A. PENDAHULUAN
Tujuan studi filsafat adalah
mengantarkan ke dalam dunia filsafat, sehingga minimal dia dapat mengetahui
apakah filsafat, maksud dan tujuannya.
Adapun tujuan umumnya adalah
menjadikan manusia yang susila. Pengertian “susila” di sini terdapat dalam rung
lingkup tertentu sesui dengan tempat dan aturan yang ada. Orang susila
dipandang sebagai ahli filsafat, ahli hidup, dan sekaligus sebagai orang yang
bijaksana. Karena itu, pada giliran selanjutnya, orang tersebut akan
mendapatkan kehidupan yang bahagia.
Sedangkan tujuan khususnya adalah
menjadikan manusia yang berilmu. Dalam hal ini, ahli filsafat dipandang sebagai
orang yang ahli dalam bidang ilmu pengetahuan (ilmuwan), yang selalu mencari
kenyataan kebenaran dari semua problem pokok keilmuwan.
Perbedaan orang yang berfilsafat
dengan yang tidak berfilsafat terletak pada sikap seseorang terhadap hidupnya.
Karena filsafat akan mengajarkan kita tentang kesadaran, kemauan, dan
kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup, maka yang diperlukan dalam studi filsafat adalah :
kemampuan manusia sesuai dengan kedudukannya sebagai makhluk individu, makhluk social, dan makhluk Tuhan untuk diaplikasikan dalam hidup, maka yang diperlukan dalam studi filsafat adalah :
1. Sikap yang sesuai. Sikap yang dimaksud adalah berusaha untuk
mengobyektivikasikan dirinya, serta memandang perlu hal yang di pelajari.
2. Kepribadian yang sesuai. Kepribadian yang dimaksud adalah
berusaha untuk memperoleh sesuatu kepribadian yang sesuai.[1]
B.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengartian Filsafat?
2. Bagaimana ciri-ciri pemikiran Filsafat?
3. Mengapa mempelajari Filsafat?
4. Bagaimana kelahiran
Filsafat Yunani?
5. Apa saja masa-masa Filsafat barat abad pertengahan?
C.
WACANA
1.
Pengertian Filsafat
Dari
berbagai tulisan terkesan bahwa tidak ada kesamaan pendapat tentang asal mula
kata filsafat. Sebagian orang berpendapat bahwa kata filsafat berasal dari
bahasa Arab falsafah yang dikaitkan
dengan kata sofiah yang berarti
bijaksana dan kata sufi sebagai
sebutan begi orang yang ahli berfilsafat. Menurut pendapat ini, istilah
filsafat selanjutnya berkembang di daratan Eropa, dibawa oleh prajurit salah
satu kerajaan di Eropa yang melakukan penyerangan besar-besaran ke jazirah
Arab. Di pihak lain ada yang berpendapat bahwa kata filsafat justru berasal
dari bahasa Latin (Yunani) dan merupakan penyatuan dua kata philo yang berarti teman, sahabat, yang
mungkin ada kaitan dengan bahasa Inggris fellow,
dan kata shopia yang artinya sama
dengan arti dalam bahasa Arab, yaitu bijaksana. Namun juga ada yang berpendapat
bahwa dalam kata filsafat tersebut kata kuncinya bukan bijaksana, tetapi
kebenaran, sehingga kata filasafat diartikan sebagai cinta kebijaksanaan atau
cinta kebenaran.[2]
Berikut ini adalah
pendapat para filosof dunia tentang arti dari filsafat:
a.
Menurut Plato, “filsafat
adalah pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli.”
b.
Aristoteles mengartikan
filsafat sebagai “ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang tergabung di
dalamnya metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.”
c.
Immanuel Kant mengartikan
filsafat sebagai pengetahuan yang menjadi pangkal pokok segala pengetahuan yang
tercakup di dalamnya: apa yang dapat diketahui (metafisika), apa yang
seharusnya diketahui (etika), sampai dimana harapan kita (agama), apa itu
manusia (antropologi).
Sedangkan
Al-Farabi memaknai filsafat sebagai pengetahuan tentang hakikat sebagai yang
sebnarnya.[3]
d.
