PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujutkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta
didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untukmemiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta ketrampilan yang dibutuhkan dirinya, masyarakay bamgsa dan Negara[1].
Kajian-kajian pendidikan dilakukan
oleh beberapa ahli dari berbagai disiplin ilmu, diantaranya adalah ahli
filsafat, ahli agama, ahli sosiologi,dan lain sebagainya. Inilah yang
menyebabkan munculnya ilmu pengetahuan kependidikan, seperti ilmu filsafat
pendidikan, ilmu sosiologi pendidikan dan lain sebagainya.
Mengenai filsafat pendidikan, ini
merupakansuatu cara pandang, tentang bagaimana cara pelaksanaan ataupun
perbaikan proses pendidikan . Baik di tenaga pendidik, peserta didik, sampai
sarana dan prasarana yang menunjang keberhasilan suatu proses pendidikan.
Filsafat pendidikan tumbuh seiring
dengan kebutuhan manusia untuk meningkatkan dan memperbaiki proses dan mutu
pendidikan. Menurut Mohammad Labib Al-Nijhi sebagaimana yang dikutip oleh Omar
Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, memahami filsafat pendidikansebagai aktivitas pikiran
yang teratur, menyelaraskan dan dan memadukan proses pendidikan[2].
Masalah pendidikan tidak mungkin
dianggap remeh begitu saja.Karena maju atau berkembangnya
suatu Negara salah satunya dapat dilihat dari persentase jumlah warga Negara
yang berpendidikan tinggi.Oleh karena
itu ditetapkannya wajib belajar 9 tahun oleh pemerintah pusat dan adanya
Bantuan Oprasional Sekolah. Tentunya hal ini bertujuan agar semua lapisan
masyarakan dapat “menyentuh” pendidikan.Akan tetapi, permasalahannya tidak
dapat diselesaikan begitu saja.Pada kenyataannya masih banyak anak-anak dibawah
umur yang tidak sekolah.Hal tersebutlah yang harus dipikirkan lebih mendalam,
agar tercapai penyelesaiannya.
Rumusan Masalah
Berikut
adalah rumusan masalah yang timbul dari latar belakang masalah yang ada :
1. Apa
hubungan filsafat dengan pendidikan ?
2. Bagaimanakah
filsafat pendidikanitu ?
3. Bagaimanakah
filsafat pendidikan Indonesia ?
PEMBAHASAN
1.Hubungan Filsafat
dengan Pendidikan
Seorang
filosof Amerika John Dewey, yang dikutip kembali oleh Imam Barnadib,
berpendapat bahwa hubungan filsafat dan pendidikan adalah suatu keharusan dan
selanjutnya beliau mengatakan bahwa filsafat itu adalah teori umum dari
pendidikan, landasan semua pemikiran mengenai pendidikan. Selain itu, filsafat menyelidiki
faktor-faktor realita serta pengalaman
yang banyak terdapat dalam lapangan pendidikan.
Hubungan
filsafat dan pendidikan tampaknya tidak dapat dipisahkan lagi, karena kajian
filsafat pendidikan harus menoleh kembali pada hakikat manusia sebagai makhlik
ciptaan Tuhan. Pertanyaan yang mengarah pada pemikiran filsafat pendidikan yang
menurun Jacques Maritain dikutip kembali oleh Jalaluddin, berawal dari :
siapakah kita,dimana kita dan kemana kita akan pergi, dikaji dalam konteks
penciptaannya. Ketiga pertanyaan sederhana itu dihubungkan dengan fungsi dan
hakikat manisian sebagai makhluk ciptaan Tuhan.
Dengan
demikian, menjadi jelas bahwa filosof pendidikan adalah seseorang yang
menggunakan gaya filsafat dalam bidang pendidikan. Dia juga memiliki pandangan
pendidikan yang jelas dan sejumlah prinsip dan keyakinan yang mempunyai nilai
pelaksanaan dalam vidang pendidikan.Hubungan yang erat antara filosof umum
dengan filisof pendidikan adalah pada hubungan yang erat antara filsafat umum
dan filsafat pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah adalah poelaksanaan
pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan. Filsafata
tersebut mencerminkan pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi
dasar dari filsafat umum dalam menyelesaikan masalah pendidikan secara praktis.
