A. Pendahuluan
Filsafat
merupakan suatu kajian Ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam dunia Perkuliahan
yang mencakup tentang pemikiran seseorang. Filsafat dapat pula dikatakan
sebagai hasil dari akal manusia yang mencari tau memikirkan sesuatu kebenaran
secara mendalam. Jadi, hasil pemikiran dari akal manusia adalah Filsafat dengan
catatan bahwa pemikiran itu di lakukan secara mendalam dan bukan setengah – setengah
dalam menanggapi suatu untuk mencari kebenaran.
Dalam
filosof muslim mempunyai pandangan yang berbeda-beda tentang Filsafat, bahkan
ada yang sampai menyimpang dari ajaran Agama Islam. Benar mereka Hidup di
Lingkup Islam dan Lahir di Daerah yang Mayoritas Islam, tapi Pandangan sebagian
para Filosof ini menyimpang bahkan ada yang menganggap Akal adalah segalanya.
Sebagian
para Filosof Muslim juga ahli bukan hanya di bidangnya yaitu Filsafat, tapi
juga ahli dalam bidang-bidang Ilmu pengetahuan yang lain seperti Matematika,
Kedokteran, Kimia, Seni dsb. Semua itu di pelajari dengan baik dan bisa
menjadikannya seorang Filosof dan juga seorang Ilmuan Islam.
Pendapat-pendapat
para Filosof ini sebagian baik untuk di contoh, tapi juga ada yang tidak pantas
di contoh. Karena sudah menyimpang jauh dari Islam, sampai tidak mempercayai
Wahyu dan Nabi.
Semoga
dengan Makalah ini menambah wawasan kita tentang para Filosof Muslim yang ada
dan yang banyak di kenal baik di dunia Islam maupun di Dunia Barat.
B. Pokok Masalah
1. Filsafat
Islam atau Filsafat Muslim ?
2. Siapa saja
Filosof Muslim itu ?
C. Wacana
Pembahasan
1.
Filsafat Islam atau
Filsafat Muslim
Filosof
Muslim atau ( filosof Muslim ) adalah
mereka yang lahir dan tumbuh dalam keluarga muslim. akan tetapi, dalam
pandangan dan keyakinannya mungkin saja dia heretic atau anti – Islam.
Sementara itu di sisi lain, filosof Islam atau ( filosof Islam ) adalah orang – orang yang
mengambil inspirasi – inspirasi falsafatinya dari AL-Qur’an dan Sunnah dan menyusun
pandangan-pandangan filsafatnya sesuai dengan dua sumber Islam tersebut.
Berdasarkan
pandangan ini, maka tidak sedikit deretan Filsuf muslim, bukan filsuf Islam
karena pandangan-pandangannya dianggap banyak menyimpang dari ajaran Islam.
Mereka memang hidup di Arab atau wilayah-wilayah di bawah kekuasaan politik
Arab dan beragama Islam, namun pandangan-pandangannya sama sekali tidak
mencerminkan ajaran-ajaran yang digariskan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
Secara
umum,tidak ada perbedaan antara filsafat Islam dan Filsafat Muslim, kedua terma
tersebut sering digunakan secara bergantian. Majid Fakhry member judul bukunya
dengan History of Islamic Philosophy,
M.M. Sharif menyebut bukunya dengan A History of Muslim Philosophy, dan T.J. De
Boer menggunakan judul History of
Philosophy in Islam. Sebagaimana telah disinggung di atas, tidak sedikit
orang-orang yang tidak mengakui sebagai filsuf Islam terhadap filsuf
pandangan-pandangan filsafatnya di bawah pengaruh Aristotelianisme,
Pitagoreanisme, Neoplatonisme, ataumadzhab-madzhab lain dan para filsuf yang
ajarannya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Pandangan ini biasanya didasarkan
atas paham Islam ortodoksehingga para filsuf yang ajaran-ajarannya tidak sesuai
dengan pandangan kaum ortodoks, tidak di anggap sebagai filsuf Islam.[1]
2.
