BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Filsafat
adalah hasil akal manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran
sedalam-dalamnya, filsafat islam lahir melalui proses yang begitu panjang,
berawal dari pengaruh filsafat Yunani sampai melahirkan pemikiran filsafat
islam.
Para
filsuf islam banyak mengambil dan memahami pemikiran-pemikiran para filsuf Yunani,
seperti Aristoteles, Platinus, dan Plato. Sehingga banyak teori-teori para
filsuf Yunani yang diambil oleh filsuf Islam.
Walaupun
para filsuf Islam banyak yang berguru terhadap para filsuf Yunani, tetapi bukan
berarti mengekor dan mengutip, filsafat Yunani hanya dijadikan sebagai salah
satu sumber pemikiran filsafat Islam. Filsafat Islam sendiri telah mampu
menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran, sumber filsafat Islam
tidak hanya dari filsafat Yunani tetapi juga dari kebudayaan Iran dan India.
Dunia
Islam berhasil membentuk filsafat yang sesuai dengan
prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam, para filsuf Islam menggunakan Al-qur’an sebagai landasan pemikirannya, berbeda dengan para filsuf Yunani yang hanya mengutamakan teori dan mengabaikan kenyataan.
prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam, para filsuf Islam menggunakan Al-qur’an sebagai landasan pemikirannya, berbeda dengan para filsuf Yunani yang hanya mengutamakan teori dan mengabaikan kenyataan.
Walaupun
memiliki persamaan dengan filsafat Yunani, yaitu sama-sama membahas tentang
persoalan manusia, alam semesta, dan zat pencipta, tetapi filsafat Islam dapat
berkembang dengan pesat dan memiliki ciri khas tersendiri yang sangat berbeda
dengan filsafat Yunani, yakni pemikirannya tidak bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Hadits. Filsafat Islam dapat dijadikan acuan berpikir dalam kehidupan
sehari-hari, dapat digunakan untuk memecahkan problematika kehidupan secara
Islami, yang tidak menyeleweng dari ajaran Allah dan Rasul-Nya.
B. Rumusan Masalah
Adapun
pokok permasalahan yang akan di bahas, terdiri atas :
1.
Apa pengertian Filsafat Islam ?
2.
Bagaimana Hubungan Antara Filsafat Islam dengan Filsafat
Yunani ?
3.
Siapa saja tokoh-tokoh Filsafat Islam ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat Islam
Filsafat Islam merupakan gabungan dari
filsafat dan Islam. Secara harfiah,
pengertian filsafat adalah cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat sebagai berpikir secara mendalam,
sistematik, radikal, dan universal alam rangka mencari kebenaran, inti atau
hakikat mengenai segala yang ada.[1]
Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata
filsafat di kalangan umat islam adalah kata hikmah, sehingga kata hikmah
ditempatkan pada kata failusuf atau hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam). Ibnu
Sina mengatakan, hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat
menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang teori
maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia. Sedangkan pengertian filsafat
Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran islam dalam membahas hakikat
kebenaran segala sesuatu.
Banyak di kalangan para ahli berbeda
pendapat dalam menamakan filsafat Islam, ada yang menyebut dengan Filsafat
Islam, ada juga yang menyebut dengan Filsafat Arab. Prof. Mu’in menyatakan
apabila filsafat itu disebut dengan Filsafat Arab, berarti mengeluarkan orang
Iran, afganistan, Pakistan, dan orang India. Oleh karena itu beliau memilih
menyebut dengan Filsafat Islam.
Berbeda dengan Mauric de Wild, Emik Brehier
dan Lutfi As Sayid menyebut dengan Filsafat Arab, alasannya karena filsafat itu
ditulis dalam bahasa Arab, atau diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan
menambah unsure-unsur baru dalam bahasa Arab juga.
Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada
kaum muslimin lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan
saja sekedar agama, tetapi juga peradaban. Pemikiran filsafat ini tentu
berpengaruh pada peradaban Islam, meskipun banyak sumbernya dan berbeda-beda
jenis orangnya, corak pemikiran tersebut adalah Islam.[2]
B. Hubungan Antara Filsafat Islam dengan
Filsafat Yunani
Proses sejarah masa lalu tidak dapat
dielakkan begitu saja, bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat
Yunani. Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran dan teori-teori para filsuf
Yunani.[3]
Penerjemahan karya-karya Yunani pada abad
ke-8 M dianggap sebagai masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam, aktivitas
tersebut sebenarnya merupakan kelanjutan dari aktivitas sebelumnya yang
dilakukan oleh orang-orang Kristen Nestrorian di Siria. Jauh sebelum Islam
menaklukkan wilayah-wilayah Timur, Siria telah menjadi wilayah pertemuan dari
dua kekuatan dunia, Romawi dan Persia. Karena itu Siria memainkan peran penting
dalam penyebaran budaya Timur dan Barat.
Filsafat ala Yunani tersebar di banyak
dunia Islam. Filsafat neo-Platonisme dipandang sesuai dengan konsep tauhid
dalam Islam, fenomena ini dapat dilacak dari dua buku versi Arab yang begitu
mempesona para pemikir Islam saat itu. Kedua buku itu disebut dengan Theology
of Aristoteles dan Libre de Causis, ajaran emanasi yang merupakan landasan bagi
hampir semua pemikiran filsafat Islam diuraikan dan dibahas secara mendalam
dalam kedua buku tersebut.
Contoh lainnya dapat dilihat dalam konsep
tajalli versi Ibnu Arabi. Meskipun Ibnu Arabi mengganti konsep emanasi Plotinus
dengan tajalli, namun ia tidak bisa mengelak dari logika Plotinian. Ibnu Arabi
mengatur konsep yang sama dengan yang dibuat oleh Plotinus. Kalau Plotinus
menenmpatkan Akal Pertama dalam hierarki tertinggi dan dunia materi dalam
hierarki terendah, maka Ibnu Arabi juga meletakkan insane kamil, haqiqat
al-haqa’iq atau al-‘aql al-awwal, nur Muhammad sebagai wadah tajalli Tuhan yang
paripurna, dan mineral sebagai wadah tajalli yang terendah.
Menurut Beck dan Kaptein, setidaknya ada lima
ciri khas filsafat Islam. Pertama, filsafat islam melihat kebenaran Al-Qur’an
dan ajaran Islam sehari-hari. Kedua, Para filsuf Islam percaya bahwa ada garis
yang menghubungkan Islam dengan filsafat Yunani. Mereka meyakini bahwa wahyu
Islam merupakan kelanjutan dari mata rantai perennial yang telah muncul dalam
alam pikiran Yunani. Ketiga, filsafat Islam bertujuan mendapatkan hikmah
(kearifan). Keempat, kualitas kearifn yang hendak digapai para filsuf Islam
adalah kualitas keagamaan. Kelima, filsafat Islam meunjukkan kegemarannya akan
masalah pengetahuan dan dasar-dasar psikologi serta ontologinya.[4]
Dari kelima karakter itulah yang akan
mengantarkan kita memahami perkembangan filsafat Barat Modern, dan bisa
dinyatakan bahwa adanya penghubung antara perkembangan filsafat Islam dengan
akar perkembangan filsafat Barat Modern.
C. Tokoh-Tokoh Filsafat Islam
1.
AL-KINDI
Nama lengkap Al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq Ash-Shabbah bin
‘Imran bin Isma’il bin Al Asy’ats bin Qays Al-Kindi. Ia dilahirkan di Kuffah
tahun 185 H (801 M). Ayahnya, Ishak ibn ash-Shabah, pernah menjadi amir
(gubernur) di Kufah pada zaman khalifah Mahdi dan Harun al-Rasyid, sedangkan
nenek moyangnya adalah raja-raja Arab yang berkuasa di wilayah Kindah dan
sekitarnya yang terletak di kawasan Semenanjung Tanah Arab.[5]
Sebagai orang yang lahir di kalangan para intelektual, maka pendidikan
ynag pertama-tama diterima adalah membaca Al-Qur’an, menulis, dan berhitung.
Disamping itu ia banyak mempelajari tentang sastra dan agama, juga
menerjemahkan beberapa buku Yunani di dalam bahasa Syiria kuno dan bahasa Arab.