Menurut
Asy-Syaibani, batasan-batasan hubungan antara filsafat umum dan filsafat
pendidikan adalah sebagai berikut [3]:
v Filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam
bidang pengalaman kemanusiaan yang
disebut dengan pendidikan. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pikiran yang
teratur dan menjadikan filsafat itu sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan
dan memadukan proses pendidikan. Filsafat pendidikan itu dapat menjelaskan
nilai-nilai lain yang diusahakan untuk mencapainya. Maka filsafat, filsafat
pendidikan dan pengalaman manusia adalah tiga unsure yang bersatu padu.
v Batasan
filsafat dengan pendidikan, bahwasannya pendidikan adalah aktivitas yanbg
dilakukan oleh pendidik dan filosof-filosof untuk menerangkan, menyelaraskan,
dan mengubah proses pendidikan selaras dengan masalah-masalah kebudayaan.
Dengan
batasan tersebut meberikan gambaran bahwa dengan mempelajari filsafat
pendidika, kita percaya bahwa kajian tersebutsangat penting untuk mengembangkan
pandangan kita terhadap proses pendidikan. Disamping itu, penting untuk dapat
memperbaiki keadaan pendidikan, persoalanpendidikan yang meliputi penilaian,
metode, materi dan lain sebagainya.
Maka
filsafat pendidikan yang baik, hendaknya member pedoman kepada
perancang-perancang dan orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan
pengajaran. Menghubungkan usaha-usaha pendidikan mereka dengan filsafat umum
untuk menyelesaikan dengan cepat dan tepat akan masalah-masalah pendidikan.
2.Filsafat Pendidikan
Ø Pengertian
Filsafat Pendidikan
Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan.
Ø Subjek dan Objek
Filsafat Pendidikan
Subjek
filsafat pendidikan adalah seseorang yang berfikir atau memikirkan hakikat
sesuatu dengan sungguh dan mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan .
Sedang, objek filsafat dapat dibagi menjadi 2, yakni :
1. Objek
material, yaitu segala sesuatu yang realita, ada yang harus ada , dan yang
tidak harus ada.
2. Objek
folmal adalah bersifat mengasaskan atau
berprinsip, oleh karena itu mengkonstatiskan prinsip-prinsip kebenaran dan tidak kebenaran.
Ø Aliran-aliran
filsafat pendidikan
Berikut
adalah aliran-aliran filsafat pendidikan menurut tulisan Imam Bernadib dalam
bukunya Filsafat Pendidikan[4]
:
1. Aliran
Progresif
Secara
umum progresif berpijak pada aliran pragmatis, yaitu aliran filsafat yang
berpandang bahwa kebenaran segala sesuatu ada pada kegunaan praktisnya. Atas
dasar pandangan pokoknya sebagaimana diatas, pragmatis memandang bahwa :
· Realita
bukanlah semesta atau ide yang bersifat abstrak, umum, tetap, melainkan
merupakan sesuatu yang berupa proses , bukan tetap.
· Hakikat
sesuatu dipandang dari kegunaannya.
· Tidak
ada pengetahuan yang tetap, tetapi selalu berubah.
· Manusia
adalah penentu pengembeng pengetahuan itu.
Pandangan
progresif tentang beberapa hal terkait pendidikan :
· Pendidikan
harus membawa kemajuan, tidak konservatif dan tidak otoriter.
· Pendidikan
harus memperhatikan kemampuan-kemampuan dasar manusia yang merupakan motor
penggerak bagi kemajuan dirinya.
· Ada
ilmu-ilmu yang potensial untuk membantu p[emikiran dan praktik pendidikan,
yaitu antropologi, biologi, psikologi dan ilmu alam.