Para Filosof Muslim
1. Al Kindi (
Peletak Dasar Filsafat Islam )
a.
Biografi
Nama
lengkap al-Kindi adalah Abu Yusuf Ya’qub bin Ishaq bin Shabbah bin Imran bin
Ismail bin Muhammad bin al-Asy’ats bin Qais al-Kindi. Tahun kelahiran dan
kematian al-Kindi tidak diketahui secara jelas. Yang dapat dipastikan tentang
hal ini adalah bahwa ia hidup pada masa kekhalifahan al-Amin
(809-813),al-Ma’mun (813-833), al-Mu’tasim (833-842), al-Watsiq (842-847), dan
al-Mutawakkil (847-861).[2]
Beberapa ahli sepakat menyebut tahun 801 M sebagai tahun kelahiran al-Kindi
sekalipun mereka berbeda pendapat tentang tahun kematiannya Majid Fakhry
memperkirakan kematian al-Kindi pada tahun 866 atau lebih sedikit setelah itu.
Ayahnya,
Ishaq Ash-Shabbah, adalah Guberbur Kuffah pada masa pemerintahan Al-Mahdi dan
Harun Al-Rasyid dari Bani ‘Abbas. Ayahnya meninggal beberapa tahun setelah
Al-Kindi lahir. Dengan demikian Al-Kindi dibesarkan dalam kedaan Yatim.[3]
Al-Kindi
adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf pertama. Memang,
secara etnis, al-Kindir lahir dari keluarga berdarahArab yang berasal dari suku
Kindah, salah satu suku daerah Jazirah Arab Selatan.[4] Di
antara kelebihan al-Kindi adalah menghadirkan filsafat Yunani kepada kaum
muslimin setelah terlebih dahulu mengislamkan pikiran-pikiran asing tersebut.
b.
Definisi Filsafat Al-Kindi
Definisi-definisi
Filsafat Al-Kindi adalah sebagai berikut :
1.
Filsafat terdiri dari gabungan dua kata, philo,
sahabat dan Sophia, kebijakan. Filasafat adalah cinta kepada kebijaksanaan.
Definisi ini berdasarkan ats etimologi Yunani dari kata-kata itu.
2.
Filsafat adalah upaya manusia meneladani
perbuatan-perbuatan Tuhan sejauh dapat dijangkau oleh kemampuan akal manusia.
Definisi ini merupakan definisi fungsional, yaitu meninjau filsafat dari
segi tingkah laku manusia.
3.
Filsafat adalah latihan untuk mati. Yang dimaksud
dengn latihan mati adalah bercerainya jiwa dari badan. Atau mematikan hawa
nafsu adalah mencapai keutamaan. Oleh karenanya, banyak orang bijak tedahulu
mengatakan bahwa kenikmatan adalah suatu kejahatan. Definisi ini juga merupakan
definisi fungsional, yang bertitik tolak pada segi tingkah laku manusia pula.
4.
Filsafat adalah pengetahuan dari segala pengetahuan
da kebijaksanaan dari segala kebijaksanaan. Definisi ini bertitik tolak dari
segi kuasa.
5. Filsafat
adalah pengetahuanmanusia tentang dirinya. Definisi ini menitikberatkan pada
fungsi filsafat sebagai upaya manusia untuk mengenal dirinya sendiri. Para
filosof berpendapat bahwa manusia adalah badan, jiwa dan eksdensial Manusia
yang mengetahui dirinya demikian itu berarti mngetahui segala sesuatu. Dari
sinilah para filosof menamakan manusia sebagai mikrokosmos.
6. Filsafat
adalah pengetahuan tentang segala sesuatu yang abadi dan bersifat menyeluruh
(umum), baik esensinya maupun kausa-kausanya. Definisi ini menitikberatkan dari
sudut pandang materinya.