Al-Kindi mengarang buku-buku dalam berbagai cabang ilmu. Menurut keterangan
Ibnu Al-Nadim, buku yang ditulis oleh Al-Kindi berjumlah 241 buah. Dari
karangan-karanagannya, dapat kita ketahui bahwa Al-Kindi termasuk penganut
aliran elektisisme, dalam metafisika dan kosmologi mengambil pendapat
Aristoteles, dalam psikologi mengambil pendapat Plato, dalam hal etika
mengambil pendapat Socrates dan Plato.[6]
Karya-karya Al-Kindi antara lain adalah :
1.
Fi al-Falsafah al-‘Ula
2.
Fi Hudud al-‘Asy-ya’ wa Rusumuha
3.
Fi I-dhah Tanahi jirmi’il-‘Alam
4.
Fi’l Qaul fi’n-Nafs
5.
Fi’l Aql
Mengenai filsafat dan agama, Al-Kindi berusaha mempertemukan antara
kedua hal tersebut, Al-Kindi berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu tentang
kebenaran atau ilmu yang paling mulia dan paling tinggi martabantnya. Dan agama
juga merupakan ilmu mengenai kebenaran, akan tetapi keduanya memiliki
perbedaan.
Mengenai hakikat Tuhan, Al-Kindi menegaskan bahwa Tuhan adalah wujud
sempurna yang tidak didahului oleh wujud yng lain, tidak berakhir wujudNya dan
tidak wujud kecuali denganNya.
Unsur-unsur filsafat yang kita dapati pada pemikiran Al-Kindi ialah :
a.
Aliran Pythagoras tentang matematika sebagai jalan ke
arah filsafat
b.
Pikiran-pikiran Aristoteles dalam soal-soal fisika dan
metafiiska, meskipun Al-Kindi tidak sependapat dengan Aristoteles tentnag
qadimnya alam.
c.
Pikiran-pikiran Plato soal kejiwaan
d.
Pikiran-pikiran Plato dan Aristoteles bersama-sama
dalam soal etika
e.
Wahyu dan iman (ajaran-ajaran agama) dalam soal-soal
yang berhubungan dengan Tuhan dan sifat-sifatNya
f.
Aliran Mu’tazilah dalam memuja kekuatan akal manusia
dan menakwilkan ayat-ayat Al-Qur’an
2.
AL-FARABI
Nama lengkapnya adalah Abu Nashr Muhammad
ibn Muhammad ibn Thakhan ibn Auzalag, ia diberi gelar “Al-Farbi”. Ia dilahirkan
dikota Farab pada tahun 259 H/872 M. Ayahnya keturunan Persia dan kawin dengan
seorang wanita Turki, ia pernah menjadi panglima tentar Turki. Karena itu,
Al-Farabi terkadang dikatakan sebagai keturunan Persia daan terkadang sebagai
keturunan Turki.
Sejak kecil
Al-Farabi tekun dan rajin belajar, ia mempunyai kecakapan luar biasa dalam
bahasa. Bahsa-bahasa ynag dikuasainya antara lain bahasa Iran, Turkistan, dan
Kurdistan. Pada waktu itu Al-Farabi belum mengenal bahasa Yunani dan Siriani,
yang merupakan bahasa-bahasa ilmu pengetahuan dan filsafat pada waktu itu.
Setelah
besar, Al-Farbi meninggalkan negerinya menuju kota Baghdad, pusat pemerintahan
dan ilmu pengetahuan pada masanya. Ia berguru kepada Ibnu Suraj unutk belajar
tata bahasa Arab, dan kepada Abu Bisyr Matta IbnYunus untuk belajar ilmu mantiq
(logika).
Sebagian
besar karangan-karangan Al-Farabi terdiri dari ulasan dan penjelasan terhadap
filsaft Aristoteles, Plato, dan Galenius, dalam bidang logika, fisika, etika,
dan metafisika.
Diantar
karya-karya Al-Farabi adalah :
a.
Al-Jami’u Baina Ra’yi Al-Hakimain
Afalatoni Al Hahiy wa Aristho-thails (penggabungan pendapat Plato dan
Aristoteles)
b.
