PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kita sebagai umat islam
diwajibkan untuk mendakwahkan islam secara menyeluruh kepada segenap manusia.
Mendakwahkan islam di zaman sekarang ini otomatis akan menghadapi berbagai
macam tantangan,sebagai akibat lalu lintas cultural antar bangsa di dunia yang
makin tidak mengenal jarak, serta penemuan-penemuan dan penggunaan hasil
rekayasa tekhnologi modern telah menggeser nilai-niai hidup yang memiliki nilai
luhur.
Untuk
menjawab tantangan yang beraneka ragam itu, kiranya filsafat dapat dijadikan
jembatannya. Persoalannya sekarang ini adalah siapakah umat islam yang menggali
ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah serta mendalaminya. Kemudian menyuguhkan dengan
cara yang dapat di pertanggungjawabkan secara filosofis.
Ini sebuah tantangan umat islam akhir-akhir
ini yang
semakin disibukkan dengan hal-hal yang membuat islam mundur beribu-ribu langkah. Kita wajib bersyukur kepada para filosof muslim masa silam yang telah mengahasilkan pemikiran-pemikiran pada masanya.
semakin disibukkan dengan hal-hal yang membuat islam mundur beribu-ribu langkah. Kita wajib bersyukur kepada para filosof muslim masa silam yang telah mengahasilkan pemikiran-pemikiran pada masanya.
Kita wajib menghargai dan menempatkan pada
tempat yang semestinya hasil-hasil pemikiran mereka. Tetapi kita harus ingat
filsafat bukanlah hal yang mutlak. Kita wajib mengkaji warisan pemikiran
filosof terdahulu dengan kritis. Kita harus memilah mana yang islami dan mana
yang tidak.
Manusia
adalah makhluk yang diberi kedudukan yang paling mulia diantara makhluk ciptaan
Allah yang lain. Sebagaimana kita tahu bahwa kemuliaan manusia ini dikarenakan
Allah sang pencipta memberikan kepadanya
akal pikiran yang sekiranya dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Sehingga
ia (manusia) pun dapat membedakan antara yang hak dan bathil juga degan
memfungsikan akal pikirannya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan
Hubungan Ilmu dengan Filasafat Ilmu?
2. Apa ruang lingkup dan problem-problem dalam Filsafat Ilmu?
3. Apa manfaat dan tujuan belajar Filsafat Ilmu?
A. Pengertian dan
Hubungan Ilmu Dengan Filasafat Ilmu
Filsafat ilmu berasal dari 2 (dua) kata, yaitu filsafat dan ilmu. Kata
filsafat , yang dalam bahasa
Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah philosophy
adalah berasal dari bahsa Yunani philosophia. Kata philosophia terdiri atas kata philein yang
berarticinta (love) dan Sophia
yang berarti kebijaksaan (wisdom),
sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom)
dalam arti yang sedalam-dalamnya.[1]
Ilmu pengetahuan sering kali disebut sains atau science. Adapun definisi tentang ilmu diantaranya
:[2]
a.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkangejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
b.
Menurut An
English reader’s dictionary,
Ilmu adalah pengetahuan
yang diatur dalam sebuah system, khususnya diperoleh melalui pengamatan dan pengujian fakta
(science is knowledge arranged in a system, especially obtained by
observation and testing of fact).
Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara untuk memperolehnya. Pokok perhatian filsafat ilmu adalah
proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Definisi filsafat ilmu menurut beberapa ahli adalah
:[3]
1. Robert
Akermann
Filsafat ilmu adalah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingan terhadap pendaat-pendapat masa lampau
yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran
yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikianitu, tetapi filsafat ilmu dengan jelas bukan suatu cabang ilmu
yang bebas dari praktik ilmiah
yang sebenarnya.
2. Lewis
white Back
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah sert a mencoba menetapkan nilai dan peningnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
3. A.
Cornelius Benjamin
Filsafat ilmu sebagai cabang pengetahuan filsafat yang merupakan telaah sistematis mengenai sifat dasar ilmu,
khususnya metode-metodenya,
konsep-konsepnya, dan praanggapan-praanggapannya,
serta letakny adalam kerangka umum dari cabang-cabang pengetahuan intelektual.
4. May
Brodbeck
Filsafat ilmu sebagai analisis yang netral secara etis dan filsafati,
pelukisan dan penjelasan mengenai landasan-landasan ilmu.