Bagi al-Kindi, fungsi filsafat
sesungguhnya bukan untuk menggugat kebenaran wahyu atau untuk menuntut
keunggulan yang lancing atau menuntut persamaan dengan wahyu. Filsafat haruslah
sama sekali tidak mengajukan tuntutan sebagai jalan tertinggi menuju kebenaran
dan mau merendahkan dirinya sebagai penunjang bagi wahyu.[5] Ia
mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala sesuatu sejauh
jangkauan pengetahuan manusia.[6]
Karena itu, al-Kindi dengan tegas mengatakan bahwa filsafat memiliki
keterbatasan dan bahwa ia tidak dapat mengatasi problem semisal mukjiat, surga,
neraka, dan kehidupan akhirat.[7]
Dalam semangat ini pula, al-Kindi mempertahankan penciptaan dunia ex nihilio, kebangkitan jasmani,
mukjizat, keabsahan wahyu, dan kelahiran dan kehancuran dunia oleh Tuhan.
2. Ar-Razi
(Filsuf Muslim Nonkompromis)
a. Biogafi
Ar-Razi
Nama lengkap Ar-Razi adalah Abu
Bakar Muhammad bin Zakariya Ibn Yahya ar Razi. Ia dilahirkan di Rayy, di Propinsi
Khurasan dekat Teheran. Terdapat perbedaan tentang tahun kelahiran Ar-Razi.
Harun Nasution menyebut tahun 864,[8]
sedang H.A. Mustafa menyebutkan tahun 865.[9]
Pada masa mudanya, ia cukup respek terhadap Ilmu Kimia, sehingga tidak
mengherankan apabila kedua matanya buta akibat dari eksperimen yang
dilakukannya. Ia juga belajar ilmu kedokteran (obat-obatan) dengan sangat tekun
pada seorang doctor dan filosod yanglahir di Merv pada tahun 192 H/808 M yang
bernama Ali Ibn Robban al Thabari. Kemungkinan guru inilah yang menumbuhkan
minat Ar-Razi untuk bergelut dengan filsafat agama, karena ayah gurunya
tersebut adalah seorang pendeta Yahudi yang ahli dalam kitab-kita suci.
Sebagai seorang Ilmuan dan dokter
ia seorang yang bermurah hati, sayang kepada pasien-pasiennya, dermawan, karena
itu ia memberikan pengobatan gratis kepada mereka yang tidak mampu (materi).
Ar-Razi wafat pada usia 62 tahun, yaitu pada 25 Oktober 925 atau 7 Oktober 925
M. Sampai meninggalnya ia belum disembuhkan kebutaan matanya.
b. Filsafat Lima
kekal
Ar-Razi
adalah seorang filsuf muslim rasionalis murni. Ia sangat memperayai kekuatan
akal. Akal, dalam filsafat ar-Razi, menempati posisi yang sangat tinggi. Ia
diberi ruang gerak yang sangat bebas. Dalam pandangannya, manusia dengan akalnya
dapat mengetahui segala yang berguna dan bermanfaat bagi dirinya, membuat
hidupnya lebih baik, dapat mengenal lebih jauh hal-hal yang tersembunyi.oleh
karena itu, manusia tidak boleh menyia-nyiakan akal dan tidak boleh mengekang
nya. Dan segala keputusan yang diambil manusia harus dengan perintah akal.
Ar-Razi
sama sekali menolak semua pemikiran yang irasional. Bahkan, ia meragukan wahyu
dan kenabian. Bahkan, dia mengkritik kitab-kitab suci, dan bahkan menolak
Al-Qur’an sebagai mukjizat baik bahasa maupun kandungan isinya dan lebih
menyukai buku-buku Ilmiah.
Berikut
uraian singkat mengenai lima kekekalan :
1.
Tuhan
Tuhan bersifat sempurna. Tidak
ada keijakan yang tidak sengaja, oleh krena itu ketidak sengajaan tidak bisa
disifatkan kepadanya. Kehidupan berasal dari-Nya, sebagaimana sinar datang dari
matahari.