Rene Descartes mengartikan
filsafat merupakan kumpulan segala pengetahuan, di mana Tuhan, alam dan manusia
menjadi pokok penyelidikan.
e.
Menurut Francis Bacon,
filsafat merupakan induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani semua
pengetahuan sabagai bidangnya.[4]
2.
Ciri-ciri pemikiran
filsafat
Menurut Clarence I. Lewis seorang
ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses refleksi
dari bekerjanya akal.sedangkan sisi yang terkandung dalam proses refleksi
adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia.[5]
Demikian juga kegiatan secara kefilsafatan
bukan hanya merenung atau kontenplasi belakang yang tdak ada sangkut mautnya
dengan realitas,namun berfikir secara kefilsafatan senantiasa berkaitan dengan
masalah manusia dan bersifat Maka suatu kegiatan berfikir secara
kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Berfikir kritis. Suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan senantiasa bersifat kritis
yaitu senantiasa mempertannyakaan segala sesuatu,problem-problem, atau hal-hal
yang lain.sifat kritis ini juga mengawali perkembanggan ilmu pengetahuan
modern.
b. Bersifat konseptual. Yaitu mengenai hasil generalisasi dan abstraksi dari
pengalaman tentang hal-hal serta proses-proses individual. Berfikir secara
kefilsafatan tidak bersangkutan dengan pemikiran terhadap
perbuatan-perbuatanbebas yang dilakukan oleh orang-orang tertentu sebagaimana
yang biasa dipelajari oleh seorang psikolog, melainkan bersangkutan dengan
pemikiran
c.
Kohereh
(runtun). Berfikir secara koheren dan konsisten. Artinya, berfikir sesuai dengan
kaidah-kaidah berfikir dan tidak mengandung kontradiksi atau dapat pula
diartikan dengan berfikir secara runtut.
d. Bersifat menyeluruh (komprehensif). Berfikir
secara filsafat berusaha untuk menjelaskan alam semesta secara keseluruhan
e. Bersifat universal. Berfikir secara umum adalah berfikir tentang hal-hal
serta suatu proses yang bersifat umum. Jalan yang dituju oleh seorang filsuf
adalah keumuman yang diperoleh dari hal-hal yang bersifat khusus yang ada dalam
kenyataan.
f. Bersifat
sistematis artinya pendapat yang merupakan uraian kefilsafatan itu
harus saling berhubungan secara teratur dan terkandung adanya maksud atau
tujuan tertentu
g. Bertanggungjawab
artinya seseorang yang berfilsafat adalah orang yang
berpikir sekaligus bertanggungjawab terhadap hasil pemikirannya, paling tidak
terhadap hati nuraninya sendiri.
aktual dan hakiki.[6]
3.
Kegunaan mempelajari
Filsafat
a. Dengan belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu
pengetahuan, karena dengan bertambahnya ilmu pengetahuan akan bertambah pula
cakrawala pandang yang semakin luas. sehingga dapat mebantu penyelesaian masalah yang akan kita
hadapi dengan cara yang lebih bijaksana.
b. Agar terlatih berfikir serius,agar mampu memahami
filsafat
c. Dasar dari semua tindakan adalah ide. sesungguhnya filsafat didalamnya memuat ide-ide yang fundemental. Ide-ide
itulah yang akan membawa manusia kearah suatu kemampuan untk merentang
kesadarannya dalam segala tindakannya.[7]
4.
Kelahiran Filsafat Yunani
Lahirnya filsafat yunani
diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani yang hidup pada abad ke-6
SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai
sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran
lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
Setelah abad ke-6 SM muncul sejumlah
ahli pikir yang menentang adanya mitos. Mereka menginginkan adanya pertanyaan
tentang isi alam semesta ini, jawabannya dapat diterima akal (rasional).