· Realita
yang berupa ide dapat digunakan untuk kemajuaan.
· Dalam
mencari ilmu pengetahuan lebih
menekankan pada pendekatan induktif, rasional dan empiric.
· Sesuai
dengan filsafatnya yang empiric, progresivisme memandang nilaiatau norma bukan
sebagai ide murni dan harus diuji secara empiric, yaitu dicocokkan dengan
kenyataan yang ada dalam masyarakat.
· Pandangannya
tentang belajar progresivisme berpendapat bahwa peserta didik memiliki potensi
yang berupa akal dan kecerdasan yang dapat digunakan untuk menghadapi
lingkungannya dalam bentuk memecahkan berbagai masalah. Konsekuensinya tidak
ada pemisahan antara sekolah dan masyarakat. Sekolah juga harus mengembengkan
kreativitas peserta didik.
· Pandangaan
progresivisme tentang kurikulum adalah bahwa kurukulum harus fleksibel, tidak
bersifat universal, harus sesuai dengan kebutuhan setiap anak, serta sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan lingkungan setempat. Kuriikulum harus dapat
mengembangkan intelek, emosi, motorik,dan social peserta didik secara utuh.
2. Aliran
Esensialisme
Berbeda
dengan aliran progresivisme yang berpendapat bahwa tidak ada yang sifatnya
universal bahwa disamping adanya perubahan juga ada yang sifatnya abadi, tetap
sepanjang zaman, yaitu berupa esensinya sesuatu intinya sesuatu, hakikat
sesuatu yang tidak berubah.
Pendapat
esensialisme tentang beberapa hal mengenai pendidikan :
· Tentang
apa yang harus diajarkan kepada peserta didik disamping adanya hal-hal yang
berubah sesuai dengan tuntutan zaman, ada materi pelajaran yang sifatnya tetap,
ada pada setiap zaman. Tentang materi apa yang sifatnya tetap tersebut,
misalnya bahasa, moral, matematika, ilmu pengetahuan alam dan sebagainya.
Hal-hal yang esensi tersebut ada meskipun wujud riilnya berbeda-beda.
· Pendidikan
harus menemukan hal-hal yang merupakanesensi tersebut.
· Kurikulum
tidak perlu terlalu banyak menyajikan pengetahuan atau pengalaman. Cukup
diberikan yang esensi, yang merupakan inti dari berbagai pengetahuan atau
pengalaman, dan selanjutnya peserta didik harus mengembangkan dirinya.
3. Aliran
Perenialisme
Perenialisme
adalah suatu pandangan bahwa dalam zaman yang selalu berubah tetap ada “benang
merah” yang menghubungkan zaman yang satu dengan zaman yang lain, atau antara
wilayah yang satu dengan wilayah yang lain pada zaman yang sama.
Pandangan
umum perenialisme dintaranya yaitu :
· Kehidupan
manusia dewasa ini dengan penuh kekacauan, baik dalm hal moral,social, maupun
intelektual. Hal ini akibat tidak adanya kepastian tidak ada yang dapat dipakai
sebagai pegangan untuk menghadapi dunia yang justru selalu berubah. Dengan
demikian, aliran ini juga mengakui adanya perubahan, tetapi menghendaki agar
dalam perubahan tersebut manusia memiliki pegamgan yang kuat, sehingga tidak
terombang-ambing oleh kondisi dan tuntutan lingkunan.
· Aliran
perenialisme menempuh pendekatan regresif, yaitu mencari pegangan dari masa
lalu, yaiti apa yang telah menjadi pegangan hidup bagi orang-orang terdahulu
yang sampai sekarang masih juga berfungsi sebagai pegangan hidup. Yang dimaksud
masa lalu ini adalah masa lalunya masyarakat Eropa, yaitu masa kebesaran para
filosof terkenal pada zaman sebelum
Masehi dan masyarakat Eropa zaman pertengahan atau zaman berkembangnya
agama-agama besar.