2.
Ruh
Bahwa Tuhan tidak menciptakan
dunia lewat desakan apapun, tetapi ia memutskan penciptaannya setelah pada
mulanya tidak berkehendak untuk tidak menciptakan. Siapakah yang membuatnya
untuk melakukan demikian itu ? Di sini mestinya harus ada keabadian lain yang
membuat ia memutuskan. Menurut a-azi Keabadian lain adalah ruh yang hidup,
tetapi ia bodoh.
3.
Materi
Menurut ar-Razi kemutlakan meteri
pertama terdiri dari atom-atom. Setiap atom mempunyai volume kalau tidak maka
pengumpulan atom-atom tersebut tidak dapat di bentuk.
4.
Ruang
Menurut ar-Razi ruang adalah
tempat keberadaan materi. Ia mengatakan bahwa materi adalah kekal dank arena
matei itu mempunyairuang maka ada suatu ruang yang kekal.
5.
Waktu
Waktu
adalah substansi yang mengalir, ia kecil. Ar-Rzi senantiasa menentang mereka
(Aristoteles dan pengikut-pengikutnya) yang berpendapat bahwa waktu itu adalah
jumlah gerak benda, karena jika demikian, maka tidak mungkin bagi dua benda
yang bergerak untuk bergerak dalam waktu yang sama dengan dua jumlah yang
berbeda.
Paling
tidak, ada tiga alasan yang dikemukakan Ar-Razi mengapa dia menolak wahyu dan
kenabian.
1.
Akal sudah mencukupi untuk membedakan yang baik dan
yang buruk, berguna dan tidak berguna. Bahkan, dengan akal, manusia dapat
mengatur dirinya dan mengetahui Tuhan.
2.
Tidak ada keistimewaan bagi seseorang untuk mengatur
dan membimbing orang lain karena setiap dilahirkan dalam keadaan yang sama.
Hanya saja, dalam perjalanan hidup selanjutnya, ada orang yang mampu memupuk
dan menggunakan akalnya sesuai dengan latar belakang pendidikan masing-masing.
3.
Ajaran para nabi saling bertentangan. Mereka
(pemeluk agama) saling menjunjung tinggi ajaran nabinya masing-masing sehingga
terjebak pada fanatisme buta dan menolak ajaran nabi yang lain sehingga
menimbulkan pertentangan, bahkan pembunuhan yang berakibat pada kesengsaraan
manusia.[10]
Berdasarkan pemikirannya yang
nakal tersebut, tidak mengherankan jika ia sampai di kecam sebagai kafif.
Pikiran Ar-Razi dalam kacamata umum memang dianggap telah meninggalkan agama
karena sedikitpun ia tidak mau menundukkan akalnya di bawah doktrin. Dia sama
sekali tidak mau kompromi. Dia sama sekali tidak mau kompromi. Memang, Ar-Razi
adalah seorang filsuf muslim yang sangat berani menentang arus. Di saat ajaran
Aristoteles tengah ditegakkan oleh para filsuf muslim lain serta bahaya bid’ah
tengah disorot secara dramatis oleh Khalifah Abbasiyah, dia justru berani
menentang, baik ajaran Aristoteles maupun kepercayaan fundamental Islam dengan
melangkah di atas lorong filsafat yang baru. Pikiranfilsafatnya adalah tipikal
nonkompromis, baik kepada ajaran filsafat pendahulunya maupun doktrin-doktrin
Islam yang menjdi keyakinan mainstream.
3. Al-FArabi
(Pembenaran Filosofis atas Kenabian dan Wahyu)
a. Biografi
Al-Farabi
Abu
Nasr Muhammad bin Muhammad bin Tarkhan bin Auzalagh al-Farabi atau yang biasa
dikenal dengan al-Farabi lahir di Wsij, sebuah dusun kecil di kota Farab,
Propinsi Transoxiana, Turkestan, sekitar tahun 890. Dia berasal dari keluarga
bangsawan-militer Turki.
