Sunday, December 15, 2013

Makalah AHMADIYAH SEBAGAI ALIRAN SESAT DAN KONFLIK YANG DITIMBULKANNYA



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah

       Sebagai negara dengan jumlah agama yang beragam, Islam merupakan agama yang mendominasi di Indonesia, Bahkan terbesar di Asia karena Indonesia didukung oleh jumlah penduduk yang besar, lebih dari 250 juta jiwa yang mayoritas beragama Islam.
Sebagai negara Pancasila,asas toleransi terhadap agama lain harus ditanamkan sejak dini.Namun yang masih banyak dipertanyakan, Agama apa yang benar?Hans Kung,seorang profesor teologi Katolik, memaparkan adanya empat posisi dalam soal kebenaran agama : (1) semua agama adalah salah, ini adalah posisi kaum ateis. (2) Hanya satu agama yang benar, ini adalah posisi Katolik tradisional.(3) Semua agama adalah benar.Jika semua agama benar, padahal
faktanya, agama-agama itu berbeda, maka agama yang mana yang dianggap benar. Lebihpelik lagi, ketika mendefinisikan apa yang disebut dengan agama itu sendiri. (4) Satu agama adalah yang benar dan semua agama berperan dalam kebenaran satu agama.Gagasan ini cenderung mengarah pada sinkretitasi atau pembentukan agama baru yang berbeda dengan agama yang ada. “Itu artinya tidak semua yang ada dalam agama-agama dunia adalah sama besarnya dan baiknya;ada juga bagian-bagian dalam keimanan dan tradisi dalam ritus serta amalan keagamaan, struktur lembaga dan kekuasaan, yang tidak benar, tidak baik.”[1]
 Sebagai Negara dengan jumlah penduduk Islam terbanyak,tentunya sulit untuk  menyatukan golongan-golongan yang mengaku beragama Islam. Namun, bukan hanya itu,aliran sesat semakin merajalela di Indonesia.Contohnya saja agama Salamullah yang dibawa oleh Lia Eden,Kelompok Syiah,Ahmadiyah,LDII,dan masih banyak lagi.Tak jarang,sering terjadi pecah konflik setiap ada aliran baru yang di anggap menyimpang,terutama di Indonesia.
1.Adian Husaini,”Wajah Peradaban Barat”(Jakarta:Gema Insani,2005),hal.363      
Pada kasus yang sempat menggemparkan dunia dan negara lain adalah munculnya Aliran Ahmadiyah di Indonesia.Di mana aliran ini termasuk dalam Islam Pluralisme.Ia menggabungkan beberapa ajaran agama seperti Kristen,Hindu,dan Budha.Hadirnya Ahmadiyah merupakan suatu tantangan bagi pemerintah.Konflik melawan pengikutnya menimbulkan korban dan kerugian yang tidak sedikit.
Berdasarkan hal tersebut,kami mengangkat judul dalam makalah ini “AHMADIYAH SEBAGAI ALIRAN SESAT DAN KONFLIK YANG DITIMBULKANNYA”
                                                                 
1.2.Rumusan Masalah:
Adapun masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.Bagaimana latar belakang  Ahmadiyah?
2.Bagaimana Tanggapan masyarakat terhadap Ahmadiyah?
3.Bagaimana dampak dari segala perlawanan terhadap Ahmadiyah?