· Ada
dua macam pegangan yang diperlukan manusia sejak dulu hingga sekarang, yaitu
kepercayaan yang bersumber dari Tuhan dan kepercayaan hasil rasio.
· Pandangan
perenialisme tentang kebenaran adalah bahwa kebenaran merupakan paduan antara
kebenaran hasil fikiran kebenaran yang melekat pada objek, dan keyakinan adanya
kesesuian antara hasil berpikir dan
kondisi objek.
· Kebenaran
berpikir diperoleh dengan menggunakan hokum-hukum logika.
· Pandangan
perenialisme tentang nilai atau norma sesuai dengan orientasinya pada abad
pertengahan, yaitu :
a. Memandang
norma adalah persoalan kejiwaan.
b. Dasar
nilai bersifat teologis dan ukuran baik buruk dari Tuhan.
Pandangan
perenialisme yang menyangkut pendidikan :
· Tentang
kurikulum, perenialisme berpendapat :
1. Kurikulum
merupakan alat untuk mengembamhkan akal dan moral.
2. Kurikulum
harum meliputi pengalaman langsung maupun tidak langsung.
· Tentang
belajar, pandangan perenialisme adalah :
1. Titik
tolak belajar adalah bahwa manisia
adalah makhluk rasionalis. Titik tolak kemampuan manusia adalah kemampuan
berfikir.
2. Dari
berfikir berkembanglah kebebasan, ketrampilan, bahasa dan sebagainya.
3. Belajar
adalah persoalan latihan dan disiplin mental. Yang penting adalah pengembengan
kemampuan dasar, sedang materi ajar hanyalah alat untuk mengembangkan kemampuan
dasar. Kalau kemampuan dasarnya tersebut sudah berkembang dengan sendirinya
menusia akan dapat menghadapi dan memecahkan segala masalah yang sedang
dihadapi.
4. Ada
belajar yang terjadi dalam bentuk pengajaran dan ada belajar belajar yang
berupapenemuan sendiri oleh peserta didik.
Ø Manfaat Filsafat
Pendidikan
Manfaat filsafat
pendidikan menurut Al-Syaibany adalah sebagai berikut[5] :
a. Filsafat
pendidikan dapat menolong para perancang pendidikan dan orang-orang yang
membutuhkannya untuk membentuk pikiran sehat terhadap proses pendidikan.
Disamping itu dapat menolong terhadap tujuan dan fungsi serta meningkatkan mutu
pendidikan serta memperbaiki pelaksanaan pendidikan yang meliputi penilaian,
bimbingan dan penyuluhan.
b. Filsafat
pendidikan dapat membentuk asas secara untuk menentukan pandangan kajian yang
umum, termasuk kurikulm, kaidah-kaidah pengajaran dan kebijaksanaan yang harus
dibuat.
c. Filsafat
pendidika dianggap sebagai asas atau dasar yang terbaik untuk pernilaian
pendidikan secara menyeluruh. Penilaian pendidikan meliputi segala usaha adan kegiatan yang dilakukan oleh sekolah,
perguruan tinggi secara umum untuk mendidik warga negara dan segala yang
berhubungan dengan pendidikan.
d. Filsafat
pendidikan memberikan corak dan pribadi yang khas dan istimewa sesuai dengan
prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama, dan nilai umat islam. disamping member
corzk kebudayaan, social, perekonomian, social dan politik untuk tuntunan masa
depan.
3. Filsafat Pendidikan
Indonesia
a.Terminology Filsafat Pendidikan
dalam Pemikiran dan Praktik Pendidikan di Indonesia
Keadaan
formal filsafat pendidikan din Indonesia kenyataanya belum pernah ada meskipun
dalam penetapan kebijakan-kebijakan pendidikan
hal tersebut sudah terkandung secara inklusif. Dalam sistem pendidikan
di Indonesia sudah tampak adanya dasar pemikiran filosofis, yaiti dalam bentuk
pilihan-pilihan yang paling baik yang dipakai sebagai dasar pertimbangan
penetapan tujuan, materi metode, alat, manajemen, dan sebagainya yang merupakan
kompenen-kompenen sistem pendidikan. Namun, didalam memilih konsep-konsep terbaik
tersebut tidak secara jelas menggunakan terminology filsafat ataupn filsafat
pendidikan secara baku dan yang dipakai oleh banyak Negara di dunia.