Al
Farabi melewatkan masa remajanya di kota Farab. Di kota yang mayoritas pengikut
madzhab Syafi’yah inilah al-Farabi menerima pendidikan dasarnya. Setelah
menyelesaikan studi dasarnya, al-Farabi pindah ke Bukhara untuk menempuh studi
lanjut fiqh dan ilmu-ilmu lanjut lainnya. Al-Farabi memulai berkenalan dengan
bahasa dan budaya serta filsafat Persia. Juga di Bukhara inilah al-Farabi
pertama kali belajar tentang musik.
b. Filsafat
Kenabian : Tangkisan al-Farabi terhadap paham Naturalisme.
Menurut
al-Farabi, nabi dapat mengetahui hakikat-hakikat karena ia dapat berkomunikasi
dengan akal kesepuluh yang merupakan akal terakhir dalam rangkaian proses
emanasi. Dalam paham al-Farabi, Akal kesepuluh ini dapat disamakan dengan
malaikat. Kesanggupan berkomnikasi dengan Akla Kesepuluh inilah yang
memungkinkan para nabi dan rasul dapat menerima wahyu.[11]
Menurut
al-Farabi, urutan perkembangan kemampuan penginderaan jiwa manusia adalah
sebagai berikut :
a.
Pertumbuhan. Dengan daya ini memungkinkan manusia untuk
tumbuh.
b.
Penginderaan. Daya ini memungkinkan manusia untuk
meneima rangsangan seperti panas dan dingin.
c.
Bernafsu. Daya ini memungkinkan manusia untuk
merasakan suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
d.
Mengkhayal. Memungkinkan manusia unuk memperoleh kesan
dari hal-hal yang dirasakan setelah objek tersebut lenyap dari jangkauan
indera.
e.
Berfikir. Daya ini memungkinkan manusia memahami
berbagai pengartian sehinggan dapat membedakan yang mulia dari yang hina serta
menguasai seni dan ilmu.
4. Ibnu Sina
(Perintis Filsafat Modern)
a. Biografi
Ibnu Sina
Abu
Ali al-Husayn bin Abdullah bin Sina (980-1037) atau yang secara umum dikenal
dengan nama Ibnu Sina atau Avicenna adalah seorang ensiklopedi , filufus,
fisiologis, dokter, ahli matematika, astronomer dan sastrawan.
b. Ajaran
Filsafat
Beberapa
padangan filasatnya yang sangat penting bisa dikelompokkan menjadi 3 hal :
Logika, Psikologi, dan Metafisika.
1.
Logika
Ibnu
Sina mengembangkan kosep logikanya kurang lebih semodel dengn komentar
al-Farabi tentang Organon-nya
Aristoteles. Filsafat logikanya bisa ditemukan dalam kitabnya yang berjudul
A-Najat dan dalam beberapa bagian penting karya yang lin yang berjudul Al-Isyarat.
2.
Psikologi
Psikologi
Ibnu Sina memberikan perhitungan yang sangat sistematis dengan berbagai macam
jiwa dan daya-dayanya. Ini semua diklasifikasikan secara metodis sesuai dengan
susunan hierarkis. Menurut Ibnu Sina, ada tiga macam jiwa : jiwa Tumbuhan,
hewan, dan manusia. Jiwa tumbuhan memiliki tiga daya : kekuatan nutrisi
(makan), kekuatan tumbuh (growth), dan kekuatan reproduksi.
Jiwa
hewan memiliki dua daya : daya motif dan perseptif. Jiwa manusia mengadung
semuanya dan di tambah dengan pikirran (reason).
3.
Metafisika
Ada
bagian dalam ajarn metafisika Ibnu Sina yang terlihat kuno sekarang. Didalamnya
dia berbicara tentang akal dan jiwa (soul) planet yang beremanasi dari Tuhan
dalam sebuah tatanan hierarki.