1.3.Tujuan Penulisan:
1.Menjelaskan latar belakang  Ahmadiyah
2.Menjelaskan tanggapan masyarakat terhadap Ahmadiyah
3.Menjelaskan dampak dari segala perlawanan terhadap Ahmadiyah
Jemaat Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta'ala. Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi Kalimah Syahadat "Laa ilaha Illallah, Muhammadur-rasulullah". Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah dan Muhammad itu adalah rasul Allah.
Jemaat Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci Al-Quran sebagai Kitab Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat. Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa Rasulullah shallallahu alaihi wa'aalihi wassallam sebagai Khataman-nabiyyiynyang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling mulia. Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian tasyri'i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw.
Nama Ahmadiyahberasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad (yang terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta'ala. Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw.. (Da'watul Amir, M.Bashiruddin Mahmud Ahmad, edisi terj.Bhs.Indonesia, 1989,h.2)
 Jemaat Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-syariah. Menghidupkan kembali agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat Qur'aniah.Dalam arti yang lebih mendalam adalah untuk menghimbau ummat manusia kepada Allah Ta'ala dengan memperkenalkan mereka sosok sejati Rasulullah saw., dan menciptakan perdamaian serta persatuan antar berbagai kalangan manusia. Ahmadiyah berusaha menghapuskan segala kendala yang timbul karena perbedaan ras dan warna kulit sehingga umat manusia dapat bersatu dan mengupayakan perdamaian semesta.
2.2.TANGGAPAN MASYARAKAT TERHADAP AHMADIYAH
Hadirnya Ahmadiyah menimbulkan konflik dimasyarakat.Dimana konflik  menurut Joyce Hocker adalah hal yang abnormal karena hal yang normal ialah keselarasan.[2],sehingga timbul aksi  yang dilakukan oleh oknum non Ahmadiyah,antara lain :

1.Melakukan Perlawanan
    a. Masyarakat melakukan perlawanan terhadap Ahmadiyah. Hal ini disebabkan karena ajaran-ajaran yang di sampaikan oleh para muballigh Jema’ah Ahmadiyah, dinilai mengganggu ajaran Islam sebagaimana yang dipahami masyarakat Kuningan. Mereka meyakini bahwa Ahmadiyah melakukan penodaan terhadap ajaran Islam, menyimpang dan bahkan telah sesat dan menyesatkan. Masyarakat Kuningan terutama tokoh agama pengawal ajaran agama Islam di Kuningan, menolak secara tegas ajaran tersebut.
   b. Contoh lain adalah Kejadian Beberapa rumah warga Ahmadiyah di Cisalada, Bogor, yang dibakar oleh ratusan massa pada Jumat malam (1/9). Tidak hanya itu, sebuah masjid tempat Jemaah Ahmadiyah menjalankan ibadah pun hangus terbakar. Kendaraan milik warga, seperti motor dan mobil, tidak luput dari keberingasan para penyerang yang tidak bertanggung jawab ini.[3]                     
2.Melakukan pengkajian sehubungan dengan ajaran Ahmadiyah
            Sehubungan dengan ajaran Ahmadiyah,masyarakat menyimpulkan bahwa ajaran Ahmadiyah itu telah mengajarkan :
1. Penodaan Agama oleh Ahmadiyah dengan Nabi Palsunya Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908M). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah (sesudah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam):
  نَّا اَرْسَلْنَا اَحْمَدَ اِلَى قَوْمِهِ فَاَعْرَضُوْا وَقَالُوْا كَذَّابٌ اَشِرٌl

