ADAT BANCAAN WETON
Orang jawa, khususnya pada daerah lebak pakis aji jepara mempunyai
kepercayaan yang biasa disebut “BANCAAN”. Biasanya bancaan tersebut dilakukan
pada malam hari weton seseorang, weton itu mirip ulang tahun tetapi bisa
terjadi 9 sampai 10 kali setahun karena mengikuti kalender jawa. Seseorang
harus dibuatkan bancaan weton minimal sekali seumur hidup. Namun akan lebih
baik dilakukan setahun sekali. Apabila seseorang sudah merasakan kesialan,
ketidakberuntungan, selalu mengalami kejadin buruk, biasanya dilakukan bancaan
weton.
Prosesi tersebut untuk meningkatkan akan proses kelahiran seseorang
yaitu menyatunya bapak dan ibu yang dilambangkan bentuk bubur merah sebagai
lambang untuk ibu dan bubur putih sebagai lambang untuk ayah. Bubur itu
kemudian ditaruh diatas
“dulur” bagi bayi selama 5 tahun, dengan jumlah bubur merah tiga dan bubur putih 4 yang dilengkapi dengan nasi dengan lauk telur, jangan kacang, daun ketela. setelah tertata rapi baru dimulai slametan weton tersebut dengan do’a surat al-qodr 3x, al-insyiroh 3x, al-kautsar 3x, al-ikhlas 3x kemudian al-fatihah. slametan weton tersebut bukan untuk bayi saja melainkan orang dewasa juga masih di slameti weton karena masyarakat meyakini tradisi bancaan weton ini dengan tujuan dan manfaat bancaan weton adalah “ngopahi seng momong” dalam artian seseorang yang di banca’i itu bisa terhindar dari perilaku yang keliru, ceroboh dalam bahasa orang jawa mendapatkan keslamatan di dunia, hasil sekolahnya, manfaat ilmunya.[1]
“dulur” bagi bayi selama 5 tahun, dengan jumlah bubur merah tiga dan bubur putih 4 yang dilengkapi dengan nasi dengan lauk telur, jangan kacang, daun ketela. setelah tertata rapi baru dimulai slametan weton tersebut dengan do’a surat al-qodr 3x, al-insyiroh 3x, al-kautsar 3x, al-ikhlas 3x kemudian al-fatihah. slametan weton tersebut bukan untuk bayi saja melainkan orang dewasa juga masih di slameti weton karena masyarakat meyakini tradisi bancaan weton ini dengan tujuan dan manfaat bancaan weton adalah “ngopahi seng momong” dalam artian seseorang yang di banca’i itu bisa terhindar dari perilaku yang keliru, ceroboh dalam bahasa orang jawa mendapatkan keslamatan di dunia, hasil sekolahnya, manfaat ilmunya.[1]
Bubur merah bubur putih itu untuk menghormati sedulur tua yang
waktu lahir sehari semalam, namanya “kakang kawah adi ari-ari”, harus di
hormati karena yang membuat jalan sebelum lahir itu kakang kawah yang keluar
duluan baru bayi lahir kemudian adi ari-arinya keluar setelah bayi. Itu perlu
di hormati, agar kita mendapatkan pitulungan dan do’a dari kakang kawah adi ari-ari setiap wetonnya agar
sekolah kita manfaat dan kalau yang dewasa atau sudah berumah tangga agar
tentrem kehidupannya. Slametan weton itu sudah ada dari dulu mulai dari
nenek-nenek dan canggah-canggah di desa itu. Masyarkat sekarang itu mengikuti
karena menghormati adat yang sudah dari dulu dlaksanakan. Slametan weton untuk
menghormati dengan jumlah bubur merah putih lima dengan bagian merah dua, dan
putih tiga. Untuk kelengkapannya sama dengan wawancara yang atas yaitu nasi
yang di beri lauk telur, kacang panjang dan daun ketela. Setelah itu baru do’a.[2]
Setiap anak baru lahir, orang tua membuat bancaan weton pertama
kali biyasanya pada saat usia bayi menginjak ke 35 atau selapan ahri. Bancaan
weton dapat dilaksanakan tepat pada acara upacara selapanan atau selamatan
ulang weton yang pertama kali. Anak yang secara rutin di bancaakan weton oleh
orang tuanya biasanya hidupnya lebih
terkendali, lebih hati-hati, tidak liar dan ceroboh dan jarang sekali mengalami
sial
Cara membuat bubur merah bubur putih itu tidak sulit, hanya terbuat
dari beras yang dimasukan kedalam air seperti menanak nasi tetapi sampai
benar’’ lembut atau menjadi bubur, disamping itu juga dicampuri garam sedikit
dan parutan kelapa, untuk bubur yang merah cuup dengan ditambahi gula merah
sehingga mendapatkan warna merah.
Nilai pendidikan islamnya mengajari kita hormat kepada kakang kawah
adi ari-ari dan menjaga keselamatan hidup seseorang agar tidak ceroboh,
sekolahnya manfaat.
No comments:
Post a Comment