5. Al-Ghazali (Epistemologi Filsafat, Telaah atas Kitab Al-Munqidh Min
Adh-Dhalal)
a. Biografi Al-Ghazali
Nama
lengkapnya adalah Muhammad bin Muhammad
bin Muhammad bin Ahmad Abu Hamid Al Ghazali. Beliau dilahirkan di Thus, suatu
kota di khurusan pada tahun 450 M. ayahnya seorang pekerja pembuat pakaian dari
bulu (wol) dan menjualnya di pasar. Setelah ayahnya menynggal. Al-Ghazali
diasuh oleh ahli tasawuf.
Ketokohan
al-Ghazali dalam sejarah umat islam tidak bisa diingkari. Gelar Hujjat al-islam
yang disandangnya merupakan symbol pengakuann terhadap kebesaran namanya dalam
lintasan sejarah umat Islam. Penguasaannya terhadap berbagai disiplin ilmu yang
berkembang pada masanya adalah bukti tersendiri atas kebesarannya. Akan tetapi,
itu tidak berarti bahwa al-Ghazali tidak pernah menerima kritik atau bahkan
kecaman.
Tidak jarang juga
ada yang diarahkan kepadanya sebagai orang yang paling bertanggung jawab
terhadap ambruknya kecemerlangan peradaban Islam. Akan tetapi, tuduhan tersebut
hanyalah simplifikasi masalah yang tidak proporsional dan tidak berdasar.
Sekalipun begitu, tetap bisa diakui bahwa kecemerlangan al-Ghazali memiliki
efek yang kurang baik bagi perkembangan intelektualisme umat islam.
b. Filsafat Epistemologi al-Ghazali : Telaah
Al-Munqidh min adh-Dhalal
1. Sekilas Tentang Epistemologi
Secara
historis, epistemologi bukanlah permasalahan petama yang muncul dalam pikiran
manusia. Justru aktivitas filsafat dimulai dalam wilayah metafisika. ‘apa itu
dunia ? Apa itu jiwa ? dan sebagainya merupakan pertanyaan-pertanyaan pertama
yang mengganggu pikiran manusia yang selanjutnya mereka mencoba untuk menemukan
jawabannya.
Epistemology
berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan
logos yang berarti penjelasan atau ilmu. Jadi secara etimologis, epistemology
adalah ilmu tentang pengetahuan.
2. filsafat epistemology al-Ghazali
Al-Ghazali terhadap filsafat metafisika
adalah bukan pada objek-objek metafisika. Tetapi jawaban-jawaban para filsuf
terhadap masalah-masalah metafisika dengan kesewenag-wenangan akal mereka.
Ketertarikan al-Ghazali merupakan konsekuansi
logis dari wataknya yang selalu haus untuk mengetahui yang sebenarnya akan
segala sesuatu. Bagaimanapun juga, kehausan itu pada akhirnya mengantarkannya
pada keinginan yang semakin jauh, yaitu keinginan untuk mengetahui hakikat
segala sesuatu. Untuk ini semua, yang pertama harus dirumuskan adalah arti kata
tahu.
Setelah mendefinisikan makna tahu, ia
kemudian memeriksa pengetahuan yang dimilikinya selama ini yang bersumber dari
indera dan akal. Ia menguji kredibilitas pengetahuan dari kedua sumber tersebut.
Yang pertama kalinya diselidikinya ialah indera.
6. Ibnu Tufayl : Akal Dan Wahyu, Risalah Hayy
Bin Yaqzhan
a.
Sejarah Hiduupnya
Nama
lengkap Ibnu Tufail ialah Abu Bakar Muhammad ibn Abd’ Al Malik ibn Muhammad ibn
Muhammad ibn Tufail. Ia adalah pemuka pertama dalam pemikiran filosofis
Muwahhid yang berasal dari Spanyol. Ibnu Tufail lahir pada abad VI H/XIII M di
kota Guandix, Propinsi Granada. Keturunan ibnu Tufail termasuk keluarga suku
Arab yang terkemuka, yaitu suku Qais.
b.
