BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Agama Islam dengan sumber ajaran al-Qur’an yang ditafsirkan para ulama ternyata menunjukkan dengan
jelas berbagai masalah dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu ajaran Islam menetapkan
bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya baik pria
maupun wanita yang berlangsung seumur hidup serta melalukan evaluasi
terhadap berbagai masalah dalam bidang pendidikan.
Dalam proses evaluasi pendidikan memiliki kedudukan penting dalam
pencapaian hasil yang digunakan sebagai input untuk perbaikan kegiatan
pendidikan. Dalam kesempatan kali ini kami akan membahas mengenai evaluasi pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan?
2.
Bagaimana prinsip dasar evaluasi pendidikan?
BABII
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, tujuan dan fungsi evaluasi pendidikan
1.
Pengertian Evaluasi Pendidikan.
Secara
harfiah, evaluasi berasal dari bahasa inggris, yakni evaluation, yang berarti
penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily, 1983).
Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai proses menggambarkan,
memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu
alternatif keputusan. Kata kerja “evaluation” adalah “evaluate,
yang berarti menaksir atau menilai. Sedangkan, orang yang menilai atau menaksir
disebutkan sebagai evaluator.[1]
Adapun
definisi tentang Evalusi pendidikan yang dikemukakan oleh Edwind Wandt dan
Gerald W. “suatu tindakan atau kegiatan yang dilaksanakan dengan maksud untuk
atau suatu proses yang berlangsung dalam rangka menentukan nilai dari segala
sesuatu dalam dunia pendidikan ( yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan
atau yang terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya : evaluasi
pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikann, sehingga
dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Berbicara tentang pengertian istilah evaluasi pendidikan, di tanah
air kita, lembaga administrasi negara mengemukakan batasan mengenai evaluasi
pendidikan sebagai berikut :
Evaluasi pendidikan adalah :
a.
Proses atau kegiatan untuk menentukan kemajuan pendidikan,
dibandingkan dengan tujuan yang telah ditentukan
b.
Usaha untuk memperoleh informasi berupa umpan balik bagi penyempurnaan
pendidikan.[2]
2.
Tujuan Evaluasi Pendidikan.
Secara umum, tujuan evaluasi dalam bidang pendidikan ada dua,
yaitu:
a.
Untuk menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai
bukti mengenai taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para
peserta didik, setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Dengan kata lain, tujuan umum dari evaluasi dalam pendidikan adalah
untuk memperoleh data pembuktian, yang akan menjadi petunjuk sampai dimana
tingkat kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik dalam pencapaian
tujuan-tujuan kurikuler, setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam
jangka waktu yang telah ditentukan.
b.
Untuk mengetahui tingkat efektivitas dari metode-metode pengajaran
yang telah dipergunakan dalam proses pembelajaran selama jangaka waktu
tertentu. Jadi tujuan umum yang kedua dari evaluasi pendidikan adalah untuk
mengukur dan menilai sampai di manakah efektivitas mengajar dan metode-metode
mengajar yang telah diterapkan atau dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan
belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik.
Adapun yang menjadi
tujuan khusus evaluasi dalam bidang
pendidikan ada dua yaitu:
a.
Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh program
pendidikan. Tanpa adanya evaluasi maka tidak mungkin timbul kegairahan atau
rangsangan pada diri peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan
prestasinya masing-masing.
b.
Untuk mencari dan menemukan faktor-faktor penyebaab keberhasilan
dan ketidak berhasilan pesrta didik dalam mengikuti program pendidikan,
sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau cara-cara perbaikannya.[3]
3.
Fungsi Evaluasi Pendidikan
Evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidaknya memiliki
tiga macam fungsi pokok, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan rencana,
dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Setidaknya, ada dua macam kemungkinan hasil yang diperoleh dari
kegiatan evaluasi sebagai berikut:
a.
Hasil evaluasi itu ternyata menggembirakan, sehingga dapat
memberikan rasa lega bagi evaluator. Sebab, tujuan yang telah ditentukan dapat
dicapai sesuai dengan yang direncanakan.
b.
