tanggal 20
Maret 2015
[4] Hasi wawancara dengan KH.Harun
Rosyid, Syuriah NU Kaliwungu, pada
tanggal 21 Maret 2015
No comments:
Post a Comment