Thursday, December 12, 2013

prosesi buka luwur sunan muria

A.    Latar Belakang
Sunan Muria yang memiliki nama asli Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga dengan Dewi Saroh.Ia merupakan adik kandung Sunan Giri,Syeh Maulana Ishak. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto.  Nama Muria diambil dari nama tempat tinggal terakhir beliau di lereng Gunung Muria, kira-kira delapan belas kilometer ke utara Kota Kudus. Seperti ayahnya, dalam berdakwah beliau menggunakan cara halus, ibarat mengambil ikan tidak sampai mengeruhkan airnya.  Itulah cara yang ditempuh untuk menyiarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria.
Berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah yang sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Tempat tinggal beliau terletak di salah satu puncak Gunung Muria yang bernama Colo. Di sana Sunan Muria banyak bergaul dengan
rakyat jelata sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut. Beliaulah satu-satunya wali yang tetap mempertahankan kesenian gamelan dan wayang sebagai alat dakwah untuk menyampaikan ajaran Islam.  Salah satu hasil dakwah beliau melalui media seni adalah tembang Sinom dan Kinanti.
Sunan Muria sering berperan sebagai penengah dalam konflik internal di Kesultanan Demak (1518-1530). Beliau dikenal sebagai pribadi yang mampu memecahkan berbagai masalah betapapun rumitnya masalah itu. Solusi pemecahannya pun selalu dapat diterima oleh semua pihak yang berseteru. Sunan Muria berdakwah dari Jepara, Tayu, Juwana hingga sekitar Kudus dan Pati.
Sunan Muria dimakamkan di atas puncak bukit bernama bukit Muria. Dari pintu gerbang masih naik lewat beratus tangga (undhagan) menuju ke komplek makamnya, yang terletak persis di belakang Masjid Sunan Muria. Mulai naik dari pintu gerbang pertama paling bawah hingga sampai pelataran Masjid jaraknya kurang lebih 750 meter jauhnya.[1]
Setelah kita memasuki pintu gerbang makam, tampak di hadapan kita pelataran makam yang dipenuhi oleh 17 batu nisan. Menurut Juru Kunci makam, itu adalah makamnya para prajurit dan pada punggawa (orang-orang terdekat, ajudan dan semacam Patih dalam Keraton).
Di batas utara pelataran ini berdiri bangunan cungkup makam beratapkan sirap dua tingkat. Di dalamnya terdapat makamnya Sunan Muria. Di sampingnya sebelah timur, ada nisan yang konon makamnya puterinya perempuan bernama Raden Ayu Nasiki.
Dan tepat di sebelah barat dinding belakang masjid Muria, sebelah selatan mihrab terdapat makamnya Panembahan Pengulu Jogodipo, yang menurut keterangannya Juru Kunci adalah putera sulungnya Sunan Muria.
Peranan serta jasa Sunan Muria semasa hidupnya membuat makam beliau yang terletak di Gunung Muria sampai hari ini tidak pernah sepi peziarah.

B.     Rumusan Masalah
a.       Apa Sejarah Buka Luwur Sunan Muria ?
b.      Bagaimana Prosesi Buka Luwur ?
c.       Bagaimana tanggapan masyarakat tentang Buka Luwur ?