Jika berbicara mengenai filsafat ilmu, kita sulit memberikan suatu
batasan yang positif. Banyak pendapat yang memliki makna serta penekanan yang
berbeda tentang filsafat ilmu. Untuk menetapkan dasar pemahaman tentang
filsafat ilmu sangat bermanfaat untuk menyimak empat titik pandang (view
points) di dalam filsafat ilmu.
Pandangan pertama menyebutkan bahwa filsafat ilmu
adalah perumusan world views yang konsisten dengan, dan pada beberapa
pengertian didasarkan atas, teori-teori ilmiah yang penting.
Pandangan kedua mengemukakan bahwa filsafat ilmu ialah adalah suatu
eksposisi dari para ilmuwan.
Pandangan ketiga mengemukakan bahwa filsafat ilmu
itu adalah suatu disiplin yang di dalamnya konsep-konsep dan teori-teori
tentang ilmu dianalisis dan diklasifikasikan. Hal ini berarti memberikan
kejelasan tentang makna dari berbagai konsep artikel, gelombang, potensial, dan
komplek di dalam pemanfaatan ilmiahnya.
Pandangan keempat menyebutkan bahwa filsafat ilmu merupakan suatu
patokan tingkat kedua (second-order criteology).
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari
epistemology (filsafat pengetahuan)
yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
Meskipun secara
metodologis ilmu tidak membedakan antara ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial,
namun karena permasalahan-permasalahan tekhnis yang bersifat khas, maka filsafat
ilmu ini sering di bagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Ilmu
memang berbeda dari pengetahuan-pengetahuan secara filsafat, namun tidak terdapat
perbedaan yang prinsip antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial, dimana keduanya
mempunyai ciri-ciri keilmuan yang sama.[4]
A.
Hubungan Filsafat Dengan Filsafat Ilmu[5]
Posisi Filsafat ilmu dalam sistematika filsafat
merupakan bagian atau cabang dari filsafat. Dari sisi obyek meterinya, jika
filsafat membahas tentang segala sesuatu, maka filsafat ilmu hanya menbahas tentang
ilmu dan segala problematika yang berkaitan denagnnya. Filsafat ilmu merupakan
salah satu cababg filsafat pengetahuan, yang di dalamnya menliputi
epistemologi, logika, dan filsafat ilmu itu sendiri.
B.
Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Ilmu
Filsafat ilmu dengan ilmu mempunyai keterkaitan
yang erat. Ilmu sangat membutuhkan filsafat ilmu dalam rangka untuk memcegah
persoalan-persoalan tentang hakekat ilmu tetapi ilmu sendiri tak bisa
memberikan solusinya karena ilmu tak pernah menyadarinya dan tak pernah memikirkannya.
Ilmu memiliki keterbatasan-keterbatasan sehingga
dia membutuhkan filasafat ilmu sebagaimana beberapa ahli mengungkapakn bahwa :
1.
Jean paul sartre
Menyatakan bahwa ilmu bukanlah sesuatu yang sudah
selesai terfikirkan, sesuatu hal yang tidak pernah mutlak, sebab selalu akan
disisihkan oleh hasil-hasil penelitian dan percobaan baru yang dilakukan denagn
metode-metode baru atau karena adanay perlengkapan-perlengkapan yang lebih
sempurna, dan penemuan baru itu akan disisihkan pula oleh hasil-hasil penelitian
dan percobaab baru selanjutnya.
2.
D.C Mulder
Menyatakan bahwa tiap-tiap ahli ilmu menhhadapi
soal-soal yang tak dapat dipecahkan dengan memakai ilmu itu sendiri
3.
Harsoyo
Menyatakan bahwa ilmu yang dimiliki umat manusia
dewasa ini belumlah seberapa dibanding dengan rahasia alam semesta yang
melindungi manusia.
4.
J. Boeke
Menyatakan bahwa bagaimana pun telitinya kita
menyelidiki peristiwa-peristiwa yang dipertunjukkan oleh zat hidup itu,
bagaimanapun juga kita mencoba memperoleh pandangan yang jitu tenttang keadaan
sifat zat hidup ituyang bersama-sama tersusun, namun asas hidup yang sevenarnya
adalah rahasia abadi bagi kita.