Hasil evaluasi tidak menggembirakan, bahkan mengkhawatirkan dengan
alasan adanya berbagai penyimpangan dan kendala, sehingga mengharuskan
evaluator bersikap waspada. Ia perlu memikirkan dan melakukan pengkajian ulang
terhadap rencana yang telah disusun dan memperbaiki cara pelaksanaannya.
Berdasarkan
data hasil evaluasi itu, dicari metode lain yang dipandang lebih tepat dan
sesuai dengan keadaan. Perubahan itu akan membawa dampak perencanaan ulang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa evaluasi itu berfungsi menunjang
penyusunan rencana.[4]
B.
Prinsip Dasar Evaluasi Pendidikan
Seorang evaluator dalam melakukan kegiatan
evaluasi pendidikan hendaknya memahami satu prinsip umum dan penting dalam
kegiatan evaluasi, yaitu adanya triangulasi atau hubungan erat tiga komponen
yaitu:[5]
1.
Tujuan pembelajaran
2.
Kegiatan pembelajaran atau KBM
3.
Evaluasi
Triangulasi
tersebut dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Penjelasan
dari bagan triangulasi diatas adalah sebagai berikut:
1.
Hubungan antara tujuan dengan KBM
Kegiatan belajar mengajar yang dirancang dalam bentuk rencana
mengajar disusun oleh guru dengan mengacu pada tujuan yang hendak dicapai.
Dengan demikian, anak panah yang menunjukkan hubungan antara keduanya mengarah
pada tujuan dengan makna bahwa KBM mengacu pada tujuan, tetapi juga mengarah
dari tujuan ke KBM, menunjukkan langkah dari tujuan dilanjutkan pemikirannya ke
KBM.
2.
Hubungan antara evaluasi dengan tujuan
Evaluasi adalah kegiatan pengumpulan data untuk mengukur
sejauh mana tujuan sudah dicapai. Dengan makna demikian maka anak panah berasal
dari evaluasi menuju ke tujuan. Di lain sisi, jika dilihat dari langkah, dalam
menyusun alat evaluasi ia mengacu pada tujuan yang sudah dirumuskan.
3.
Hubungan antara KBM dengan evaluasi
Seperti yang sudah disebutkan dalam
nomor (1), KBM dirancang dan disusun dengan mengacu pada tujuan yang telah
dirumuskan. Telah disebutkan pula nomor (2) bahwa alat evaluasi juga disusun
dengan mengacu pada tujuan. Selain mengacu pada tujuan, evaluasi juga harus
mengacu atau disesuaikan dengan KMB yang dilaksanakan. Misal, jika kegiatan
belajar mengajar dilakukan oleh guru dengan menitikberatkan pada keterampilan,
evaluasinya juga harus mengukur tingkat keterampilan siswa, bukannya aspek
pengetahuan.[6]
Seorang evaluator dalam melaksanakan
evaluasi pendidikan hendaknya memperhatikakan berbagai macam prinsip dasar
evaluasi pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Sudjono ( 1996: 31-33) sebagai
berikut: Prinsip Keseluruhan, Prinsip Kesinambungan, Prinsip Obyektivitas.
1.
Prinsip Keseluruhan (al-kamalل = الكما)
Prinsip keseluruhan atau prinsip
menyeluruh juga dikenal dengan istilah prinsip komprehensif. Dengan prinsip
komprehensif dimaksudkan di sini bahwa evaluasi tersebut dilaksanakan secara
bulat dan utuh. Dengan kata lain, evaluasi hasil belajar harus dapat mencakup
berbagai aspek yang dapat menggambarkan perkembangan atau perubahan tingkah
laku yang terjadi pada peserta didik. Adapun aspek yang perlu diungkap adalah
aspek proses berpikir, aspek kejiwaan yaitu aspek nilai atau sikap, dan aspek
keterampilan yang melekat pada diri masing-masing individu peserta didik.
2.