Pendidikan
di Indonesia tiadak secara eksplisit memilih cabang filsafat mana dan alairan
fisafat mana yang dipakai dalan menetapkan kebijakan atau membuat aturan
pelaksanaan. Memang hal ini tampaknya tidak menimbulkan masalah dalam praktik ,
akan tetapi dengan tidak digunakannya dasar filosofis ini kebijakan dan
keputusan yang diambil para pemangku
kewenangan sangat mungkin berubah-ubah tanpa dapat dipertanggungjawabkan.
b.Pancasila sebagai Landasan
Kebijakan Pendidikan di Indonesia
Satu-satunya
pegangan yang dapat dikategorikan sebagai dasar filosofis Pendidikan di
Indonesia adalah Pancasila[6].Pancasila
diakui sebagai filsafat bangsa Indonesia yang berkembang mulai zaman purba
sampai sekarang dan diharapka sampai masa-masa selanjutnya.Bahwa Pancasila
dapat dipandang sebagai landasan filosofis bagi pemikiran dan praktik
pendidikan di Indonesia dapat dipahami atas dasar hakikat Pancasila. Hakikat
Pancasila yang mendukung dipakainya sebagai dasar filsafat pendidikn adalah :
v Pancasila
diakui sebagai filsafat bangsa dan dasar negar.
v Pancasila
telah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan bangsa.
v Hakikat
Pancasila baik dalam keseluruhannya maupun sila demi sila telah diberikan
rumusan yang jelas.
v Hakikat
Pancasila di posisikan sebagai hal yang universal.
v Hakikat
Pancasila dapat mencakup ide-ide pokok berbagai filsafat yang ada.
c.Pancasila sebagai Dasar Filsafat
Pendidikan Indonesia
Meskipun tidak secara eksplisit Pancasila ditetapkan
sebagai filsafat pendidikan di Indonesia, namun dalam kenyataanya Pancasila
telah ditetapkan sebagai landasan berfikir pendidikan baik dalam bentuk UU
maupun dalm praktik penyelenggaraannya.
Pancasila
sudah ditetapkan sebagai paradigma pembangunan di Indonesia.Model dan kerangka
berpikir perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia mengacu pada
hakikat Pancasila, baik sebagai filsafat bangsa maupun sebagai dasar Negara.
Salah satu bidang pembangunan yang menggunakan paradigm pembangunan adalah
pembangunan bangsa dan pembentukan karakter bangsa. Dari sinilah dapat dipahami
bahwa Pancasila menjadi acuan dasar pemikiran dan pelaksanaan pendidikan.Hal
ini telah diterapkan dalam penetapan hokum yang mengeenai pendidikan.
d.Beberapa Kebijakan Pendidikan
Terkait Pandangan Filosofisnya
Sudah
banyak kebijakan pemerintah Indonesia dalam bidang pendidikan yang didasarkan
pada sudut pandang filosofis secara universal. Kebijakan pemerintah tersebut
diantaranya yaitu :
1. Indonesia
telah memilih pola pendidikan seumur hidup karena pada prinsipnya manusia
dipandang sebagai makluk hidup yang tumbuh dan berkembang mulai lahir sampai
mati. Ajaran Pancasila memandang manusia tidak hanya un tuk kehidupan di dunia,
tetapi juga kehidupan di akhirat. Begitu pula pendidikan tidak hanya untuk
anak, namun untuk orang dewasa juga.