Tahsilu as Sa’adah (mencari
kebahgiaan)
c.
As Suyasatu Al Madinah (politik
pemerintahan)
d.
Fususu Al Taram (hakikat kebenaran)
e.
As Syiyasyah (ilmu politik)
Al-Farabi
mendefinisikan filsafat adalah : Al Ilmu bilmaujudaatbima Hiya Al Maujudaat,
yang berarti suatu ilmu yang menyeidiki hakikat sebenarnya dari segala yang ada
ini. Al-Farabi berhasil meletakkan dasar-dasar filsafat ke dalam ajaran Islam.
3.
IBNU SINA
Nama lengkapnya adalah Abu Ali al-Husein
ibn Abdillah ibn Hasan ibn Ali ibn Sina. Ia dikenal sebagai seorang filosof
Islam terbesar dengan gelar Syaikh ar-Rais. Ia dilahirkan dalam keluarga yang
bermadzhab Syi’ah pada tahun 370 H/1980 M di desa Efsyanah (kawasan Bukhara).
Di Bukhara ia dibesarkan dan belajar
falsafah, kedokteran, dan ilmu-ilmu agama Islam serta astronomi. Dalam usia
sepuluh tahun, ia telah banyak mempelajari ilmu agama Islam dan menghafal
Al-Qur’an.
Ketika umur beliau belum mencapai 16 tahun
ia sudah menguasai ilmu kedokteran, sehingga banyak orang yang datang kepadanya
untuk berguru. Kepandainnya tidak hanya dalam teori saja, tetapi ia juga
menguasai prakteknya dengan mengobati orang-orang yang sakit.
Adapun karangan-karangan Ibnu Sina yang
terkenak adalah :
a.
As-Syifa, buku ini adalah buku filsafat yang
terpenting dan terbesar, yang terdiri dari logika, fisika, matematika, dan
metafisika (ketuhanan)
b.
An-Najat, buku ini merupakan ringkasan buku As-Syifa,
dan pernah diterbitkan bersama-sama dengan buku Al-Qanun dalam ilmu kedokteran
pada tahun 1593 M di Roma, dan tahun 1331 H di Mesir.
c.
Al-Syarat Wat-Tanbihat, buku ini adlah buku terakhir
yang paling baik, dan pernah di terbitkan di Leiden pada tahun 1892 M, da
sebagiannya diterjemahkan kedalam bahasa Perancis
d.
Al-Hikmat Al-Masyriqiyyah, buku ini banyak dibicarakan
orang karena tidak jelasnya maksud judul buku, dan naskah-naskahnya yang masih
ada memuat bagian logika.
e.
Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan
orang-orang Barat. Buku ini pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan
pernah menjadi buku standar untuk universits-universitas Eropa sampai akhir
abad ke 17 M
Dalam membuktikan adanya Allah, Ibnu Sina
melanjutkan dalil ontology yang berasal dari Aristoteles dan mengikuti
Al-Farabi sebelumnya, dengan membagi wujud kepada dua jenis, wajib wujud dan
mengkin wujud.[7]
4.
AL-GHAZALI
Abu
Hamid Muhammad ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Ahmad al-Ghazali ath-Thusi, lahir
di Thus, wilayah Khurasan pada tahun 450 H/1058 M. Ayahnya seorang pekerja
pembuat pakaian dari bulu wol dan menjualnya di pasar.
Pada
masa kecil beliau belajar ilmu fiqh pada Syekh Ahmad bin Muhammad Ar-Rasikani,
kemudian pada Imam Abi Nasar Al-Ismaili di negri Jurjan. Setelah
mempelajari bebrapa ilmu di negerinya, ia berangkat ke Nishabur dan belajar
pada Imam Haromain.
Al-Ghazali adalah seorang ahli pikirIslam yang dalam
ilmunya, Puluhan buku telah dituliskannya yang meliputi bebagai cabang ilmu,
antara lain Teologi Islam, Hukum Islam, Tasawuf, Tafsir, dan Akhlak.