Keadaan yang demikian ini sebagai suatu
kebangkitan pemikiran untuk menggunakan akal pikiran dan meninggalkan hal-hal
yang sifatnya mitologi.Upaya para ahli pikir untuk mengarahkan kepada suatu
kebebasan berfikir , ini kemudian banyak orang mencoba membuat suatu konsep
yang dilandasi kekuatan akal pikir secara murni, maka timbullah peristiwa ajaib
The Greek Miracle yang artinya dapat dijadikan sebagai landasan
peradaban dunia.[8]
Pelaku filsafat adalah akal dan
musuhnya adalah hati. Pertentangan antara akal dan hati itulah pada dasarnya
isi sejarah filsafat. Memang pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga
tempat yaitu indera,
akal dan hati. Namun , akal dan hatilah yang paling menentukan. Di dalam sejarah filsafat kelihatan akal pernah menang, pernah kalah, hati
pernah berjaya, juga pernah kalah, pernah juga kedua-duanya sama sama-sama
menang. Diantara keduanya dalam sejarah telah terjadi perebutan dominasi siapa yang kuasa dalam mengendalikan kehidupan manusia.
Yang dimaksud dengan akal disini ialah
akal logis yang bertempat di kepala, sedangkan hati adalah rasa yang kira-kira
bertempat di dalam dada. Akal itulah yang menghasilkan pengetahuan logis yang disebut filsafat. Sedangkan
hati pada dasarnya menghasilkan pengetahuan supralogis yang disebut pengetahuan
mistik, iman termasuk disini. [9]
Ciri umum filsafat yunani adalah
rasionalisme yang dimana mencapai puncaknya pada orang-orang sofis. Dalam sejarah filsafat yunani biasanya dimajukan sebagai pangkal sejarah
filsafat barat, karena dunia barat (Eropa Barat) dalam alam pikirannya berpangkal kepada
pemikiran yunani. Pada masa itu ada keterangan-keterangan tentang terjadinya
alam semesta serta dengan penghuninya, akan tetapi keterangan ini berdasarkan
kepercayaan. Ahli-ahli pikir tidka puas akan keterangan itu lalu mencoba
mencari keterangan melalui budinya. Mereka menanyakan dan mencari jawabannya
apakah sebetulnya alam itu. Apakah intisarinya? Mungkin yang beraneka warna
ynag ada dalam alam ini dapat dipulangkan kepada yang satu. Mereka mencari inti
alam, dengan istilah mereka : mereka mencari arche alam (arche dalam
bahasa yunani yang berarti mula, asal).[10]
5.
Masa-masa Filsafat
Barat abad pertengahan
Filsafat Yunani mengalami
kemegahan dan kejayaannya dengan hasil yang sangat gemilang, yaitu Yunani
merupakan titik tolak peradaban manusia di dunia. Giliran selanjutnya adalah
warisan peradaban Yunani jatuh ke tangan kekuasaan Romawi. Kekuasaan Romawi
memperlihatkan kebesaran dan kekuasaannya hingga daratan Eropa (Britania),
tidak ketinggalan pula pemikiran filsafat Yunani juga ikut terbawa. Hal ini
berkat peran Caesar Agustus yang berperan mencipta masa keemasan kesustraan
Latin, kesenian, dan arsitektur Romawi.[11]
Di dalam masa pertumbuhan dan
perkembangan filsafat Eropa (kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli piker
(filosof) , akan tetapi setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli
pikir yang mengadakan penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang
mengawali kelahiran filsafat Barat abad pertengahan.[12]
Filsafat barat abad
pertengahan (476-1492) juga dapat dikatakan sebagai “abad gelap”. Pendapat ini
didasarkan pada pendekatan sejarah gereja. Memang pada saat itu tindakan gereja
sangat mebelenggu kehidupan manusia sehingga manusia tidak lagi memiliki
kebebasan untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya. Para ahli
pikir pada saat itu pun tidak memiliki kebebasan berpikir. Apabila terdapat
pemikiran- pemikiran yang bertentangan dengan ajaran gereja, orang yang
mengemukakannya akan mendapat hukuman berat. Pihak gereja melarang diadakannya
penyelidikan-penyelidikan berdasarkan rasio terhadap agama. Yang berhak
mengadakannya adalah pihak gereja. Walaupun demikian, ada juga yang melanggar
dan mereka dianggap murtad kemudian di inkuisisi. Pengejaran terhadap orang-orang
murtad ini mencapai puncaknya pada saat Paus Innocentius III di akhir abad XII,
dan yang paling berhasil dlam pengejaran orang-orang murtad ini di Spanyol.