Dengan memperhatikan pernyataan-pernyataan diatas
nampak bahwa ilmu itu tidak dapat dipandang sebagai dasar mutlak bagi pemahaman
manusia tentang alam, demikian juga kebenaran ilmu harus dipandang secara
tentatif, artinya selalu siap berubah bila ditemukan teori-teori baru yang
menyangkalnya.
Karena keterbatasan-keterbatasan yang inheren
dengan eksistensi ilmu maka imu harus berkonsultasi dengan filsafat imu.
Istilah lain filsafat ilmu harus membantu kesulitan-kesulitan yang dialami
ilmu. Filsafat ilmu memberikan jawaban filsafati atas permasalahan-permasalahan
yang dihadapi eksistensi ilmu atau filsafat ilmu merupakan upaya penjelasan dan
penelaah secara mendalam hal-hal yang berkaitan denagan ilmu atas permasalahan
tertentu.
Filsafat ilmu juga masuk dan ikut serta dalam
setiap kegiatan ilmu untuk memberikan landasan dasar, kontrol, dan bimbingan
serta koordinasi menyeluruh sehingga ilmu tersusun dalam satu kesatuan yang
utuh, yakni mengetahui hakekat dirinya sendiri, mengetahui dan tetap kritis
terhadap metode keilmuan yang membangunnya, serta dalam pengembangan ilmu
tersebut tetap mengedepankan moral dan keadilan.
Dalam konteks ini maka filsafat ilmu jika
berhadapan dengan perkembangan ilmu, maka filsafat ilmu berkepentingan untuk
mendorong, memperkuat, dan menunjukkan jalan yang benar dan tepat dalam hal
pengamalannya menurut prinsil nilai-nilai etis, epistemologi, dan ontologis.
B. Ruang Lingkup dan Problem-problem dalam Filsafat Ilmu
Ruang lingkup pembicaraan atau pembahasan filsafat ilmu ada 3 (tiga) bidang pokok atau bidang garapan,
yaitu :
1. Ontologi
Ontologi berasal dari dua
kata on dan logi artinya ilmu tentang ada. Ontology adalah teori
tentang ada dan realitas.[6] Secara istilah ontology adalah bagian dari metafisika
yang mempelajari hakikat dan digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan
atau dengan kata lain menjawab tentang pertanyaan apakah hakekat ilmu itu.
Ontologi meliputi permasalahan apa hakekat ilmu itu,
apa hakekat kebenaran dan kenyataan
yang inhern dengan pengetahuan yang tidak terlepas dari persepsi kita tentang apa dan bagaiman ilmu itu.
Contoh
:
Apa ilmu itu ?
Apa bedanya ilmu pengetahuan ilmiah dan
non ilmiah ?
Obyek apa
yang ditelaah ilmu ?
Apa wujud dari obyek tersebut ?
2. Epistimologi
Epistimologi membicarakan sumber pengetahuan dan bagaimana cara memperoleh pengetahuan. Epistimologi berasal dari
kata yunani episteme dan logos, episteme artinya pengetahuan atau kebenaran dan logos artinya pikiran atau kata atau teori,
secara epistimologi dapat diartikan teori pengetahuan,
yang dalam bahasa inggrisnya menjadi
Theory of Knowledge.
Epistimologi adalah cabang filsafat
yang
secara khusus membahas teori pengetahuan
“logos” artinya teori dengan demikian epistimologi berarti teori pengetahuan.
Contoh
:
Ilmu itu dari mana
?
Bagaimana proses yang memungkinkan untuk mendapatkan ilmu ?
Bagaimana prosedurnya ?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan untuk mendapatkan ilmu yang benar ?
3. Aksiologi
Secara etimologi aksiologi berasal dari kata axios yang berarti “nilai” dan
“logos” yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai, pada umumnya ditinjau
dari sudut pandang kefilsafatan. Dalam pengertian lain aksiologi ilmu adalah filsafat yang mempersoalkan penilaian, terutama berhubungan dengan masalah atau teori mengenai nilai.
Contoh
:
Untuk apa ilmu digunakan
?
Bagaimana kaitan antara penggunaan ilmu dengan kaidah-kaidah moral
?
Ilmu pengetahuan tersebut bebas nilai atau terikat dengan nilai-nilai kehidupan?
Bagaimana tekhnik
procedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral ?
1.
Apakah konsep dasar dari ilmu?
Maksunya bagaimana filsafat ilmu mencoba untuk menjelaskan praanggapan-praangapan dari setiap ilmu, dengan demikian filsafat ilmu dapat lebih menempatkan keadaan yang tepat bagi setiap cabang ilmu.
