Monday, November 16, 2015

Nilai – Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Tata Cara Pernikahan Ngidak Endok

Nilai – Nilai Pendidikan Islam Dalam Adat Tata Cara Pernikahan Ngidak Endok






Pada tanggal 16 April 2015 menjadi pernikahan adek saudara saya yang bernama Fajnur Ramadhani anak paklek saya yang bernama Bambang Trisno Hadi dan bulek saya yang bernama Rupik’atun. Dia menikah dengan Yoko Wibiantoro dari tetangga desa mlatiharjo. Hari itu menjadi moment yang sangat istimewa bagi mereka yang menikah pada hari itu. Dalam prosesi pernikahan adat di jawa tengah ada banyak hal yang yang di lakukan, dari mulai menanyakan kepada pihak keluarga pembelai perempuan tentang kepastian untuk menerimanya, kemudian lamaran sebagai tanda keseriusan pihak laki-laki sampai ke jenjang pernikahan.
   Setelah persiapan awal dilakukan, barulah prosesi lanjutan upacara perkawinan adat Jawa dilakukan. Berikut ini ialah tahapan-tahapan nan biasanya dijalankan oleh para pengantin Jawa.
1.      Pasang Tarub
   Tarub ialah anyaman dari daun kelapa. Tarub dipasang bersamaan dengan tuwuhan .Tuwuhan atau tumbuhan nan dipasang biasanya berupa pohon pisang raja nan berbuah. Pohon pisang tersebut diletakkan di sebelah kanan dan kiri pintu masuk bersamaan dengan daun kelor. Dalam tata cara perkawinan adat Jawa, pisang dipercaya sebagai simbol kemakmuran dan harapan, sedangkan daun kelor dipercaya bisa mengusir roh-roh halus sehingga pesta bisa berlangsung dengan sakral tanpa ada gangguan apapun.
2.      Midodareni
   Berasal dari kata widadari nan artinya 'bidadari'. Secara sederhana, ritual ini bertujuan membuat pengantin wanita menjadi seperti bidadari. Oleh sebab itu, ritual ini hanya dapat dilakukan oleh calon pengantin wanita. Dalam
tahapan proses perkawinan adat Jawa, pengantin wanita dimandikan oleh kedua orang tuanya, biasa juga disebut siraman . Selesai siraman , calon pengantin wanita digendong oleh kedua orang tuanya. Siraman dan gandongan seolah bercerita bahwa anak gadis nan dahulu dimandikan dan digendong kini sudah besar dan sebentar lagi akan berumah tangga.
3.      Akad Nikah
   Tidak ada yang berbeda dengan prosesi nan satu ini, begitupun dalam perkawinan adat Jawa. Seperti akad nikah kebanyakan, pengantin pria mengucapkan ijab kabul di depan catatan sipil dan petugas agama.
4.      Panggih
   Pada upacara dalam rangkaian perkawinan adat Jawa ini, kedua pengantin dipertemukan. Ditandai dengan pertukaran kembang mayang di antara keduanya sertakalpataru dewadaru . Kemudian, dilanjutkan dengan ritual balangan suruh , ngidak endhog , dan mijiki.
5.      Balangan Suruh