  1. Pembahasan
1.      Sejarah Buka Luwur Sunan Muria
Bagi masyarakat Kudus, bulan Muharram memiliki makna tersendiri. Bukan karena penuh kemuliaan, tetapi pada bulan tersebut di kota kretek ini terdapat ritual keagamaan yang sangat dinantikan yakni buka luwur makam wali. Buka luwur adalah ritual peringatan haul wafatnya para wali dengan prosesi mengganti kelambu makam wali tersebut.[2]
Ribuan meter luwur yang menutupi makam diganti dengan luwur baru  hasil sumbangan masyarakat. Luwurlama dibagi secara gratis kepada warga sekitar, bahkan di Makam Mutamakin, luwur dilelang kepada pengunjung hingga mencapai nilai puluhan juta. Luwur paling keramat dan mempunyai nilai jual tinggi adalah yang berada di bagian nisan yang bagian kepala.
Luwur yang hanya sebuah kain mori pada gilirannya mempunyai makna mistis di kalangan masyarakat karena ada alunan doa dan berkah yang melekat di dalamnya. Warga melihat benda metafisis untuk menggapai yang metafisis. Kepercayaan warga demikian sama halnya dengan animisme maupun dinamisme, hanya saja dipisahkan oleh muatan ilahiah pada umat muslim kekinian.
Buka luwur dalam tradisi makam-makam keramat dilakukan satu tahun sekali seperti halnya merayakan ulang tahun. Setiap makam mempunyai tanggal yang menjadi acuan. Sehingga masyarakat bisa menyiapkan diri untuk terjun sebagai relawan atau donatur acara.
Panitia buka luwur menerima sumbangan tidak dibatasi dari masyarakat muslim saja, warga nonmuslim pun ikut ambil alih. Panita bahkan tidak membatasi jumlah sumbangan yang diberikan, karena buka luwur adalah hajat masyarakat, maka besar kecilnya kegiatan tergantung pada masyarakat. Panitia buka luwur Makam Sunan Muria, misalnya, tidak membuat proposal atau permohonan bantuan kepada pihak luar. Besar atau kecil acara tidak memengaruhi kekhidmatan buka luwur. Semua berjalan apa adanya sesuai dengan tradisi dan tidak dibuat-buat.[3]
Di Kudus, terdapat beberapa auliya maupun ulama besar yang selalu diperingati haulnya.Selain dua makam wali yang termasuk Walisongo yakni Raden Ja’far Shodiq (Sunan Kudus) di komplek menara Kudus dan Raden Umar Said (sunan Gunung Muria), terdapat ulama besar asal Madura yang mengembangkan Islam di Kudus wilayah Utara, Raden Muhammad Syarif di Pemakaman desa Padurenan Gebog Kudus.
Setiap tahunnya, kedua wali itu diperingati haulnya secara berbeda. Sunan Kudus setiap tanggal 10 Muharram dan sunan Muria tanggal 15 Muharram. Sedangkan Haul Raden Muhammad Syarif dilaksanakan legi akhir bulan Muharram.
Saat memperingatinya, pihak pengurus makam dan masjid wali menyelenggarakan rangkaian kegiatan mulai semaan Alqur’an, pengajian umum dan pembagian nasi uyah (nasi jangkrik). Tentu saja, prosesi buka luwur ini selalu dinanti masyarakat Kudus dan sekitarnya.
Yang menarik perhatian masyarakat setiap buka luwur adalah pada saat pembagian nasi uyah (nasi jangkrik) dibagikan secara gratis oleh pengurus yayasan Masjid dan Makam Sunan.
2.      Prosesi Buka Luwur Sunan Muria
Rangkaian kegiatan buka luwur di masjid sunan muria antara lain sebagai berikut:
a.       Mapak Tanggal
Bertempat di masjid istana Sunan muria. Pada malam selasa pon tanggal 1 Muharram 1430/5 November 2013. Pukul 18.00 WIB.
Pengajian ini bertujuan untuk memperingati tahun baru islam (Hijriah).
b.      Istighosah Assyura dan Santunan yatim piatu
Acara ini bertempat di Masjid Sunan Muria, yang dihadiri oleh para kyai dan warga setempat, utamanya anak yatim piatu di sekitar colo. Acara ini dilaksanakan pada malam kamis tanggal 10 Muharram 1430/13 November 2013, Pukul 19.00 WIB.
c.       Khotmil Qur’an bil ghoib
Bertempat di Masjid Sunan Muria. Khotmil Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu :
a)      Untuk putra pada hari ahad kliwon tanggal 13 Muharram 1430/ 17 November 2013, Pukul 07.00 WIB sampai selesai. Para khafidz rata-rata didatangkan dari luar derah colo. Seperti desa kajar, desa pandak, dan sekitarnya, ujar bapak ismaryanto anggota keamanan buka luwur yang ditemui selasa 19 November pukul 06.00 WIB sebelum acara buka luwur dimulai.