Prinsip Kesinambungan (Istimrar=استمرار )
Untuk meningkatkan kualitas dalam
proses pembelajaran. Seorang evaluator harus melaksanakan prinsip kesinambungan
juga dikenal dengan istilah prinsip kontinuitas. Dengan prinsip kesinambungan di
sini bahwa evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi hasil belajar yang
dilaksanakan secara teratur dan sambung- menyambungdari waktu ke waktu. Dengan
demikian pelaksanaan evaluasi hasil belajar yang telah dilaksanakan secara
teratur, terencana dan terjadwal. Sehingga dapat diperoleh informasi yang dapat
memberikan gambaran mengenai kemajuan atau perkembangan peserta didik, sejak
dari awal mula mengikuti program pendidikan sampai pada saat-saat mereka
mengakhiri program pendidikan yang mereka tempuh itu.
3.
Prinsip Obyektivitas ( Maudluiyyah=موضوعية )
Dalam pengertian sehari-sehari prinsip obyektivitas telah dengan
cepat dapat diketahui bahwa bersikap objektif berarti tidak adanya unsur
pribadi bersifat subyektif yang mempengaruhi dalam kegiatan evaluasi
pendidikan. Sehubungan dengan itu, dalam pelaksanaan evaluasi hasil belajar,
seorang evaluator harus senantiasa berpikir dan bertindak wajar, menurut
realitas yang ada, tidak dicampuri oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat
subyektif yang dapat menodai dalam kegiatan evaluasi pendidikan.[7]
C.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi pendidikan.
Surat
Al-‘ankabut ayat 2 dan 3
أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2)
وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
(3)
Artinya: (2)Apakah
manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah
beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?
(3) “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang
yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar
dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta”.
Evaluasi itu perlu dilakukan, dengan mengingat akan sifat-sifat manusia
itu sendiri yaitu manusia adalah makhluk yang lemah, makhluk yang suka
membantah dan ingkar kepada Allah, mudah lupa dan banyak salah namun mempunyai
batas untuk sadar kembali. Tetapi di sisi lain manusia juga merupakan makhluk
terbaik dan termulia, yang dipercaya Allah untuk mengemban amanat yang
istimewa, yang diangkat sebagai khalifah di bumi dan yang telah diserahi Allah
apa yang ada di langit dan di bumi.
Bertolak dari kajian tersebut, maka ditemukan hal-hal prinsipal sebagai
berikut : bahwa manusia itu ternyata memiliki kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan tertentu, sehingga perlu diperbaiki baik oleh dirinya
sendiri maupun pihak lain. Namun manusia itu juga memiliki kelebihan-kelebihan
tertentu sehingga kemampuan tersebut perlu dikembangkan dan manusia mempunyai
kemampuan untuk mencapai posisi tertentu sehingga perlu dibina kemampuannya
untuk mencapai posisi tersebut. Dengan mengingat hal-hal tersebut, maka
evaluasi amatlah diperlukan, apalagi dalam proses pendidikan.
Evaluasi yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung
pengertian bahwa manusia senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini
disadari oleh manusia berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku.[8]
Al Qur’an sebagai sumber utama pendidikan Islam, banyak mengungkap
konsep evaluasi di dalam ayat-ayatnya sebagai acuan bagi manusia untuk
hati-hati dalam melakukan perbuatannya.. Allah dalam berbagai firman-Nya dalam
kitab suci Al Qur’an memberitahukan kepada kita bahwa pekerjaan evaluasi
terhadap manusia didik adalah merupakan suatu tugas penting dalam rangkaian
tugas pendidikan yang dilaksanakan oleh pendidik.
Surat Al-Baqaroh ayat 155
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوفْ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الأَمَوَالِ وَالأنفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ
Artinya : 155. dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan
sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
Sasaran
evaluasi dengan teknik testing tersebut adalah ketahanan mental iman dan taqwa
kepada Allah. Jika ternyata mereka tahan terhadap uji coba Tuhan, mereka akan
mendpatkan segala kegembiraan dalam segala bentuk, terutama kegembiraan yang bersifat
mental-rohaniyah. Seperti kelapangan
dada, ketegaran dada, ketegaran hati, terhindar dari putus asa, kesehatan jiwa,
dan kegembiraan yang paing tinggi nilainya ialah mendapatkan tiket masuk surga.[9]
Sistem evalusai yang mengetahui apakah
bersukur ataupun kufur terhadap Tuhan,
Surat An-Naml
ayat 40
قَالَ الَّذِي
عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ
إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَٰذَا مِنْ
فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا
يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ
Artinya : Ia pun
berkata: "Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang bersyukur
Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan
Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha
Mulia".
Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran
seekor burung hud-hud yang memberitahukan tentang adanya kerajaan yang
diperintah oleh seorang raja wanita cantik, yang dikisahkan dalam Al-Qur`an surat An-Naml ayat 27 sebagai
berikut:
قَالَ سَنَنْظُرُ أَصَدَقْتَ أَمْ كُنْتَ مِنَ
الْكَاذِبِينَ
Berkata Sulaiman: "Akan Kami
lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.
Tuhan
memberikan contoh sistem evaluasi seperti difirmankan dalam kitab suci-Nya,
yang sasarannya adalah untuk mengetahui dan menilai sejumlah mana kadar iman,
taqwa, ketahanan mental dan ketaguhan hati serta kesedihan menerima ajakan
Tuhan untuk mentaati dan mematuhi segala perintah dan larangan-Nya kemudian
setelah dinilai, maka Tuhan menetapkan
kriteria-kriteria derajat kemulian hamba-Nya. Bagi yang berderajat disisi-Nya.
Dia akan memberi hadiah atau pahala sesuai kehendak-Nya yang berpuncak pada
pahala tertinggi yaitu surga. Dan yang berderajat rendah kerena ingkar terhdap
ajakan-Nya, maka Dia akan memnerikan balasan siksa, dan siksa teringgi adalah
neraka.[10]
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Evaluasi
pendidikan adalah kegiatan atau proses penentuan nilai pendidikann, sehingga
dapat diketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Tujuan
evaluasi dalam bidang pendidikan adalah Untuk
menghimpun bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai
taraf perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik.
Fungsi
pokok evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses
setidaknya memiliki tiga macam, yaitu mengukur kemajuan, menunjang penyusunan
rencana, dan memperbaiki atau melakukan penyempurnaan kembali.
Seorang evaluator dalam melaksanakan evaluasi
pendidikan hendaknya memperhatikakan berbagai macam prinsip dasar evaluasi
pendidikan sebagaimana dikemukakan oleh Sudjono ( 1996: 31-33) sebagai berikut:
Prinsip Keseluruhan, Prinsip Kesinambungan, Prinsip Obyektivitas.
Ayat-ayat yang berhubungan dengan evaluasi
pendidikan yakni :
Surat
Al-‘ankabut ayat 2 dan 3 Evaluasi
yang dilakukan Allah terhadap umat manusia mengandung pengertian bahwa manusia
senantiasa dalam pengawasan Allah yang apabila hal ini disadari oleh manusia
berarti ia akan hati-hati dalam bertingkah laku. Surat Al-Baqaroh ayat
155 Sasaran evaluasi dengan teknik testing
tersebut adalah ketahanan mental iman dan taqwa kepada Allah. Surat An-Naml ayat 40 Sistem evalusai yang mengetahui apakah bersukur ataupun kufur terhadap
Tuhan. Surat An-Naml ayat 27 Nabi Sulaiman pernah mengevaluasi kejujuran seekor burung hud-hud yang memberitahukan tentang
adanya kerajaan yang diperintah oleh seorang raja wanita cantik.
DAFTAR PUSTAKA
Putra, sitiatava Rizema. Desain
Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Jember: Diva Press. 2012.
Sudirjono, Anas. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.
Masrukhin. Evaluasi Pendidikan. Kudus:
STAIN. 2008.
Arikunto, Suharisimi. Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara. 2002.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan
Islam, Pustaka Setia, Bandung. 1999,
[1] Putra, sitiatava Rizema. 2012. Desain Evaluasi Belajar Berbasis
Kinerja. Jember: Diva Press. hlm. 71-72
[2] Sudirjono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada. Hlm. 1-2.
[3] Ibid. Hlm 16-17.
[4] Putra, sitiatava Rizema. Opcit. Hlm 84-87
[5] Masrukhin. 2008. Evaluasi Pendidikan. Kudus: STAIN. Hlm 19.
[6] Arikunto, Suharisimi. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan.
Jakarta: PT Bumi Aksara. Hlm 24-25.
[7] Masrukhin. Opcit. Hlm 19-21.
No comments:
Post a Comment