   Suruh ialah daun sirih nan dilinting sehingga membentuk bulat memanjang. Balangan suruh artinya saling melempar suruh, tentu saja dilakukan antara kedua mempelai. Dalam tata cara perkawinan adat Jawa, sirih dipercaya sebagai lambang bersatunya kedua pengantin dalam segala hal.
6.      Ngidak Endhok
   Dalam ritual tata cara perkawinan adat Jawa, upacara ini berarti menginjak telur. Pengantin pria diwajibkan buat menginjak telur. Prosesi ini bermakna seksual. Menerangkan bahwa kedua pengantin sudah sama-sama dewasa diharapkan bisa membuahkan keturunan.
7.      Wiji Dadi
   Pada ritual ini, pengantin wanita diwajibkan mencuci kaki pengantin pria nan sudah menginjak telur. Air nan digunakan buat membasuh dicampur bunga setaman nan melambangkan bahwa benih nan nantinya diturunkan akan menjadi orang nan baik.
8.      Timbangan
   Prosesi dalam perkawinan adat Jawa ini dilakukan oleh ayah dari pihak wanita. Kedua pengantin masing-masing duduk di kaki ayah, kemudian ditimbang. Sang ayah kemudian mengatakan seimbang, nan artinya semoga kedua pengantin bisa selalu seimbang dalam hal apapun.
9.      Kacar-Kucur
   Dalam ritual ini, pengantin pria mengucurkan uang receh nan kemudian diterima oleh pengantin wanita. Prosesi nan hanya ada pada tata cara perkawinan adat Jawa ini melambangkan bahwa suami bertanggung jawab buat memenuhi segala kebutuhan istri.
10.  Dulangan
   Artinya ialah saling menyuapi. Dalam tata cara perkawinan adat Jawa, prosesi ini perlambang seksual, memberi dan menerima.
11.  Sungkeman
   Kedua pengantin duduk merendah dan mencium lutut kedua orang tua guna meminta restu dan doa. Prosesi ini sebagai simbol rasa hormat kepada orang tua. Prosesi seperti ini rasanya hampir dimiliki oleh semua adat, bukan hanya perkawinan adat Jawa.
12.  Kirab
   Prosesi dalam tata cara perkawinan adat Jawa ini merupakan acara nan diletakkan dipenghujung ritual. Arak-arakan nan dilakukan oleh sanak keluarga pada kedua pengantin.
13.  Boyongan
   Selesai melakukan tahapan-tahapan rumit dalam prosesi perkawinan adat Jawa, tugas kedua orang tua mempelai wanita belum selesai. Kedua orangtua harus mengantarkan anak perempuannya menuju ke rumah suami. Ritual ini dapat juga melambangkan penyerahan tanggung jawab dari orangtua kepada sang suami.
               Dari serangkaian tradisi pernikahan jawa ini saya mengangkat tentang prosesi “Ngidak Endok” sebagai penelitian yang akan saya bahas. Salah satu adat jawa dalam sebuah pernikahan adalah "Ngidak Endok" sering kali kita lihat setelah akad nikah berlangsung kedua mempelai dipertemukan dan melakukan upacara adat sederhana tersebut, tapi masih sangat minim pengetahuan kita tentang apa sebenarnya arti dari Ngidak Endok tersebut.