Karyanya yang terbesar yaitu Ihya Ulumuddin yang
artinya “Menghidupkan Ilmu-Ilmu gama”. Kitab tersebut berisi tentang paduan
yang indah antara fiqih, tasawuf, dan filsafat. Kitab ini bukan hanya terkenal
di kalangan kaum Muslimin, tetapi juga di kalangan dunia Barat dan luar Islam.
Dalam pemikirannya Al-Ghazali menyelaraskan
akal dengan naql. Ia berpendapat bahwa akal hanya digunakan sebagai penopang,
karena ia bisa mengetahui dirinya sendiri dan mempersepsi benda lain.
5.
IBNU BAJJAH
Ia
adalah Abu Bakar Muhammad Ibn Yahya al-Sha’igh. Di dunia Barat ia terkenal dengan
sebutan “Avempace”. Ia lahir pada abad 11 M atau abad V H, di kota Saragossa.
Sejak kecil ia belajar ilmmu pengetahuan di Saragossa sampai mendapatkan gelar
akademiknya, maka ketika pergi ke Granada Ia telah menjadi seorang sarjana
bahasa dan Sastra Arab dan dapat menguasai 12 macam ilmu pengetahuan.
Beberapa karya Ibnu Bajjah antara lain :
1.
Risalat al-Wada’
2.
Tardiyyah
3.
Kitab al-Nafs
4.
Tadbir al-Mutawahhid
Pemikiran Ibnu Bajah tidak berbeda dengan
Al-Farabi sebelumnya, yakni tujuan hidup manusia untuk memperoleh kebahagiaan
hanya dapat dicapai melalui akal. Menurutnya, manusia mampu melalui
perkembangan daya penalaran serta mengikuti nilai-nilai moral yang baik untuk
berhubungan dengan akal aktif dengan Tuhan, sehingga dapat memperoleh
kebahagiaan tertinggi.[8]
6.
IBNU TUFAIL
Nama
lengkapnya Abu Bakar Muhammad ibn ‘Abd Malik ibn Muhammad ibn Muhammad ibn
Tufail. Ia lahir
pada abad VI H/XIII M di kota Guadix, Granada. Ia adalah pemuka pertama dalam
pemikiran filosofis Muwahhid yang berasal dari Spanyol.
Ia adalah seorang dokter, filosuf, ahli matematika,
dan penyair yang sangat terkenal di Muwahhid Spanyol, akan tetapi hanya sedikit
karya-karyanya yang dikenal orang. Dua karyanya yang masih ada adalah “Risalah
Hayy ibn Yaqzan” dan “Asrar Al-Hikmah Al-Mashiriqiyyah”.
Kisah Hayy bin Yaqzhan yang ia tulis adalah untuk
memenuhi permintaan temannya yang menginginkan penjelasan tentang rahasia
filsafat Timur. Menurutnya filsafat hanyalah untuk orang tertentu saja, yang
digunakan untuk mencapai kebahagiaan tertinggi, dapat upaya mencapai ini mereka
harus mundur dari kehidupan praktis sehari-hari, harus mengasingkan diri dari
hiruk pikuk sosial karena akan mencemari pikirannya.[9]
7.
IBNU RUSYD
Nama lengkapnya
Abu Wahid Muhammad ibn Ahmad ibn Muhammad ibn Rusyd. Lahir di kota Cordova pada tahun 1126 M/520
H. Ia keturunan dari keluarga yang ahli dalam ilmu fiqh. Ayah dan kakeknya
pernah menjabat di Andalusia sebagai kepala pengadilan.
Ibnu Rusd adalah seorang ulama besar dan penulas yang dalam terhadap
filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu sukar dicari bandingannya,
karena menurut riwayat, sejak kecil samai tuanya ia tidak pernah terputus
membaca dan menelaah kitab.
Karangannya meliputi berbagai ilmu seperti, fiqih, ushul fiqh, bahswa,
kedokteran, astonomi, politik, akhlak, dan filsafat. Tidak kurang dari sepuluh
ribu lembar yang telah ditulisnya. Buku-bukunya adakalanya merupakan karangan
sendiri, adakalanya ulasan atau ringkasan.
Buku-bukunya yang penting antar lain :
1.
Bidayatul Mujtahid
2.