"Sesungguhnya Kami mengutus Ahmad kepada kaumnya, akan tetapi mereka berpaling dan mereka berkata: seorang yang amat pendusta lagi sombong" (Tadzkirah, halaman 385).
Jika dibandingkan dengan ayat Al-Qur’an:
إِنَّا أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَى قَوْمِهِ أَنْ أَنْذِرْ قَوْمَكَ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَهُمْ عَذَابٌ أَلِيم
"Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya (dengan memerintahkan): “Berilah kaummu peringatan sebelum datang kepadanya azab yang pedih”(QS Nuh:1).
Dalam Tadzkirah itu, Mirza Ghulam Ahmad berdusta, mengatasnamakan Allah telah mengutus Ahmad (yaitu Mirza Ghulam Ahmad) kepada kaumnya. Mirza Ghulam Ahmad telah berdusta, mengangkat dirinya sebagai Rasul utusan Allah, disejajarkan dengan Nabi Nuh as yang telah Allah utus. Hingga di ayat-ayat buatan Mirza Ghulam Ahmad dibuat juga seruan dusta atas nama Allah agar Mirza Ghulam Ahmad membuat perahu.
2. Mirza Ghulam Ahmad mengaku diutus Allah untuk seluruh manusia (sesudah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam):
قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْ نِىْ يُحْبِبْكُمُ اللهُ  – وَقُلْ يَآاَيُّهَا النَّاسُ اِنِّى رَسُوْلُ اللهِ اِلَيْكُمْ جَمِيْعًا
Artinya: “Katakanlah (wahai Ahmad): Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihimu – dan katakanlah: “Hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”. (Tadzkirah hal: 352)
Ayat-ayat ini adalah rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat Ali Imran 31 dan surat Al-A’raf 158.
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan, lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
3. Ghulam Ahmad membajak ayat-ayat Al-Qur’an tentang Nabi Isa as namun dimaksudkan untuk diri Mirza.
وَ لِنَجْعَلَهُ اَيَةً لِّلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِّنَّا وَكَانَ اَمْرًامَقْضِيًّا يَاعِيْسَى اِنِّى مُتَوَفِّيْكَ وَرَافِعُكَ اِلَىَّ وَ مُطَهِّرُكَ مِنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا وَجَاعِلُ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْكَ فَوْقَ الَّذِيُنَ كَفَرُوْا اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ثُلَّةٌ مِنَ اْلاَوَّ لِيْنَ وَثُلَّةٌ مِنَ اْلآَخِرِيْنَ 
Artinya:“Dan agar Kami dapat menjadikannya suatu tanda bagi manusia dan sebagai rahmat dari Kami, dan hal itu adalah suatu perkara yang sudah diputuskan - Wahai Isa, sesungguhnya Aku akan menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku dan mensucikanmu dari orang-orang yang kafir dan menjadikan orang-orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat - Yaitu Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu, dan segolongan besar (pula) dari orang yang kemudian”. (Tadzkirah hal: 396)
Ayat-ayat ini adalah rangkaian dari beberapa ayat suci Al-Qur’an, yaitu surat Maryam ayat 21, Ali Imran ayat 55, dan Al-Waqi'ah ayat 39-40.
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan, penambahan, dan pengurangan, lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”.
4. Ahmadiyah Memiliki Kitab Suci sendiri namanya Tadzkirah, yaitu kumpulan wahyu suci (wahyu muqoddas). Mirza Ghulam Ahmad mengaku diberi wahyu Allah:
اِنَّ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا-  قُلْ اِنَّمَا اَناَ بَشَرٌ يُّوْحَى اِلَيَّ َانَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِدٌ
Artinya: “Bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah sesuatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya – katakanlah sesungguhnya aku (Ahmad) ini manusia, yang diwahyukan kepadaku bahwasannya  Tuhan kalian adalah Tuhan yang Maha Esa”. (Tadzkirahhalaman: 245)
Ayat-ayat buatan Mirza Ghulam Ahmad itu dicomot dari sana-sini dengan mengadakan pengurangan dari ayat-ayat suci Al-Qur’an, dan penyambungan yang semau-maunya yaitu surat Al-Anbiya’ ayat 30 dan surat Al-Kahfi ayat 110.
أَوَلَمْ يَرَالَّذِيْنَ كَفَرُوْآ أَنَّ السَّمَوَاتِ وَالاَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا
Artinya: “Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya”. (Qs Al-Anbiya: 30).
قُلْ اِنَّمَآ اَناَ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوْحَى اِلَيَّ أَ نَّمَآ اِلَهُكُمْ اِلَهٌ وَاحِد
Artinya: “Katakanlah: “Sesungguhnya aku ini hanyalah seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa”. (Qs. Al-Kahfi: 110).   
Semua ayat ini dibajak dengan perubahan maksud, pengurangan, lalu dirangkaikan menjadi ayat-ayat dalam Kitab Suci Ahmadiyah “TADZKIRAH”. Ketika ayat Al-Qur’an bicara qul (katakanlah) di situ maksudnya adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Sehingga manusia yang diberi wahyu dalam ayat Al-Qur’an itu adalah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam. Namun secara licik, Mirza Ghulam Ahmad telah memlintir maksud ayat Al-Qur’an itu ketika dia masukkan ke dalam apa yang dia klaim sebagai wahyu untuk dirinya, maka manusia yang diberi wahyu itu adalah Mirza Ghulam Ahmad. Ini jelas-jelas Mirza Ghulam Ahmad telah berdusta atas nama Allah Subhanahu wa Ta'ala, sekaligus menyelewengkan dan menodai kitab suci umat Islam, Al-Qur’anul Karim, dengan cara keji.
5. Merusak aqidah/keyakinan Islam:
a. Mirza Ghulam Ahmad mengaku bahwa Allah itu berasal dari Mirza Ghulam Ahmad
اَنْتَ مِنِّىْ وَاَناَ مِنْكَ  
"Kamu berasal dari-Ku dan Aku darimu" (Tadzkirah, halaman 436).
b. Mirza Ghulam Ahmad, mengaku berkedudukan sebagai anak Allah. Ini Allah dianggap punya anak:
اَ نْتَ مِنِّى بِمَنْزِلَةِ وَلَدِىْ
"Kamu di di sisi-Ku pada ke-dudukan anak-Ku" (Tadzkirah halaman 636).
6. Menganggap semua orang Islam yang tidak mempercayai Mirza Ghulam Ahmad sebagai Rasul adalah musuh. Kitab Tadzkirahhalaman 402:
سَيَقُوْلُ الْعَدُوُّ لَسْتَ مُرْسَلاً
"Musuh akan berkata: kamu (Mirza Ghulam Ahmad) bukanlah orang yang diutus (Rasul)" (Tadzkirahhalaman 402)
7. Selain golongannya maka dianggap kafir dan dilaknat.
 Tadzkirah, halaman 748-749:
لَعْنَةُ اللهِ عَلَى الَّذِىْ كَفَرَ
"Laknat Allah ditimpakan atas orang yang kufur."
َانْتَ اِمَامٌ مُّبَارَكٌ لَعْنَةُ اللهِ عَلَى مَنْ كَفَرَ
"Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur."
بُوْرِكَ مَنْ مَّعَكَ وَمَنْ حَوْلَكَ.
"Kamu adalah Imam yang di-berkahi, Laknat Allah ditimpa-kan atas orang yang kufur."
8. Memutar balikkan ayat-ayat Al-Qur’an. Contohnya:
تَبَّتْ يَدَآ اَبِيْ لَهَبٍ وَّتَبَّ مَاكَانَ لَهُ اَنْ يَّدْخُلَ فِيْهَا اِلاَّ خَائِفًا
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa - Dia itu tidak masuk ke dalamnya (neraka), kecuali dengan rasa takut." Di dalam Al-Qur’an, bunyi ayatnya:
تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَب مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب
"Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan" (Qs Al-Lahab: 1-2).Paham ini adalah bentuk Pluralisme;paham yang memadukan agama-agama yang berbeda,dibuktikan dengan pernyataan bahwa MirzaGulam Ahmad adalah Nabi terakhir,Almahdi,Almasih,Krisna yang ditunggu-tunggu.Jelas sekali Ahmadiyah ini telah menyimpang bagi agama Islam dan yang lainnya.[4]
3.Meminta agar Ahmadiyah di bubarkan dan tidak diijinkan di Indonesia
Contoh Konflik yang terjadi adalah Ratusan orang yang tergabung dalam ormas Islam di Cianjur, Jabar, Senin, datangi kantor Bupati Cianjur, menuntut ketegasan pemerintah daerah untuk membubarkan Jemaah Ahmadiyah Cianjur yang terjadi pada 6 Mei 2013.
            Pengujuk rasa yang terdiri dari Fron Pembela Islam (FPI) dan Gerakan Muslim Penyelamat Akhlak (Gempa) itu, menilai Jemaah Ahmadiyah di Cianjur dan Indonesia, jelas-jelas telah melanggar SKB 3 menteri, dengan tetap melakukan aktifitas keagamaan[5]

