Monday, November 30, 2015

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI KUPATAN

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI KUPATAN

            Menurut bapak maksum selaku Imam di Mushola Nurul Hikmah desa Pringtulis dukuh bondowoso pada tanggal 1 juni 2015 pukul 12:12, beliau mengatakan bahwa, hari raya ketupat (kupatan) itu sebagai bentuk perayaan (kemenangan) bagi mereka yang telah mampu melawan hawa nafsunya pada bulan Ramadhan yang di tambah dengan 6 syawal. Tradisi Syawalan atau yang biasa disebut Kupatan adalah sebuah tradisi perayaan yang dilaksanakan seminggu setelah Idul Fitri. Khusus pada Hari Raya Kupatan. Konon masyarakat menyediakan makanan terbuat dari beras yang dibungkus dengan daun kelapa dan dianyam sedemikian rupa membentuk persegi belah ketupat, diperkirakan masuk ke tanah Jawa ketika agama Islam diterima masyarakat. Tradisi kupatan berangkat dari upaya-upaya Walisongo memasukkan ajaran Islam. Sunan Kalijaga adalah orang pertama kali yang memperkenalkan tradisi tersebut. Beliaulah yang membudayakan dua kali Bakda, yaitu Bakda Lebaran yang jatuh bertepatan
1 Syawal dan Bakda Kupat yang berlangsung satu minggu setelah Lebaran. Tradisi Bakda Kupat yang menggunakan ketupat sebenarnya merupakan simbol bahwa seseorang yang membawa ketupat itu, manusia yang mengaku lepat.
            Tradisi kupatan ini merupakan puncak acara dari pekan Syawalan yang diselenggarakan pada tanggal 8 syawal atau 1 minggu setelah hari Raya Idul Fitri.
Tradisi  kupatan biasanya dimulai sekitar pukul 06.00 WIB, dimana warga pergi ke masjid dan musholla terdekat dengan membawa hidangan kupat danlepet sedangkan lauk pauknya disesuaikan dengan hidangan ketupat yaitu opor ayam atau sayur yang lainnya sesuai dengan selera, berdoa bersama dan diakhiri dengan makan bersama ketupat yang dibawa. Kupatan menjadi salah satu cara untuk mengungkapkan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang melimpahkan rahmat kepada umat muslim sehingga bisa melaksanakan ibadah puasa dan merayakan hari raya idul fitri.
            Tradisi kupatan sendiri sering dilakukan oleh masyarakat yang menyelenggarakannya,
Misalnya saja seperti keluarga, kerabat ataupun tetangga. kupat dan lepet beserta opor ayam ini akan dibagi-bagikan kepada tetangga dan saudara terdekat. Saling kirim dan saling menerima sehingga memberi makna saling memberi dan saling memaafkan.


            Arti dari ketupat atau kupat dalam bahasa jawa merupakan kependekan dari “Ngaku lepat” artinya mengakui kesalahan. Ini suatu isyarat bahwa kita sebagai manusia biasa pasti pernah melakukan kesalahan kepada sesama. Maka dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan. Dengan sikap saling memaafkan, dijamin dalam hidup ini kita akan merasakan kedamaian, ketenangan dan ketentraman.
            Dipilihnya janur karena janur biasa digunakan masyarakat Jawa dalam suasana suka cita. Umumnya, dipasang saat ada pesta pernikahan atau peristiwa menggembirakan lain. Janur dalam bahasa Arab berasal dari kata Jaa Nur atau telah datang cahaya. Sebuah harapan cahaya menuju rahmat Allah, sehingga terwujud negeri yang makmur dan penuh berkah. Sedang isinya, dipilih beras baik-baik yang dimasak jadi satu sehingga membentuk gumpalan beras yang sangat kempel. Ini pun memiliki makna tersendiri, yakni makna kebersamaan dan kemakmuran.
         Bentuk ketupat yaitu ada yang segi empat  dan ada yang segi lima, bentuk segi empat mencerminkan prinsip  “kiblat papat lima pancer”,yang bermakna bahwa ke mana pun manusia menuju, pasti selalu kembali kepada Allah. Kiblat papat lima pancer ini, dapat juga diartikan sebagai empat macam nafsu manusia, yaitu amarah, yakni nafsu emosional, aluamah atau nafsu untuk memuaskan rasa lapar, supiah adalah nafsu untuk memiliki sesuatu yang indah, dan mutmainah, nafsu untuk memaksa diri. Keempat nafsu ini yang ditaklukkan orang selama berpuasa. Jadi, dengan memakan ketupat orang disimbolkan sudah mampu menaklukkan keempat nafsu tersebut. Sebagian masyarakat juga memaknai rumitnya anyaman bungkus ketupat mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia sedangkan warna putih ketupat ketika dibelah dua mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah mohon ampun dari kesalahan. Beras sebagai isi ketupat diharapkan menjadi lambang kemakmuran setelah hari raya.
 ketupat yang berbentuk segi lima, mempunyai arti “barang limo rak keno ucul” yaiku : lima waktu sembahyang yaiku, Subuh, Dhuhur, ‘Asar, Maghrib, Ngisa’.
            Opor maksudnya nyuwun sepuro atau minta maaf. Jika seseorang mengaku berbuat kesalahan maka harus mendahului dengan memohon maaf. Sedangkan lepet maksudnya mangga dipun silep ingkang rapet atau mari kita kubur yang rapat.  Setelah mengaku salah maka hal-hal yang tidak baik harus disimpan (ditutup) rapat-rapat, jangan diungkap lagi. Lepet merupakan makanan yang menyerupai bentuk mayat. Karena makanan dari ketan dan kelapa itu diberi tali tiga melingkar seperti kafan, pembungkus jenazah. Ketan itu sangat lengket yang dikandung maksud untuk semakin erat tali persaudaraan. Ditali tiga seperti mayat maksudnya agar nantinya kesalahan tidak menjadi dendam samapi mati.
Jadi setelah mengakui kesalahan kemudian minta maaf dan mengubur kesalahan yang sudah dimaafkan untuk tidak diulang kembali dengan hati bersih agar persaudaraan semakin erat dan dengan saling memaafkan maka kesalahan tidak menjadi dendam yang terbawa sampai mati.
Nilai pendidikan islam:
1.       Tradisi kupatan bisa menjadi sarana komunikasi, interaksi dan saling menghargai dan menghormati antara masyarakat satu dengan yang lain.
2.      Memper erat tali silaturahmi
3.      Dengan budaya kupatan setahun sekali ini kita diingatkan agar sama-sama mengakui kesalahan kita masing-masing, kemudian rela untuk saling memaafkan.

4.      Tradisi kupatan ini menjadi ucapan rasa syukur terhadap Allah, karena limpahan rizkinya, disamping itu juga sebagai ucapan syukur atas apa yang telah dilakukannya, yakni berpuasa selama satu bulan penuh.

by.SITI JURIAH/sitijuriah122@yahoo.com

No comments:

Post a Comment