Wawancara Tentang Ngidak Endok
               Setelah saya bertanya-tanya kenapa dalam pernikahan harus ada berbagai seruntutan prosesi seperti itu, termasuk “Ngidak Endok”, sebenarnya ada makna di dalam nya. Inilah tanya jawab dengan Bapak Abdul sebagai narasumber :
Lina               :  Apa sebenarnya "Ngidak Endok" itu?
Pak Abdul    : Ngidak Endok adalah sebuah upacara yang dilakukan dalam pernikahan adat jawa sesudah/sebelum dilaksanakannya akad nikah. Dalam kasus ini sang pria yang menginjak telur yang kemudian dibersihkan oleh sang mempelai wanita.
Lina               : Apa Nilai dan Makna Upacara” Ngidak Endok’’?      
Pak Abdul         : Perkawian merupakan awal hidup bagi seseorang untuk mengarungi hidup bersama orang lain dengan sebuah ikatan janji. Acara pernikahan ini pastinya tidak akan berlangsung dengan tanpa adanya perayaan,(bagi yg merayakannya) dan bagi orang jawa kebanyakan mempunyai adat tersendiri dan terkadang agak berlainan dengan adat-adat islami. Adat Ngidak Endok Ini barangkali dapat dikatakan takhayul, tetapi pada kenyataannya sampai sekarang hal-hal itu masih sangat meresap  pada kepercayaan sebagian masyarakat di Indonesia Khususnya Jawa.
Lina             : Lalu ada makna aatau arti apa sehingga setiap ada upacara pernikaha ada prosesi “ Ngidak Endok “ ?
   Pak Abdul : Tentu saja uapacara Ngidak Endok ini dilakukan karena mempunyai arti nilai dan tujuan juga memiliki ketentuan-ketentuan yang harus dilakukan.nDalam upacara ini, sang pria diharuskan menginjak telur yang telah dipecahkan hingga pecah tanpa menggunakkan alas kaki, hal ini wajib disaksikan keluarga kedua belah pihak. Kemudian setelah telurnya pecah, sang wanita harus mebersihkan sisa-sisa pecahan telur baik di wadah telur itu dan kaki sang pria, bahkan di lantai yang terkena cipratan pecahan telur. 
Lina              : Di dalam Telur itu, apakah ada makna khusus yang Perlu di ketahui?
Pak Abdul :Telur melambangkan awal atau permulaan sesuatu kehidupan dari Ayam yang dapat diibaratkan sebagai sebuah wadah keluarga yang tertutup rapat dan harus terjaga agar bisa menghasilkan sebuah generasi penerus,  telur juga melambangkan keprawanan dari wanita yang masih utuh dan belum tersentuh dalamnya. Karena tentunya tidak ada orang yang bisa                             memegang isi dari telur tanpa memecahnya. Dan tentunya sama bagi seorang pria tidak akan merasakan sebuah kenikmatan tanpa memecah                                keprawanan dari wanita tersebut.
Lina              : Apakah ada Makna tersendiri kenapa harus seorang laki-laki yang harus menginjak telur ?
   Pak Abdul : Pria menginjak telur dimaksudkan bahwa prialah yang harus domina dalam keluarga, dan ia juga harus bekerja keras untuk keluarga. Dan        saat pria menginjak telur sehingga telur itu pecah menggambarkan                            bahwa sang pria itulah yang nanti akan mendapatkan keperawanan sang  wanita selepas akad nikah.
Lina          : Lalu Kenapa pada saat Menginjak Telur laki-laki tidak menggunakan alas kaki ?
   Pak Abdul : Itu menandakan bahwa sang pria yang nantinya akan menjadi kepala rumah tangga harus berjuang keras untuk mempertahankan dan menghidupi keluarga tanpa harus merengek-rengek meminta bantuan orang atau bergantung dengan orang lain. Usaha yang dilakukan pasti tidak mudah, sama tidak mudahya dengan memecahkan telur tanpa alas                               kaki dan ia akan merasa kesakitan tertusuk-tusuk kulit. Sama halnya dalam kehidupan nyata, nantinya tidak mudah bagi pria menjalankan                           memperjuangkan keluarga pasti akan ada rasa sakit, lelah dan sebagainya.
Lina           :    Lalu makna nya apa ketika seorang wanita membersihkan pecahan telur  tersebut ?
   Pak Abdul : Wanita membersihkan pecahan telur. Tindakan ini mengartikan bahwa wanita itu harus mengabdi pada suami dengan senang hati dan ikhlas. Ini juga menunjukan bahwa sang istri haruslah patuh terhadap suami. Rasa sakit dan lelah yang dirasakan suami setelah bekerja kemudian dihilangkan dengan pengabdian seorang istri di rumah.
  Keluarga inti kedua belah pihak menyaksikan dimaksudkan bahwa walaupun nanti sudah menjadi sebuah keluarga, diharapkan tidak melupakan orang tua dan tetap patuh terhadap orangtua, pada dasarnya karena orangtualah kita ada.
               Itulah yang dimaksudkan dari upacara ‘’ Ngidak Endok “ makna dan nilai yang terkandung memiliki tujuan yang baik, karena pada dasarnya semua tradisi kebudayaan daerah pasti mengandung nilai-nilai yang positif. Sama halnya seperti nilai dan maksud dari setiap gerakan ritual upacara ‘’ Ngidak Endok “ setiap bagian pasti mempunyai makna yang positif dan pesan-pesan yang ditujukan bagi mempelai agar menjadi keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah.
               Dari memahami arti adat ini kita bisa mengambil manfaat dari suatu acara dalam kebudayaan yang sering kita lakukan tanpa adanya prasangka buruk pada adat-istiadat tersebut, dan tentunya untuk mempertebal iman kita pada sang pencipta.
Nilai- Nilai Pendidikan Islam :
1.      Rasa ke ikhlasan dalam mengarungi kehidupan dalam berumah tangga.
2.      Mempererat tali persaudaraan antar dua keluarga yang bersatu.
3.      Kerukunan dalam rumah tangga yang di ciptakan.
4.      Bersyukur kepada Allah atas segala rahmat yang telah di berikan.

5.      Menumbuhkan rasa kasih sayang antar keluarga.

by.Lina Alfina Thiwari Madnur/Linawelwel@yahoo.co.id

No comments:

Post a Comment