4.Melakukan aksi kekerasan terhadap pengikut Ahmadiyah
Aksi kekerasan yang dilakukan oleh sejumlah oknum antara lain  Perusakan Masjid Nurhidayah milik jemaah Ahmadiyah di Kabupaten Cianjur oleh 200-an orang, Jumat, 17 Februari 2012.
selain itu Pada 6 Februari 2011, ribuan orang menyerang warga Ahmadiyah Cikeusik, Pandeglang.  Tiga anggota Ahmadiyah meninggal, sementara rumak milik Ahmadiyah hancur dirusak massa.
 Kasus lain adalah pada 4 April 2011, Masjid Al-Mubarok milik Ahmadiyah di Kampung Sindang Barang, Kelurahan Sindang Barang, Kecamatan Bogor Barat, disegel oleh Pemerintah Kota Bogor. Tindakan penyegelan setelah sebelumnya ratusan massa memprotes keberadaan masjid Ahmadiyah.[6]
1.3.DAMPAK ALIRAN SESAT AHMADIYAH
a. peristiwa kekerasan yang dilakukan sekelompok orang, cara penanganan peristiwa-peristiwaoleh aparat keamanan dan pemerintahserta framing mediamassa dalam melaporkan insiden kekerasan terhadap Ahmadiyah masyarakat membuatpola komunikasi sosial anggota Ahmadiyah menjadi lebih rahasia, tapi aktif -konsolidatif internal.
b. Masyarakat muslim yang tidak simpati terhadap tindakan polisi yang memihak ini bisa mengeluarkan reaksi yaitu mereka bisa meninggalkan agama Islam. Mereka bisa mengalih ke agama lain. Kalau hal ini terjadi/sedang terjadi, maka senjata api polisi itu tidak ada artinya.
c. Korban berjatuhan akibat serangan dari oknum anti-ahmadiyah serta kerugian materi yang tidak sedikit.