Ajaran Filsfat Ibnu Tufail
1.
tentang dunia
Dalam filsafat muslim, ibnu Tufail, sejalan
dengan kemahiran dialeksinya, menghadapi masalah itu dengan tepat sebagaimana
Kant. Tidak seperti para pendahulunya, tidak menganut salah satu doktrin
saingannya, pun tidak berusaha mendamaikan mereka.
2.
Tentang Tuhan
Penciptaan
dunia yang berlangsung lambat laun itu mengisyaratkan adanya satu pencipta,
sebab dunia tak bisa maujud dengan sendirinya. Juga sang pencipta bersifat
immaterial, sebab materi yang merupakan suatu kejadian dunia diciptakan oleh
satu pencipta.
3.
Tentang Kosmologi Cahaya
Ibnu
Tufail menerima prinsip bahwa dari satu tidak ada lagi apa-apa kecuali satu
itu. Manifestasi kemajemukan kemaujudan dari yang satu dijelaskannya dalam gaya
Neo-Platonik yang monoton, sebagai tahap-tahap berurutan pemancaran yan
gberasal dari cahaya Tuhan. Proses itu, pada prinsipnya, sama dengan refleksi
terus menerus cahaya matahari pada cermin.
4.
Epistemologi Pengetahuan
5.
Etika/Akhlak
6.
Filsafat dan Agama
Filsafat
mengarah kepada suatu pemahaman akal secara murni atas kebenaran dalam
konsep-konsep dan imajinasi yang sesungguhnya, tak dapat dijangkau oleh cara-cara
pengungkapan konvesional.
7. Ibnu Rusyd: Aristotelianis
Muslim Penyelaras Agama dan Filsafat
A. Biografi Ibnu Rusyd
Abu ya’la al-walid Muhammad bin
ahmad bin Muhammad bin rusyd (1126-1198), atau yang lebih terkenal dengan
sebutan ibnu rusyd atau Averroes, adalah filsuf muslim barat terbesar di abad
pertengahan. Dia adalah pendiri pikiran merdeka sehingga memiliki pengaruh yang
sangat tinggi di eropa. Michael angelo meletakkan patung khalinya di atas atap
gereja Syktien di Vatikan karena di pandang sebagai filsuf free thinker. dante
dalam DivineComedia-nya menyebutnya
‘’Sang Komentator’’ karena dia di anggap sebagai komentator terbesar atas
karya-karya Aristoteles.
Ibnu rusyd merupakan komentor besar
kary-karya aristoteles, namun perhatian intelektualnya yang vital dalam konteks
pemikiran filsafat islam diabaikan, kita telah berbuat tidak adil terhadapnya.
Akan tetapi bagaimanapun juga, untuk pemperoleh suatu pemahaman yang Ibenar
tentang pemikiran filosofis dan teologi Ibnu rusyd, sumber yang paling penting
tentu saja tahafut at-Tahafut. Ibnu rusyd sangat mengagumi logika Aristoteles.
Ia menyatakan,’’tanpanya orang tidak bisa bahagia sungguh
kasihan bahwa Plato dan Socrates telah menyia-nyiakannya’’.
B. Agama dan Filsafat: sebuah
upaya rekonsiliasi filosofis
Doktrin utama filsafat ibnu rusyd
yang membuatnya dicap sebagai murtad berkaitan dengan keabadian dunia, sifat
pengetahuan tuhan, dan kekekalan jiwa manusia dan kebangkitannya. Sekilas
tentang Ibnu Rusyd memang bisa memberi kesan bahwa dia murtad dalam hubungan
dengan masalah-masalah tersebut, tetapi penelaahan yang serius akan membuat
orang sadar bahwa dia sama sekali tidak menolak ajaran islam.dia hanya
menginterpretasikannya dan menjelaskannya dengan caranya, sehingga bisa sesuai
dengan filsafat.