b)      Untuk putri pada hari senin legi tanggal 14 Muharram 1430/18 November 2013, Pukul 07.00 WIB sampai selesai. Rata-rata khafidhoh ini adalah ibu-ibu, kata bapak edi mardiyanto koor. Keamanan yang ikut dalam acara itu, yang ditemui sesudah pengajian pukul 12.30 WIB selasa malam. Tujuan dari acara ini adalah mengirim pada haulnya ruhina Kanjeng Sunan Muria.
d.      Pengajian Umum
Acara pengajian bertempat di Masjid Sunan Muria pada malam selasa pahing tanggal 15 Muharram 1430/18 November 2013, Pukul 20.00 WIB. Dimana dihadiri oleh Ulama’ dan pengunjung. Pengajian berlangsung dengan hikmat.
Susunan acara pengajian umum dalam rangka buka luwur dan haul raden umar said kanjeng sunan muria, bersama habib umar muthohar dari semarang, sebagai berikut:
a)      Iftihatul Majlis atau pembukaaan oleh Kyai Maskur
b)      Qiro’atul Qur’an, dilantunkan oleh Ust.M.Nurhan
c)      Tahlil, dipimpin oleh Ust.Salman
d)     Sholawat Simtuddurraor, diisi oleh rebana MA Nahdlatul Ulama’ colo
e)      Sabutan panitia, di sampaikan oleh H. M. Sholih
f)       Mauidhoh Khasanah, di isi oleh:
1)      KH.Nur Halim,Lc
2)      Habib Umar Muthohar
g)      Penutup
h)      Pembagian bingkisan makanan selametan atau nasi jangkrik.
Dalam pembagian ini banyak warga yang mengharap barokah. Pembagian nasi berlangsung dengan sedikit kericuhan, karena peziarah yang berada di luar masjid memaksa masuk kedalam masjid yang sudah penuh. Kapasitas masjid hanya 2.000 orang dan pengunjungnya sekitar 4.000 orang. Sedangkan panitia hanya membuat nasi jangkrik sebanyak 600 bungkus. Hal ini terjadi karena minimnya tenaga pemasak dan mepetnya waktu karena banyaknya acara. (wawancara dengan bpak ismaryanto, anggota keamanan yang ditemui selasa 19 November 2013).
Pengunjung banyak yang kecewa, seperti Bapak Duwik dari semarang, yang kami temui sesudah pembagian nasi. Beliau mengatakan “ Saya kecewa sekali mas, jauh-jauh dari semarang tapi tidak dapat nasi jangkrik ”. di temui selasa 19 November 2013 pukul 01.00 WIB.
Sebetulnya ada dua titik pembagian nasi jangkrik, yaitu di dalam masjid sunan muria dan di samping kiri jalan masuk ke masjid.
e.       Ganti luwur dan tahlil
Dalam acara ini sedikit yang menghadiri, karena yang masuk hanya orang-orang yang di undang dan panitia saja. Ulama’- ulama’ juga didatangkan, seperti Habib Muthohar dari semarang dan Habib Lutfi dari pekalongan. “ Habib Lutfi mungkin datang sesudah acara buka luwur, karena Beliau banyak acara dan datangnyapun di sempat-sempatkan ”. Kata bapak ismaryanto, Koor. Keamanan.
Acara ini berlangsung di Masjid Sunan Muria sebagai persiapan dan peletakan pertama kain baru, yaitu pada hari selasa pahing tanggal 15 Muharram 1430/18 November 2013. Pukul 06.30 WIB.
Untuk susunan acara buka luwur adalah sebagai berikut:
a)      Iftitakhul Majlis. Yang dipimpin oleh K.Safiq Nashan, Lc
b)      Ganti luwur. Oleh petugas ganti luwur
c)      Pembacaan Yasin. Oleh petugas PPAM ( Perhimpunan Pemangka Aulia Se Jawa )
d)     Pembacaan tahlil. Oleh petugas PPAM ( Perhimpunan Pemangka Aulia Se Jawa )
e)      Doa
f.       Selamatan
Dalam acara ganti luwur ini, pertama yang di lakukan adalah berjalan dengan mebawa kain dari dalam masjid, sambil diiringi rebana empat dan beduk melewati tangga, kemudian melewati depan masjid, melewati depan gentong peninggalan Sunan Muria, kemudian ke makam. “ cara ini pertama kali dilakukan, karena tahun lalu hanya lewat masjid langsung masuk ke makam”. Ujar bapak Wisnu dari jekulo yang mana salah satu orang yang mendapat undangan dari panitia.

  1. Kesimpulan
Rangkaian acara Buka Luwur Sunan Muria, yaitu sebagai berikut :
  1. Mapak Tanggal;
  2. Istighosah Assyura dan santunan yatim piatu;
  3. Khotmil Qur’an bil ghoib;
  4. Pengajian umum dan pembagian nasi;
  5. Ganti luwur dan tahlil.


[2]NU Online (Di akses tanggal 14 November 2013,16.30 WIB)

[3] One Response to “Modal Sosial dalam Buka Luwur*(di akses tanggal 14 November 2013,15.00)


No comments:

Post a Comment