2.
Apakah hakikat dari ilmu?
Artinya,
langkah-langkah apakah
yang dapat dilakukan suatu pengetahuan sehingga mencapai
yang bersifat keilmuan.
3.
Apakah batas-batas dari ilmu?
Maksudnya,
apakah setiap ilmu mempunyai kebenaran
yang bersifat sangat universal
C.
Tujuan dan Manfaat Belajar Filsafat Ilmu
Diantara tujuan belajar filsafat ilmu adalah :
1. Memperluas wawasan akademik.
Artinya dengan belajar filsafat ilmu akan membuka fikiran kita tentang proses logis dan imajinatif dalam tata kerja ilmu pengetahuan.
2. Memberikan pemahaman seluas-luasnya dan sedalam-dalamnya tentang ilmu pengetahuan.
3. Memaham isi dan kedudukan ilmu pengetahuan dalam cakrawala dan horizon pengetahuan manusia.
4. Sebagai dasar dan arah dalam menggali, mengembangkan, dan menerapkan ilmu.
Manfaat filsafat ilmu,
sebagai berikut :[8]
1. Sebagai
sarana pengukian penalaran ilmiah, sehingga menjadi kritis terhadap kegiatan
ilmiah.
2. Merupakan
usaha merefleksi, menguji, menkritik asumsi dan metode keilmuwan.
3. Memberikan
pendasaran logis terhadap metode keilmuwan.
4. Filsafat
ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi fiasaft secara
keseluruhan, yakni : (a) sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena
yang ada, (b) mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat terhadap lainnya, (c) memberikan pengertian tentang cara
hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia, (d) memberikan ajaran tentang moral
dan etika yang berguna dalam kehidupan, (e) menjadi sumber inspirasi dan
pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti
ekonomi, poltik, hukum dan sebagainya. Kalau demikian filsafat ilmu memiliki
multifungsi dalam kehidupan. Filsafat ilmu menuntun manusia mencapai derajat
ilmu pengetahuan.
ANALISA
Menurut penulis,
filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari ilmu filsafat.
Filsafat yaitu ilmu
yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakikat segala sesuatu.
Ilmu yaitu pengetahuan
tentang suatu bidang yang di perolehnya melalui pengamatan dan pengujian fakta.
Filsafat ilmu yaitu
ilmu yang mempelajari suatu pengetahuan yang di perolehnya melalui pengamatan
dan pengujian fakta.
PENUTUP
KESIMPULAN:
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari epistemology (filsafat pengetahuan) yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu.
Ruang Lingkup
filsafat ilmu antara lain:
1. Ontologi
2. Epistimologi
3. Aksiologi
Problem-problem dalam filsafat ilmu
antara lain:
1.
Apakah konsep dasar dari ilmu?
2.
Apakah hakikat dari ilmu?
3.
Apakah batas-batas dari ilmu?
DAFTAR PUSTAKA
· Dr.
Endraswara Suwardi,filsafat ilmu,PT. buku seru:2012.
· Drs.
Munir misnal,filsafat ilmu,pustaka pelajar:2001.
· Drs.Surajiyo,ilmu
filsafat suatu pengantar,PT Bumi Aksara:2005.
· Suriasumantri
jujun S,filsafat ilmu sebuah pengantar popular,pustaka sinar
permata:1984.
· Ulya,M.Ag,filsafat
ilmu pengetahuan,STAIN KUDUS:2009.
[1] Drs.Surajiyo,ilmu filsafat
suatu pengantar,PT Bumi Aksara:2005,1
[2] Ulya,M.Ag,filsafat ilmu
pengetahuan,STAIN Kudus:2009,22
[3] Drs. Munir misnal,filsafat
ilmu,pustaka pelajar:2001,49
[4] Suriasumantri jujun S,filsafat
ilmu sebuah pengantar popular,pustaka sinar permata:1984,33
[5] Ulya,M.Ag,filsafat ilmu
pengetahuan,STAIN KUDUS:2009,15
[6] Musa Asy’ari, 1992:18
[7] Drs.Surajiyo,ilmu filsafat
suatu pengantar,PT.Bumi Aksara:2005,64
[8] Dr. Endraswara Suwardi,filsafat
ilmu,PT. buku seru:2012,41
No comments:
Post a Comment