·
cara berfilsafatnya dipimpin oleh gereja
·
berfilsafat di dalam lingkungan ajaran Aristoteles
·
berfilsafat dengan pertolongan Augustinus dan lain-lain.
Masa ini
penuh dengan dominasi gereja, yang tujuannya untuk membimbing umat ke arah
hidup yang saleh. Namun di sisi lain, dominasi gereja ini tanpa memikirkan martabat
dan kebebasan manusia yang mempunyai perasaan, pikiran,keinginan dan cita-cita untuk menentukan masa depannya sendiri.
Masa abad pertengahan ini terbagi menjadi dua masa yaitu:
masa pratistik dan masa skolastik. Masa skolastik terbagi menjadi: Skolastik
Awal, Skolastik Puncak, dan Skolastik Akhir.[13]
- Masa Pratistik
Berasal dari kata latin pater atau bapak, yang artinya para
pemimpin gereja. Para pemimpin ini dipilih dari golongan atas atau golongan
ahli pikir. Dari golongan ahli pikir inilah menimbulkan sikap yang beragam
pemikirannya. Mereka ada yang menolak
filsafat Yunani dan ada yang menerimanya.Bagi yang menolak, mereka
beranggapan bahwa sudah mempunyai sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, dan
tidak dibenarkan apabila mencari sumber kebenaran yang lain seperti dari
filsafat Yunani. Bagi mereka yang menerima sebagai alasannya beranggapan bahwa
walaupun telah ada sumber kebenaran yaitu firman Tuhan, tetapi tidak ada
jeleknya menggunakan filsafat Yunani hanya diambil metodosnya saja (tata cara
berfikir).
Perbedaan pendapat
tersebut berkelanjutan, sehingga orang-orang yang menerima filsafat Yunani
menuduh bahwa mereka (orang‑orang Kristen yang menolak filsafat Yunani) itu munafik.
Kemudian, orang-orang yang dituduh munafik
tersebut menyangkal, bahwa tuduhan
tersebut dianggap fitnah. Dan pembelaan dari orang-orang yang menolak
filsafat Yunani mengatakan bahwa dirinyalah yang benar-benar hidup sejalan
dengan Tuhan.
Akibatnya, muncul upaya
untuk membela agama Kristen, yaitu para apologis (pembela iman Kristen)
dengan kesadarannya membela iman Kristen dari serangan filsafat Yunani. Para
pembela iman Kristen tersebut adalah
Justinus Martir, Irenaeus, Klemens, Origenes, Gregorius Nissa,
Tertullianus, Diosios Arepagos, Au-relius Augustinus.[14]
- Masa Skolastik
Istilah ini
berasal dari kata sifat yang berasal dari kata school, yang berarti sekolah.
Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan sekolah. Perkataan
skolastik merupakan corak khas dari sejarah filsafat abad pertengahan.
Beberapa pengertian dari corak khas skolastik :
1)
Merupakan filsafat yang mempunyai corak semata-mata agama.
Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan abad pertengahan yang religius.
2)
Merupakan filsafat yang mengabdi pada teologi atau filsafat
yang rasional memecahkan pesoalan-persoalan mengenai berpikir, sifat ada,
kejasmanian,kerohanian, baik buruk. Dari rumusan tersebut muncul istilah
Skolastik Yahudi, Skolastik Arab dan selainnya.
3)
Adalah suatu sistem filsafat yang termasuk jajaran
pengetahuan alam kodrat, akan dimasukkan ke dalam bentuk sintesis yang lebih
tinggi antara kepercayaan dan akal.
4)
Merupakan filsafat yunani karena banyak dipengaruhi oleh
ajaran gereja.
Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan filsafat skolastik yaitu :
Faktor religius
Yang
dimaksud dengan faktor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius. Mereka beranggapan bahwa hidup di dunia ini suatu
perjalanan ke tanah suci Yerussalem,
dunia ini bagaikan negeri asing dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata
saja (tempat kesedihan). Manusia dengan sifat kodratnya mempunyai cela atau
kelemahan, ia memerlukan suatu pengampunan untuk dapat sampai ke surga.
Anggapan dan keyakinan inilah yang dijadikan dasar pemikiran filsafatnya.
Faktor ilmu pengetahuan
Saat itu telah
banyak didirikan lembaga pengajaran yang diupayakan oleh biara-biara, gereja,
ataupun dari keluarga istana. Kepustakaannya diambil dari apara penulis Latin,
Arab (Islam) dan Yunani.
Masa skolastik terbagi menjadi tiga periode, yaitu :
1. Skolastik awal (800 – 1200)
2. Skolastik puncak (1200 –
1300)
3. Skolastik akhir (1300 –
1450)[15]
D. KESIMPULAN
·
Sebagian orang berpendapat
bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafah yang dikaitkan dengan kata sofiah yang berarti bijaksana dan kata sufi sebagai sebutan begi orang yang ahli berfilsafat.
·
Menurut Clarence I. Lewis
seorang ahli logika mengatakan bahwa filsafat itu sesungguhnya suatu proses
refleksi dari bekerjanya akal.sedangkan sisi yang terkandung dalam proses
refleksi adalah berbagai kegiatan/problema kehidupan manusia. Maka
suatu kegiatan berfikir secara kefilsafatan pada hakikinya memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Berfikir
kritis.
2.
Bersifat
konseptual.
3.
Kohereh
(runtun).
4.
Bersifat
menyeluruh (komprehensif).
5.
Bersifat
universal
6.
Bersifat sistematis
7.
Bertanggungjawab
·
Kegunaan mempelajari
Filsafat ialah :
1.
Dengan
belajar filsafat diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan.
2.
Dasar
dari semua tindakan adalah ide
3.
Agar
terlatih berfikir serius,agar mampu memahami filsafat
·
Lahirnya filsafat yunani
diperkirakan pada abad ke 6 SM. Orang yunani yang hidup pada abad ke-6
SM mempunyai sistem kepercayaan bahwa segala sesuatunya harus diterima sebagai
sesuatu yang bersumber pada mitos atau dongeng-dongeng. Artinya suatu kebenaran
lewat akal pikir (logis) tidak berlaku, yang berlaku hanya suatu kebenaran yang
bersumber dari mitos (dongeng-dongeng).
·
Di dalam masa pertumbuhan dan perkembangan filsafat Eropa
(kira-kira selama 5 abad) belum memunculkan ahli piker (filosof) , akan tetapi
setelah abad ke-6 Masehi, barulah muncul para ahli pikir yang mengadakan
penyelidikan filsafat. Jadi, filsafat Eropa yang mengawali kelahiran filsafat
Barat abad pertengahan.
[1]
Asmoro Ahmadi,Filsafat Umum,PT.RajaGrafindo Persada:Jakarta,1995,hlm VII
[2]
Tamsil Muis, dan Soegiono. Filsafat Pendidikan (Teori dan Praktik).
PT Remaja Rosdakarya Offset: Bandung. 2012. hlm 4
[3]
Ibid,hlm 5
[4]
Asmoro Achmadi,Op.Cit,hlm 3
[5]
Ibid,hlm 9
[6]
Kaelan, Filsafat Pancasila,Paradikma:Yogyakarta.1996,hlm
7
[7]
Asmoro Achmadi,Op.Cit,hlm 18
[8]
Ibid,hlm 29
[9]
Prof. Dr. Ahmad Tafsir. Filsafat Umum, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung,2002.hlm
47
[10]
I.R.Poedjawijatna.Pembimbing ke Arah Alam Filsafat,PT PEMBANGUNAN:Jakarta,1980.
Hlm 19
[11]
Asmoro Achmadi,Op.Cit,hlm 61
[12]
Ibid, hlm 62
[13]
Ibid, hlm 36-34
[14]
Ibid, hlm 64-65
[15]
Ibid,hlm 67-69
No comments:
Post a Comment