Prasah, Tradisi
Pemberian Mas Kawin
Ditengah pesatnya perkembangan zaman, banyak tradisi yang tergerus
oleh modernisasi. Namun, di desa Sidigede, Welahan, Jepara, masih terdapat
tradisi unik yang sampai saat ini masih lestari. Tradisi unik tersebut dikenal
dengan istilah prasah. Di dalam sebuah pernikahan ada unsur
pemberian dari mempelai pria kepada mempelai wanita yang di sebut mahar atau
mas kawin. Lazimnya mahar atau mas kawin dalam pernikahan berupa uang,
perhiasan emas, atau pakaian yang mewah. Namun di Desa Sidigede Welahan Jepara
ada tradisi unik berkaitan dengan mas kawin yaitu memberi mahar berupa seekor
kerbau besar oleh mempelai pria kepada mempelai wanita. Dalam proses
pemberiannya pun unik tidak asal di
berikan tetapikerbau di arak dari rumah mempelai pria sampai rumah mempelai
putri yang di sebut dengan tradisi “ prasah “.
Prasah adalah tradisi dalam pernikahan berupa
seekor kerbau jantan sebagai bagian dari mas kawin yang diberikan dari pihak pengantin pria kepada pihak pengantin wanita, dengan cara mengarak kerbau tersebut dari kediaman mempelai pria sampai ke kediaman mempelai wanita. kerbau yang digunakan adalah kerbau berkualitas unggul yang biasanya di datangkan dari Jawa Timur. Proses pengarakan diawali dengan kerbau yang sudah dibacakan mantra oleh pawang tokoh setempat, sehingga kerbau tersebut menjadi sangat bringas. Untuk menaklukan kerbau harus dibracut, yaitu memberikan pengikat tali dadung pada bagian tanduk dan kaki sikerbau. Pada ujung-ujung tali tersebut dipegang oleh para ahli mbracut. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar kerbau mudah dikendalikan saat diarak. Setelah selesai mbracut, kemudian kerbau diarak dengan jalan kaki yang diikuti oleh para warga setempat sambil menyalakan petasan dan bersorak-sorak. Namun apabila jarak rumah pengantin jauh, kerbau dimuat terlebih dahulu dengan kendaraan. Dalam perjalanan pengarakan juga diiringi oleh kesenian barongan dan jaran kepang, terkadang juga disertai dengan drum band. Sesampainya di kediaman mempelai wanita, tali bracut dilepas dan kerbau dinetralkan oleh pawangnya. Tradisi ini hanya berlaku di desa Sidigede, Welahan, Jepara.
seekor kerbau jantan sebagai bagian dari mas kawin yang diberikan dari pihak pengantin pria kepada pihak pengantin wanita, dengan cara mengarak kerbau tersebut dari kediaman mempelai pria sampai ke kediaman mempelai wanita. kerbau yang digunakan adalah kerbau berkualitas unggul yang biasanya di datangkan dari Jawa Timur. Proses pengarakan diawali dengan kerbau yang sudah dibacakan mantra oleh pawang tokoh setempat, sehingga kerbau tersebut menjadi sangat bringas. Untuk menaklukan kerbau harus dibracut, yaitu memberikan pengikat tali dadung pada bagian tanduk dan kaki sikerbau. Pada ujung-ujung tali tersebut dipegang oleh para ahli mbracut. Hal itu dilakukan dengan tujuan agar kerbau mudah dikendalikan saat diarak. Setelah selesai mbracut, kemudian kerbau diarak dengan jalan kaki yang diikuti oleh para warga setempat sambil menyalakan petasan dan bersorak-sorak. Namun apabila jarak rumah pengantin jauh, kerbau dimuat terlebih dahulu dengan kendaraan. Dalam perjalanan pengarakan juga diiringi oleh kesenian barongan dan jaran kepang, terkadang juga disertai dengan drum band. Sesampainya di kediaman mempelai wanita, tali bracut dilepas dan kerbau dinetralkan oleh pawangnya. Tradisi ini hanya berlaku di desa Sidigede, Welahan, Jepara.
Menurut bapak Sarmuji selaku sesepuh di desa Sidigede memberi
tahukan sedikit filosofi tentang tradisi ini. Pihak pengantin pria yang
membawakan prasah merasa telah menunjukan kejantanannya,
karena berhasil menaklukan kerbau yang bringas, dan keluarganya juga merasa
terhormat. Tradisi tersebut diilhami oleh kisah Jaka Tingkir, seorang pemuda
desa yang mampu menaklukan kerbau bringas, yang kemudian dapat menikahi putri
kerajaan Demak. Sehingga tradisi prasah menjadi identitas dan kebanggan warga
desa Sidigede dan Guwosobokerto. Tradisi ini tidak berlaku untuk semua warga,
tetapi untuk warga yang mampu saja. Karena denga seiring berjalannya waktu dan
kian mahalnya harga kerbau.
Nilai
pendidikan islam
Nilai yang terkandung dalam tradisi ini adalah :
Ø Menyimbolkan seorang
laki-laki yang tangguh seperti Joko tingkir yang berjuan untuk mendapatkan istri.
Ø Menghormati sang suami,
karena apa yang di lakukan oleh suami untuk mendapatkan istri dengan susah
payah. Seperti yang di lakukan oleh joko tingkir ketika mau menikahi putri
kerajaan Demak.
No comments:
Post a Comment