Faslul-Maqal fi ma baina al-Hikmati
was-Syari;at min al-Ittisal
3.
Manahijul Adillah fi Aqaidi Ahl
al-Millah
4.
Tahaut at-Tahafut
Pada garis
besar filsafatnya, ia mengikuti Aristoteles dan berusaha mengeluarkan
pikiran-pikirannya yang sebenarnya dari celah kata-kata Aristoteles dan
ulasan-ulasannya. Ia juga berusaha menjelaskan pikiran tersebut dan
melengkapinya, terutama dalam hal ketuhanan, dimana kemampuan yang tinggi dalam
mengkaji berbagai persoalan dan dalam mempertemukan antara agama dengan
filsafat nampak jelas.
BAB III
ANALISIS
Dari
pembahasan diatas, maka kami dapat menyimpulkan bahwa :
1.
Filsafat Islam adalah usaha mencari kesempurnaan diri manusia
dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik
yang teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia sendiri yang
berdasarkan ajaran Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits.
2.
Filsafat islam lahir dari pemikiran-pemikiran dan
teori para filsuf Yunani, seperti Aristoteles, Platinus, dan Plato.
Pemikiran-pemikiran tersebut kemudian dijadikan salah satu sumber pemikiran
filsafat Islam dengan mengembangkannya lagi sesuai dengan prinsip-prinsip agama
Islam.
3.
Dengan semakin berkembangnya Filsafat Islam, maka
muncullah nama-nama filsuf muslim yang memberikan kontribusi yang sangan besar
terhadap peradaban, tidak hanya peradaban Islam tetapi juga peradaban dunia.
Para filsuf yang mempengaruhi dunia antara lain, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi,
Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ibnu Bajjah, Ibnu Tufail, Ibnu Rusyd, Dan lain
sebagainya.
BAB IV
PENUTUP
Filsafat Islam merupakan gabungan dari filsafat dan
Islam. Secara harfiah,
pengertian filsafat adalah cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepada kebenaran. Sidi Gazalba mengartikan filsafat
sebagai berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal alam
rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat mengenai segala yang ada. Sedangkan
pengertian filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran islam dalam
membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.
Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran dan teori-teori para
filsuf Yunani. Penerjemahan karya-karya Yunani pada abad ke-8 M dianggap
sebagai masuknya filsafat Yunani ke dunia Islam, aktivitas tersebut sebenarnya
merupakan kelanjutan dari aktivitas sebelumnya yang dilakukan oleh orang-orang
Kristen Nestrorian di Siria.
Ada lima ciri khas filsafat Islam :
1. Filsafat islam melihat kebenaran Al-Qur’an
dan ajaran Islam sehari-hari.
2. Para filsuf Islam percaya bahwa ada garis
yang menghubungkan Islam dengan filsafat Yunani.
3. Filsafat Islam bertujuan mendapatkan hikmah
(kearifan).
4. Kualitas kearifn yang hendak digapai para
filsuf Islam adalah kualitas keagamaan.
5. Filsafat Islam meunjukkan kegemarannya akan
masalah pengetahuan dan dasar-dasar psikologi serta ontologinya.
Para filsuf yang mempengaruhi perkembangan
Filsafat Islam antara lain :
1. Al-Kindi
2. Al-Farabi
3. Ibnu Sina
4. Al-Ghazali
5. Ibnu Bajjah
6. Ibnu Tufail
7. Ibnu Rusyd
DAFTAR PUSTAKA
Suharto, Toto, 2011, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Mustofa, 1997, Filsafat Islam, Bandung: CV. Pustaka Setia
Zainul Hamdi, Ahmad, 2004,Tujuh Filsuf Muslim (Pembuka Pintu Gerbang
Filsafat Barat, Modern), Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara
Daudy, Ahmad, 1986, Kuliah Filsafat Islam, Jakarta: Bulan Bintang
Madkour, Ibrahim, 2004, Aliran Dan Teori Filsafat Islam, Jakarta:
Bumi Aksara
Banasuru, Aripin, 2013, Filsafat dan Filsafat Ilmu (Dari Hakikat ke
Tanggung Jawab), Bandung: ALFABETA
No comments:
Post a Comment