KESIMPULAN
Dalam penelitian ini dapat disimpulkan pertama, secara empirik dampak yang telah terjadi akibat sikap pemerintah terhadap Ahmadiyah, semakin menguatkan sikap kolonisasi dari kelompok non Ahmadiyah. Dan Ahmadiyah semakin sempit untuk mempertahankan eksistensinya sebagai sebuah keyakinan yang sudah cukup banyak umat tersebar di berbagai daerah termasuk di Manislor Kuningan. Kedua, adanya pendekatan sosialisasi keagamaan yang lebih mengedepankan nilai “kemutlakan” keyakinan yang dianut secara berlebihan, dengan menafikan kebenaran keyakinan lain, dan cenderung memiliki kontribusi terhadap sikap intoleransi di kalangan umat. Akibatnya derajat konflik keagamaan menjadi tinggi.  
Dengan demikian, perbedaan pandangan keyakinan dalam agama menjadi potensi dalam melahirkan konflik dan berakibat tidak adanya transformasi internal elemen-elemen doktrin teologis yang diyakini masing-masing kelompok keagamaan. Termasuk kegagalan tokoh agama dalam membahasakan visinya, sehingga meletakkan posisi agama sumber radikalisasi yang mengkooptasi massa untuk menolak yang berbeda pandangan.
Kemudian tidak adanya instrument yang disepakati oleh para pihak yang berkonflik. Setiap masing-masing kelompok menggunakan standar atau normanya sendiri-sendiri. Satu berpegang dengan standar normatif agama yang doktriner, sementara pihak lain menggunakan standard hak asasi manusia terutama Ahmadiyah dan pembelanya. Dan tidak ada upaya partisipasi yang kuat dari kedua belah pihak untuk merusmuskan instrumen yang disepakati
Pembedaan Ahmadiyah dan non Ahmadiyah telah memperlihatkan keajegan dalam membawa kecendrungan konflik horizontal yang semakin menunjukkan fluktuasi “kekerasan” yang bernuansa agama semakin kentara. Kemudian kebijakan keagamaan tentang Ahmadiyah telah memberi implikasi pada instrumentalisasi agama serumit saat ini.

No comments:

Post a Comment