Monday, December 7, 2015

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UPACARA PUPUT PUSER DI DESA JOJO RT 3 RW 3 MEJOBO KUDUS

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM UPACARA PUPUT PUSER DI DESA JOJO RT 3 RW 3 MEJOBO KUDUS

Dhautan atau puputan berasal dari kata dhaut atau puput yang berarti lepas. Barangkali istilah ini bagi sebagian orang, terutama yang berasal dari luar tradisi Jawa terasa asing, namun bagi kalangan  masyarakat di Jawa, istilah ini merupakan istilah biasa, yakni selamatan untuk menandai bahwa anak yang bau dilahirkan telah putus pusarnya.
Salah satu sarana yang penting dalam upacara ini adalah mainan anak-anak yang diperuntukkan bagi kerabat bayi (kakang kawah adhi ari-ari, sedulur papat lima pancer). Maksudnya kakang kawah karena kawah atau air ketuban pecah mendahului bayi, sehingga kawah dianggap sebagai saudara tua bayi, sedangkan ari-ari keluar sesudah bayi lahir, sehingga disebut adhi ari-ari. Sedulur papat lima pancer dimaksudkan bahwa saat bayi lahir di dunia, tidak hanya sendirian tetapi dengan empat saudara, yaitu kawah, ari-ari, darah, dan pusar, lima pancer maksudnya bayi itu sendiri sebagai pancer atau pusatnya. Konsep sedulur papat lima pancer ini dipakai sebagai
salah satu konsep dasar kehidupan oleh masyarakat Jawa. Konsep ini sudah mendarah daging dalam jiwa setiap masyarakat Jawa.
Untuk mendapatkan data dalam mengetahui informasi tentang waktu penyelenggaraan saya mewawancarai ibu Masrukah pada tanggal 12 Mei 2015 hari selasa jam 18.30 beliau dengan kesimpulan waktu penyelenggaraan upacara puputan tidak dapat ditentukan secara pasti karena putusnya tali pusar masing-masing bayi tidak sama. Adakalanya tali pusar lepas setelah bayi berumur satu minggu, adakalanya kurang dari satu minggu. Saat putus tali pusar bayi keluarga membuat selamatan yang berupa bubur abang yang untuk tolak balak biar tidak diganggu roh halus dan selamat  kemudian buburnya setelah di do’akan dengan menggunakan menyan kemudian buburnya dikasihkan kepada sanak saudaranya atau tetangganya.[1]
Untuk mengetahui mengapa bayi harus dipangku, dan tentang tali pusar yang telah lepas di bawa kemana dan lainnya penulis mewawancarai ibu ngatonah pada tanggal 13 Mei 2015 jam 19.30 dengan penulis mengambil kesimpulan, sebelum bayi dimandikan ibu si bayi membuka baju si bayi kemudian melihat tali pusarnya sudah putus atau belum, apabila tali pusar si bayi sudah putus maka bararti si bayi itu harus di puput. Bapak si bayi atau keluarga bayi biasanya mengundang sanak saudaranya untuk memangkunya selama semalaman, maksud dari bayi dipangku ini bayi berperang dengan  kerabat bayi (kakang kawah adhi ari-ari, sedulur papat lima pancer) tadi pada saat di pangku lah anak ditentukan sandang pangan, rezki, pada Yang Maha Kuasa dan akan berakhir apabila bayi itu bersin maka anak menang dalam mendapatkan sandang pangan, rezki, atau juga apabila jago berkokok maka bayi boleh diletakkan.
Tali pusar yang telah putus maka tali pusarnya ada yang dikubur bersama ari-ari, ada juga tali pusarnya di telan oleh orang tua sebagai pengsihan kalau di telan sama bapaknya maka anak akan nurut sama bapaknya, kalau di telan sama ibunya maka dia akan nurut sama ibunya. Ada juga tali pusarnya di simpan jika anaknya sakit atau rewel maka bisa di buat sebagai obat caranya seperti ini kita mencelupkan tali pusarnya kedalam air lalu kita minumkan maka anak itu bisa sembuh. Di tempat tidur atau dibawah kasur bayi diletakkan benda-benda tajam seperti pisau, jarum, gunting salah dari itu agar tidak diganggu oleh makhluk halus.
Tradisi puputan tersebut di iringi dalam pembacaan shalawat Nabi, dengan bacaan-bacaan tersebut akan semakin menambah nuansa Islam yang tidak terbantahkan lagi.  Dan Memang pada setiap puputan, dapat dipastikan disitu dibacakan Shalawat Nabi dan asyraqalan, karena pada saat asyaraqalan itulah si jabang bayi biasanya dikelilingkan di sekitar para pembaca shalawat tersebut dengan harapan bahwa nantinya anak tersebut akan terbiasa membaca shalawat Nabi.[2]
Tradisi seperti inilah yang selalu dilestarikan dan dipertahankan oleh masyarakat musllim di Jawa khususnya di desa Jojo Rt 3/ Rw 3 dan mungkin saat ini telah merambah ke berbagai daerah lainnya. Nilai nilai pendidikan islam persaudaraan, shodaqoh, bersholawat.

 by.Diana Utami / dianalophe1@gmail.com


[1] Hasil wawanacara ibu Masrukah pada tanggal 12 Mei 2015 hari selasa jam 18.30
[2] Hasil wawancara ibu ngatonah pada tanggal 13 Mei 2015 pada  jam 19.30

No comments:

Post a Comment