Bagi ibnu rusyd, tidak ada
creatioex nihilio, tetapi penciptaan adalah proses perubahan dari waktu ke waktu. Menurut
pandangan ini, kekuatan keatif terus bekerja dalam dunia, menggerakkannya dan
menjaganya, untuk menyatukan pandangan ini dengan konsep evolusi. Kedalaman
visi dan filsafatnya membuatnya mampu menyatukan berbagai doktrin yang terlihat
pertentangan cara yang lentur. Interpretasi yang sempit terhadap teori twofold
truth (kebenaran ganda) secara terang-terangan ditolaknya. Dan teori sering
kali di atribusikan ibnu rusyd sebenarnya tidak semata-mata miliknya, tetapi
hamper menjadi prinsip kebenaran para filsuf muslim, setiap muslim terpelajar
sama dengan statement, “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan tingkat
pemahamannya”.
D. Analisis
Filosof
muslim merupakan ilmu yang membahas tentang pengetahuan ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan akal-akal pemikiran dari Allah untuk mengemukakan filsafat
emanasi (pancaran). Alam di ciptakan Allah dari sesuatu yang ada, yakni hasil
dari ta’aqqul Allah terhadap zat-Nya. Akan tetapi banyak ahli filosof
bertentangan mengenai penyimpangan pandangan ajaran agama islam,
E. Penutup
Kesimpulan
Filosof
Muslim atau ( filosof Muslim ) adalah
mereka yang lahir dan tumbuh dalam keluarga muslim. akan tetapi, dalam
pandangan dan keyakinannya mungkin saja dia heretic atau anti – Islam.
Sementara itu di sisi lain, filosof Islam atau ( filosof Islam ) adalah orang – orang yang
mengambil inspirasi – inspirasi falsafatinya dari AL-Qur’an dan Sunnah dan
menyusun pandangan-pandangan filsafatnya sesuai dengan dua sumber Islam (
Al-qur’an n hadist) tersebut.
Berdasarkan
pandangan ini, maka tidak sedikit deretan Filsuf muslim, bukan filsuf Islam , pandangan-pandangannya dianggap banyak
menyimpang dari ajaran Islam. Mereka memang hidup di Arab atau wilayah-wilayah
di bawah kekuasaan politik Arab dan beragama Islam, namun
pandangan-pandangannya sama sekali tidak mencerminkan ajaran-ajaran yang
digariskan oleh Al-Qur’an dan Sunnah. Para filosof terkenal yang diantaranya:
al-kindi(peletak dasarfilsafat islam), ar-razi( filsuf muslim non- kompromi),
al-farabi(pembenaran filosof atas kenabian dan wahyu),ibnu sina( perintis
filsafat modern), al-ghozali(epistemology filsafat,telaah atas kitab
al-munqidah min adh-dhalal), ibnu tufayil(akal dan wahyu,risalah, hay bin
yaqzhan), ibnu rusyd(aiestotelialis muslim penyelaras agama dan filsafat).
[1]
Ahmad Zainul Hamdi,Tujuh Filsuf Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004)
hal. 5.
[2]
George N. Atiyeh, Al-Kindi: Tokoh Filosof
Muslim, Kasidjo Djojosoewarno (penerj.),
(Bandung: Pusaka Salman, 1983), hal. 1.
[3] Ibid., halaman 116.
[4] Ahmad Fuad Al-Ahwani, Al-Kindi Failasif
al-arab, (Mesir: Al-Matabi al-Hai’at al misriah, 1985), hal. 11.
[5]
Ibid., hlm. 142
[6]
Ibid., hlm. 114
[7]
Qadir, Philosophy, hlm. 77.
[8] H.
A. Mustafa, Filsafat Islam, (Bandung:
Pustaka Setia, 1997), hlm. 110.
[9]
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisisme
dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), hlm. 19-20.
[10]
Ahmad Zainul Hamdi,Tujuh Filsuf Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2004)
hal. 62-63.
[11]
Ibid., hlm. 31
No comments:
Post a Comment