NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI KUPATAN
Menurut bapak maksum selaku Imam di Mushola Nurul Hikmah desa
Pringtulis dukuh bondowoso pada tanggal 1 juni 2015 pukul 12:12, beliau
mengatakan bahwa, hari raya ketupat (kupatan) itu sebagai bentuk perayaan
(kemenangan) bagi mereka yang telah mampu melawan hawa nafsunya pada bulan
Ramadhan yang di tambah dengan 6 syawal. Tradisi Syawalan atau yang biasa
disebut Kupatan adalah sebuah tradisi perayaan yang dilaksanakan seminggu
setelah Idul Fitri. Khusus pada Hari Raya Kupatan. Konon masyarakat menyediakan
makanan terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun kelapa dan dianyam
sedemikian rupa membentuk persegi belah ketupat, diperkirakan masuk ke tanah
Jawa ketika agama Islam diterima masyarakat. Tradisi kupatan berangkat dari upaya-upaya Walisongo memasukkan ajaran
Islam. Sunan Kalijaga
adalah orang pertama kali yang memperkenalkan tradisi tersebut. Beliaulah yang
membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran yang jatuh bertepatan
1 Syawal dan Bakda Kupat yang berlangsung satu minggu setelah Lebaran. Tradisi Bakda Kupat yang menggunakan ketupat sebenarnya merupakan simbol bahwa seseorang yang membawa ketupat itu, manusia yang mengaku lepat.
1 Syawal dan Bakda Kupat yang berlangsung satu minggu setelah Lebaran. Tradisi Bakda Kupat yang menggunakan ketupat sebenarnya merupakan simbol bahwa seseorang yang membawa ketupat itu, manusia yang mengaku lepat.
Tradisi kupatan ini
merupakan puncak acara dari pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8
syawal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri.
Tradisi kupatan biasanya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, dimana warga pergi ke masjid dan musholla terdekat dengan membawa hidangan kupat danlepet sedangkan lauk pauknya disesuaikan dengan hidangan ketupat yaitu opor ayam atau sayur yang lainnya sesuai dengan selera, berdoa bersama dan diakhiri dengan makan bersama ketupat yang dibawa. Kupatan menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang melimpahkan rahmat kepada umat muslim sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya idul fitri.
Tradisi kupatan biasanya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, dimana warga pergi ke masjid dan musholla terdekat dengan membawa hidangan kupat danlepet sedangkan lauk pauknya disesuaikan dengan hidangan ketupat yaitu opor ayam atau sayur yang lainnya sesuai dengan selera, berdoa bersama dan diakhiri dengan makan bersama ketupat yang dibawa. Kupatan menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang melimpahkan rahmat kepada umat muslim sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya idul fitri.
Tradisi kupatan sendiri
sering dilakukan oleh masyarakat yang menyelenggarakannya,
Misalnya saja seperti keluarga, kerabat ataupun tetangga. kupat dan lepet beserta opor ayam ini akan dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara terdekat. Saling kirim dan saling menerima sehingga memberi makna saling memberi dan saling memaafkan.
Misalnya saja seperti keluarga, kerabat ataupun tetangga. kupat dan lepet beserta opor ayam ini akan dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara terdekat. Saling kirim dan saling menerima sehingga memberi makna saling memberi dan saling memaafkan.
Arti dari ketupat atau
kupat dalam bahasa jawa merupakan kependekan dari “Ngaku lepat” artinya
mengakui kesalahan. Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia biasa
pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama. Maka dengan budaya kupatan
setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita
masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Dengan sikap saling
memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan merasakan kedamaian, ketenangan
dan ketentraman.
Dipilihnya janur karena
janur biasa digunakan masyarakat Jawa dalam suasana suka cita. Umumnya,
dipasang saat ada pesta pernikahan atau peristiwa menggembirakan lain. Janur
dalam bahasa Arab berasal dari kata Jaa Nur atau telah datang cahaya. Sebuah
harapan cahaya menuju rahmat Allah, sehingga terwujud negeri yang makmur dan
penuh berkah. Sedang isinya, dipilih beras baik-baik yang dimasak jadi satu
sehingga membentuk gumpalan beras yang sangat kempel. Ini pun memiliki makna
tersendiri, yakni makna kebersamaan dan kemakmuran.
Bentuk ketupat yaitu ada yang
segi empat dan ada yang segi lima, bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat lima pancer”,yang
bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah.
Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu
manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk
memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah,
dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan
orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah
mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai
rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia
sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan
kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat
diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.
ketupat yang berbentuk segi lima,
mempunyai arti “barang limo rak keno ucul” yaiku : lima waktu sembahyang yaiku,
Subuh, Dhuhur, ‘Asar, Maghrib, Ngisa’.
Opor maksudnya nyuwun
sepuro atau minta
maaf. Jika seseorang mengaku berbuat kesalahan maka harus mendahului
dengan memohon maaf. Sedangkan lepet maksudnya mangga dipun silep ingkang rapet atau mari kita kubur yang rapat.
Setelah mengaku salah maka hal-hal yang tidak baik harus disimpan
(ditutup) rapat-rapat, jangan diungkap lagi. Lepet merupakan makanan yang
menyerupai bentuk mayat. Karena makanan dari ketan dan kelapa itu diberi tali
tiga melingkar seperti kafan, pembungkus jenazah. Ketan itu sangat lengket yang
dikandung maksud untuk semakin erat tali persaudaraan. Ditali tiga seperti
mayat maksudnya agar nantinya kesalahan tidak menjadi dendam samapi mati.
Jadi setelah mengakui kesalahan kemudian minta maaf dan mengubur
kesalahan yang sudah dimaafkan untuk tidak diulang kembali dengan hati bersih
agar persaudaraan semakin erat dan dengan saling memaafkan maka kesalahan tidak
menjadi dendam yang terbawa sampai mati.
Nilai pendidikan islam:
1.
Tradisi kupatan bisa menjadi sarana komunikasi, interaksi dan saling
menghargai dan menghormati antara masyarakat satu dengan yang lain.
2.
Memper erat tali silaturahmi
3.
Dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama
mengakui kesalahan kita masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan.
4.
Tradisi kupatan ini menjadi ucapan rasa syukur terhadap Allah, karena
limpahan rizkinya, disamping itu juga sebagai ucapan syukur atas apa yang telah
dilakukannya, yakni berpuasa selama satu bulan penuh.
No comments:
Post a Comment