2. Indonesia
juga telah melaksanakan “pendidikan untuk semua”. Hal ini didasarkan pandangan
bahwa, pendidikan merupaka hak setiap manusia dan ini sesuai dengan Pancasila.
Dalam system pendidikan nasional Indonesia dikenal
istilah Kurikulum Inti.Konsep ini mirip ajaran filsafat pendidikan
esensialisme, yang menghendaki adanya mata pelajaran yangtidak terlalu banyak
cukup yang pokok-pokok saja.
Dalam jangka waktu tertentu diadakan peninjauan
kurikulum.Hal ini pendidikan Indonesia juga bisa menerima aliran filsafat
pendidikan progresif yang menghendaki tidak adanya kurikulum yang abadi. Namun
peninjauan kembali tesebut pada prinsipnya juga tidak terlalu sering dilakukan,
yang terjadi hanyalah perubahan nama kurikulumnya saja.
Dalam pendidikan karakter orientasinya pada jiawa
proklamasi, memandang semangat proklamasi sebagai nilai karakter yang luhur. Hal ini sangat
mirip dengan aliran filsafat perenialisme. Konsep multi cultural yang
dikembangkan di Indonesia juga merupakan konsep global yang sesuai dengan
konsep Pancasila .konsep pendidikan bermakna juga dikembangkan atas dasr filosofi
global sesuai dengan hakikat Pancasila.
Dengan demikian dengan dengan ditetapkannya
Pancasila sebagai dasar pendidikan secara rasional dan empiric pendidikan
Indonesia sudah memiliki landasan filosofis yang dapat dipertanggung jawabkan.
PENUTUP
KESIMPULAN
Hubungan
filsafat dan pendidikan tampaknya tidak dapat dipisahkan lagi, karena kajian
filsafat pendidikan harus menoleh kembali pada hakikat manusia sebagai makhlik
ciptaan Tuhan.Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai
masalah-masalah pendidikan.
Subjek filsafat pendidikan adalah
seseorang yang berfikir atau memikirkan hakikat sesuatu dengan sungguh dan
mendalam tentang bagaimana memperbaiki pendidikan . Objek filsafat dapat dibagi
menjadi 2, yakni :
1. Objek
material,
2. Objek
folmal.
Aliran-aliran
filsafat pendidikan menurut tulisan Imam Bernadib dalam bukunya Filsafat Pendidikanada 3, yakni :
1. Aliran
Progresif
2. Aliran
Esensialisme
3. Aliran
Perenialisme.
Sedang
dasar pendidikan di Indonesia adalah Pancasila.Pancasila sudah ditetapkan
sebagai paradigma pembangunan di Indonesia.Model dan kerangka berpikir
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan di Indonesia mengacu pada hakikat
Pancasila, baik sebagai filsafat bangsa maupun sebagai dasar negara.
ANALISIS
Menurut
penulis, fisafat pendidikan adalah suatu pandangan ataupun cara berfikir
seseorang untuk memperbaiki proses pelaksanaan pendidikan. Penerapan falsafah
Pancasila sebagai landasan dasar pelaksanaan pendidikan sudah bisa dikatakan
baik, karena selain Pancasila itu sendiri lahir dari kebiasaan dan kebudayaan
masyarakat Indonesia, Pancasila juga dapat menyesuaikan atau lebih tepatnya
dapat menggabungkan ketiga aliran dalam filsafat pendidikan.
[1]Pasal
(1) ayat (1) UU No.23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
[2]
Andri Efferi,2011,Filsafat Pendidikan
Islam,Kudus,Nora Media Enterprise,hlm.V
[3]Andri Efferi,2011,Filsafat Pendidikan Islam,Kudus,Nora
Media Enterprise,hlm.17
[4]Sugiono,Tamzil
Muis,2012,Filsafat Pendidikan Teori dan Praktik,Bandung:Remaja
Rosdakarya, hlm.114-118
[5]Andri Efferi,2011,Filsafat Pendidikan Islam,Kudus:Nora
Media Enterprise,hlm.26
No comments:
Post a Comment